-ads-
Home Headline Bayi Berusia 45 Hari Butuh Biaya Pengobatan Rp100 Juta

Bayi Berusia 45 Hari Butuh Biaya Pengobatan Rp100 Juta

Diduga Terpapar Asap Karhutla

PENANGANAN MEDIS. Kondisi Fikri Haryadi yang dipasang alat bantu pernapasan mendapat pertolongan medis di Rumah Sakit ABK, Pontianak, Jumat (24/8). Rumah Zakat Kalbar for RK
PENANGANAN MEDIS. Kondisi Fikri Haryadi yang dipasang alat bantu pernapasan mendapat pertolongan medis di Rumah Sakit ABK, Pontianak, Jumat (24/8). Rumah Zakat Kalbar for RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Kabut asap diduga kembali memakan korban. Kali ini menimpa bayi berusia 45 hari bernama Fikri Haryadi.

Fikri didiagnosa menderita Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Saat ini anak pasangan suami istri (pasutri) Agustina, 38 dan Randa, 40 menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Anugrah Bunda Khatulistiwa (ABK) Jalan Ahmad Yani, Pontianak.

Agustina yang tinggal di Gang Haji Saleh 3 Kabupaten Kubu Raya hanya bisa pasrah sambil terus menahan tangis. Akibat ISPA bayinya harus dipasangi alat-alat bantu pernapasan.

-ads-

Baca Juga: Merdeka! Kalbar Dijajah Asap

“Sejak subuh tadi (kemarin, red), Fikri nggak mau nyusu,” ujar Agustina sambil menangis ketika ditemui Rakyat Kalbar di Rumah Sakit ABK, Jumat (24/8).

Agustina sudah berinisiatif memeras ASI miliknya dan dimasukan ke botol. Ketika diminumkan, ternyata Fikri malah muntah. “Dari mulut dan hidung keluar cairan kekuningan mirip dahak,” ceritanya.
Melihat kondisi tersebut, dia segera membawa bayinya ke Rumkit di Jalan Adi Sucipto. Ternyata pihak Rumkit angkat tangan lantaran keterbatasan alat. Hingga harus dirujuk ke RSUD Sudarso.
“Di Sudarso pun sama saja. Nggak ada alat untuk menolong Fikri. Akhirnya dirujuk ke Anugrah Bunda ini. Sekarang lagi ditangani,” jelasnya.

Agustina menduga anaknya sakit diakibatkan kabut asap. Karena di wilayah rumah kontrakannya banyak lahan terbakar. Sedangkan di rumah kontrakannya banyak ventilasi.

“Jadi kemungkinan asap masuk lewat situ (ventilasi). Memang di sekitar rumah saya nggak ada pembakaran, tapi asap ini datang karena dari lahan yang terbakar lalu terbawa angin,” ulasnya.
Yang lebih membuat Agustina sedih, sang suami tidak merespon kondisi Fikri. Dirinya sempat menelepon Randa untuk memberitahu kondisi Fikri. Sayangnya, Randa malah mematikan telepon dan susah dihubungi lagi. “Bener-bener nggak tanggung jawab. Anaknya begini dia malah lari,” kesalnya.

Diakui Agustina, hubungan rumah tangganya sedang tidak baik. Itu terjadi sejak saudara kembar Fikri bernama Fahri meninggal akibat sakit kuning. “Fikri dan Fahri ini lahir dengan berat badan 1,9 kg,” kisahnya.

Sebelumnya Fikri dan Fahri didiagnosa mengalami kekurangan cairan. Fahri tidak bisa bertahan. 13 hari sejak kelahiran akhirnya meninggal. “Nah, suami saya ini pergi dari rumah. Sampai sekarang nggak pulang-pulang,” jelasnya.

Baca Juga: Kabut Asap Perburuk Ekonomi Kalbar

Tentu saja sikap Randa membuat Agustina pusing. Wanita berkerudung ini hanya bisa pasrah melihat kondisi Fikri. Walau beberapa kerabatnya turut membantu sekedarnya.
Berdasarkan keterangan dokter, biaya pengobatan Fikri berkisar Rp100 juta. Tentu saja ini membuat Agustina semakin bingung untuk mendapatkan biaya perawatan dan pengobatan Fikri. “Saya hanya bisa berharap ada yang mau membantu,” ucap Agustina tak kuasa menahan tangis.

Koordinator Tim Kesehatan Posko Gabungan Penanggulangan Asap Kota Pontianak, Budiman Very mengatakan, informasi mengenai Fikri ia dapat dari rekan sesama relawan. Pihaknya dihubungi ada anak bayi terkena ISPA. “Jadi kami bantu ibunya untuk mengurus administrasi rumah sakit,” katanya.

Very mengakmu tak henti bertanya kepada dokter yang menangani Fikri. Untuk mengetahui kondisi bayi malang tersebut. Ternyata, dokter belum berani menentukan pasti derita Fikri. Bayi tersebut hanya dikatakan infeksi pernafasan yang kambuh. “Karena sakitnya yang dahulu,” ujarnya.

Namun keterangan dokter itu dibantah Agustina. Menurutnya, Fikri memang pernah mengalami sakit pernafasan akibat kekurangan cairan. Tapi Fikri sudah sembuh. Bahkan Very sendiri yakin bahwa kabut asap menjadi penyebab utama. “Diagnosa awal dari Rumkit, Fikri terkena pneumonia,” ucapnya.

Sepengetahuan Very, salah satu penyebab pneumonia karena terlalu banyak menghirup asap. “Kalau bukan asap rokok bapaknya, maka itu adalah asap dari udara,” sebutnya.

