eQuator.co.id – JAKARTA-RK. KRI Spica 934 berhasil mendeteksi cockpit voice recorder (CVR) Lion Air PK-LQP tepat sepekan pasca bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara minggu lalu. Bersama penyelam dari Komando Armada I yang terdiri atas prajurit Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) serta anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska), mereka berhasil mengambil black box alias kotak hitam itu dari timbunan lumpur dasar laut sedalam delapan meter.
Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Yudo Margono menjelaskan bahwa, anak buahnya harus menyelam sampai dasar laut sedalam 30 meter sebelum menggali timbunan lumpur yang menutupi CVR tersebut. ”Sehingga (para penyelam) agak kesulitan. Tetapi, berkat kegigihan kami, CVR itu dapat ditemukan,” kata dia kemarin (14/1). Berdasar informasi dari Koarmada I, kali pertama CVR ditemukan sekitar pukul 08.45 WIB.
Kepala Dinas Penerangan Komando Aramada I Letkol Laut (P) Agung Nugroho menyebut, penyelam yang turut serta dalam pencarian CVR Lion Air PK-LQP di atas KRI Spica 934 milik Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) sudah mulai menyelam sejak Jumat (11/1). ”Pada kedalaman 28 sampai 42 meter,” terang dia. Penyelaman dilaksanakan pada koordinat 05 48 46,503 S – 107 07 36,728 T.
Lebih lanjut, pria yangakrab dipanggil Agung itu menyampaikan bahwa mekanisme pencarian CVR dilaksanakan dengan cara penyelam turun ke bawah permukaan laut selama 20 menit sampai satu jam secara bergantian. ”Mencari dan mendengar suara Ping CVR Lion 610 dan dibantu penyapuan dengan magnetometer oleh KRI Spica 934 untuk mendetek posisi CVR,” bebernya.
Tidak percuma, upaya tersebut membuahkan hasil. Pada koordinat yang sama dengan lokasi penyelaman tersebut, tim gabungan yang dikirim sejak Selasa (8/1) itu berhasil menemukan dan mengambil CVR pesawat tersebut kemarin. Sesuai ketentuan, kotak hitam yang sudah dicari sejak pesawat Lion Air rute Jakarta – Pangkal Pinang itu jatuh dan tenggelam pada 29 Oktober tahu lalu itu langsung diserahkan kepada KNKT untuk diteliti.
Kepala Pushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro yang ditemui saat penyerahan CVR di PT Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok mengatakan sempat waswas. Dia hanya punya waktu dua minggu untuk mencari CVR. Sebab ping detector diperkirakan mati minggu ini. “Ditambah musim hujan dan fisibiliti di air rendah,” ucapnya.
Beruntung KNKT telah memetakkan lokasi yang diperkirakan terdapat CVR. Luasnya hanya 5×5 meter. Dengan KM Spica, Pushidrosal melakukan pemetaan dasar laut.
”Hari ini (kemarin) turun pagi-pagi karena biasanya lebih tenang (lautnya),” ungkap Harjo. CVR diyemukan pukul 8.40 di dalam lumpur 30 cm. ”Itu harus ngangkat puing pesawat baru terdengar ping,” imbuhnya.
Tak hanya CVR, tim penyelam juga mengangkat body part manusia. Yang diangkat ada 7 kg tulang. Jika CVR diserahkan ke KNKT, maka body part diserah ke perwakilan Lion Air.
Ditemui di tempat yang sama, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkapkan kesanggupannya untuk segera memproses CVR. CVR berisi percakapan di dalam kokpit. Alat tersebut merekam sepanjang 2 jam .
Penyidik KNKT Nurcahyo Utomo yang juga turut hadir dalam penyerahan CVR itu menjelaskan setidaknya butuh lima hari untuk bisa mengetahui isinya. 4 hari dibutuhkan untuk mengeringkan CVR, 1 hari untuk membersihkan garam. ”Setelah itu dua sampai tiga jam untuk mendownload memory dan memindahkan ke CVR yang baru,” tuturmya.
Dia optimis jika kondisi memori yang terekam masih bagus. Dia berharap jika dalam CVR itu juga memuat percakapan penerbangan sebelum kecelakaan. Setidaknya penerbangan dari Denpasar ke Jakarta yang terjadi pada malam hari sebelum kecelakaan. ”Kalo nanti memorinya tidak bisa didownload oleh KNKT maka CVR akan dikirim ke pabriknya,” tutur Nurcahyo.
Penemuan CVR ini juga diapresiasi Kemenhub. Dirjen Perhubungan Udara Polana Pramesti yang kemarin datang pada acara yang sama berharap agar KNKT dapat segera mengungkap penyebab kecelakaan. ”Apa yang dihasilkan KNKT harapannya bisa menjadi masukan dan evaluasi,” tuturnya. (Jawa Pos/JPG)