eQuator.co.id – MALANG KOTA – Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Abdurrahman (Abd) Saleh Marsma TNI Djoko Senoputro bergerak cepat untuk menuntaskan persoalan ganti rugi atas kerusakan tiga rumah yang tertimpa pesawat Super Tucano, Rabu (10/2). Pukul 07.00 kemarin, dia mengunjungi rumah Mujianto, 50, suami Erma Wahyunungtyas, salah satu korban tewas dari peristiwa jatuhnya pesawat Super Tucano tersebut. Djoko berkunjung di rumah Suwoko, tempat Mujianto tinggal bersama anaknya, Fahrisky Jati Ananto, 21, untuk sementara waktu. Dalam kesempatan tersebut, Djoko menyampaikan niatnya untuk mengganti tempat tinggal Mujianto yang kini telah rata dengan tanah.
Sebagai solusi, Djoko menyampaikan, apapun permintaan korban, pihak TNI-AU akan memfasilitasinya. ”Kalau mau sewa ataupun membeli rumah, kami akan membantu memfasilitasinya,” terang dia. Menurut dia, Mujianto tidak ingin lagi menempati lahan yang menjadi tempat bencana dan menewaskan istrinya tersebut.
Jika pemiliknya berkenan, lanjut Djoko, lahan tempat jatuhnya pesawat Super Tucano itu rencananya akan dibeli oleh pihak TNI-AU dengan wacana akan didirikan monumen peringatan jatuhnya pesawat di sana. ”Jika ada sisa, maka tanah tersebut akan diwakafkan untuk musala yang berada tepat di sebelah lokasi jatuhnya Super Tucano,” ujar Djoko.
Terkait dengan nominal kerugian yang dialami oleh para korban, Danlanud belum bisa memastikannya. ”Nanti akan kita tunjuk tim yang bertugas khusus untuk menghitungnya. Untuk sementara kita lakukan pendataan warga sekitar yang terkena dampak,” tambahnya. Djoko mengatakan, jika Mujianto berubah pikiran untuk tetap menempati lahan miliknya, maka ada dua rumah yang akan dibangun total. Yaitu rumah Mujianto dan rumah keluarga Nonon Yuliarti yang sehari-hari ditinggali oleh Ida Rahmawati, kakak Nonon. Sementara satu rumah lainnya hanya perlu direnovasi.
Rumah keluarga Nonon Yuliarti yang berada tepat di samping utara rumah Mujianto tersebut nampak baik-baik saja jika dilihat dari luar. Namun di bagian dalam, tembok bangunan dua lantai tersebut nampak retak hampir di semua bagian. Sehingga sangat berisiko jika tidak dilakukan pembongkaran secara total.
Satu rumah lainnya milik Bu Tasir yang mengalami kerusakan ringan, hanya akan direnovasi. Didatangi oleh tim Jawa Pos Radar Malang, rumah bercat hijau tersebut tampak sepi dengan kondisi pagar tergembok. Bahkan, untuk bisa masuk rumah, Danlanud pun rela melompat pagar rumah. Tetangga yang tinggal di sekitar rumah Bu Tasir mengatakan bahwa saat ini yang bersangkutan telah dibawa salah satu putranya ke Surabaya.
Djoko menambahkan, selain soal ganti rumah korban, program terdekat yang akan dilaksanakan pihak TNI-AU adalah melakukan investigasi untuk menemukan penyebab jatuhnya pesawat buatan Brasil tersebut. ”Untuk sementara, pesawat jenis serupa tidak akan kami terbangkan hingga hasil investigasi keluar,” ungkap Djoko. Dia belum bisa memastikan kapan hasil investigasi penyebab kecelakaan Super Tucano itu bisa diketahui.
Sementara itu, menanggapi kesiapan TNI-AU untuk mengganti rugi atas rumah dan tanahnya, Mujianto masih belum bisa memastikan. Yang jelas, dia secara pribadi tidak ingin tinggal jauh dari bekas rumahnya tersebut. ”Kalaupun harus pindah, kami tidak ingin keluar dari lingkungan tempat tinggal yang lama,” kata Mujianto.
Karena di lingkungan itulah dia selama ini menghabiskan banyak waktunya. Selain itu, banyak kenangan hidup yang tidak bisa dia lupakan. Namun, untuk model ganti rugi yang disetujui, dia masih belum bisa memutuskan. Dia akan berembuk dulu dengan keluarga besarnya. Selain itu, saat ini dia masih berkabung atas meninggalnya sang istri.
Di kesempatan sebelumnya, Farisky, putra Mujianto juga sempat menyampaikan bahwa dirinya tak ingin tempat tinggalnya tersebut dijual karena banyak kenangan akan almarhumah ibunya. Di situlah dia lahir dan dibesarkan hingga ditinggal sang ibu tercinta.
Sedangkan Nonon mengaku setuju jika rumahnya dibongkar, karena kondisinya memang membahayakan. ”Kakak saya juga hingga sekarang masih trauma. Dua hari dia tidak bisa tidur,” kata Nonon. Dalam kesehariannya Ida memang tinggal sendiri di rumah tersebut. Dan saat kejadian, yang bersangkutan sedang berada di dalam rumah.
Disinggung mengenai peristiwa perampasan drone serta penyitaan kartu identitas dan memory card milik wartawan Jawa Pos Radar Malang, Djoko menyampaikan bahwa dirinya sangat menyesalkan kejadian tersebut. ”Secara pribadi saya minta maaf. Saya juga sudah menelepon Pak Kurniawan selaku direktur Radar Malang untuk menyampaikan permintaan maaf,” ungkapnya.
Kedepannya, Djoko menambahkan bahwa pihaknya akan membuat standart operating procedur (SOP) terkait dengan acuan peliputan berita yang melibatkan TNI-AU dan media. ”Kami harap, dengan adanya prosedur tersebut, gesekan seperti pada peristiwa kemarin itu tidak terulang lagi,” terangnya.
Sementara itu Kapentak Abd Saleh Mayor Sus Hamdi Londong menyampaikan bahwa id card dan memory card milik wartawan Radar Malang Nurlayla Ratri kini ada padanya. ”Bisa diambil ke Lanud Abdurrahman Saleh kapan saja,” kata Londong. (Radar Malang/JPG)