Apalagi kata dia, saat ini lagi banyak kebakaran lahan. Menyebabkan kabut asap. “Maka saya cukup yakin ini disebabkan oleh asap pembakaran lahan,” tegas Very.

Sementara itu, perwakilan rumah sakit, Warliyah mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan kepastian penyakit Fikri akibat terlalu banyak menghirup asap atau yang lainnya. Karena Fikri masih menjalani penanganan medis.

Baca Juga: Api Hanya Empat Meter dari Rumah

“Sementara ini kami beritahu dulu bahwa sakit Fikri adalah infeksi pernafasan akibat sakitnya yang dahulu,” kata salah seorang bidan ruang penatologi di Rumah Sakit ABK ini.

Sakit yang dialami Fikri ternyata mendapat perhatian beberapa pihak. Diantaranya dari kepolisian. Pantauan Rakyat Kalbar, tiga anggota Polda Kalbar menyambangi ruang penatologi. Mereka meminta konfirmasi dari dokter dan bidan terkait kondisi Fikri. Sayangnya saat hendak dikonfirmasi ketiga anggota Polda Kalbar tersebut bergegas pergi.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar Andy Jap mengatakan terjadi peningkatan penderita ISPA akibat karhutla sebesar dua kali lipat dari bulan sebelumnya. Peningkatan itu, hanya terjadi di wilayah Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Mempawah.
“Yang paling banyak tiga kabupaten itu,” jelasnya kepada Rakyat Kalbar, Jumat (24/8).

Untuk menekan angka peningkatan ISPA, Andy menyarankan agar masyarakat tetap mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker. Kemudian banyak minum air putih. “Sambil berdoa mudah-mudahan hujan segera turun,” ucapnya.
Untuk stok masker kata dia, masih cukup. Sebelumnya Dinkes sudah bagikan masker ke masyarakat. “Organisasi masyarakat yang perlu juga kita bagikan. Asal masker yang kita bagikan ke ormas harus dibagikan ke masyarakat lain secara gratis, jangan dijual,” tegasnya.

Andy menegaskan, kebijakan pemerintah meliburkan sekolah agar anak-anak dapat mengurangi aktivitas di luar rumah. Peran orangtua sangat besar dalam mengontrol setiap aktivitas anak ketika berada di rumah.

“Jadi jangan pula karena diliburkan anak-anaknya malah keluyuran di luar. Maksud liburan itu kan sepaya aktivitas di luar rumah itu dikurangi,” ucapnya.

Dikatakan Andy, libur ini memang menyasar kepada anak sekolah. Terutama tingkat PAUD dan SD. Karena daya tahan mereka masih kurang dibanding orang dewasa. “Itulah kenapa yang pegawai tidak diliburkan, karena daya tahannya lebih kuat. Cukup pakai masker saja,” tukasnya.

Baca Juga: Kabut Asap Dikeluhkan Pelaku Usaha

Sementara itu, Kepala Bidang Penanggung Penyakit (P2P) Dinkes Kalbar Marselina menuturkan, bencana kabut asap ini tidak langsung dirasakan efeknya oleh masyarakat. Sehingga bencana kabut asap ini tidak serta merta menunjukkan terjadinya peningkatan kasus.
“Masyarakat belum merasakan dampaknya langsung. Beberapa bulan ke depan baru masyarakat merasakan efeknya,” jelasnya.
“Saat sekarang kesadaran masyarakat sudah tahu untuk mencegah dirinya memberikan perlindungan dengan penggunaan masker,” timpal Marselina.

Banyaknya kebakaran lahan membuat Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono prihatin. Kondisi itu setelah ia lihat dari pantauan udara. Kobaran api yang begitu besar terjadi di beberapa titik di Kota Pontianak. Terparah di Kecamatan Pontianak Selatan.

“Kemarin saya bersama Pangdam, Dandim, Kapolresta memantau lewat udara mulai dari Kubu Raya dan Pontianak. Kita lihat ada beberapa spot yang masih terbakar,” ujarnya usai menghadiri paripurna di DPRD Pontianak, Jumat (24/8).

Edi mengaku geram dengan kebakaran lahan tersebut. Di samping itu, dia sekaligus prihatin dengan petugas pemadam kebakaran (damkar). Pasalnya, petugas damkar terus berjibaku memadamkan api. Namun sempat mendapat intimidasi masyarakat yang menghalangi. “Saya melihat apinya sangat besar, kita mendarat dan langsung ke lokasi,” katanya.

Wali Kota Pontianak terpilih ini mengatakan, kebakaran lahan di kawasan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak kemarin, bukan berasal dari lokasi sekitar. Tapi daerah lain yang kemudian merembet ke kawasan Untan. “Kebakaran itu disebabkan rembetan api yang sejak 2 hari kemarin,” ucapnya.

Saat ini bukan hanya melakukan pemadaman api. Pelaku pembakaran lahan juga sudah ada yang diproses hukum.
“Polisi terus melakukan introgasi, menangkap pelaku. Kita mengimbau agar jangan membakar saat sekarang ini,” tukasnya.
Akibat kabut asap yang tebal, sekolah diliburkan. Tingkat SMP dan SMA masuk sekolah lagi pada Jumat (24/8). Sedangkan tingkat TK dan SD masuk Senin nanti. Jika kondisi kabut asap semakin buruk, libur sekolah bisa saja diperpanjang. “Kita lihat dulu, kalau partikelnya di atas 400 tentu berbahaya. Tidak ada pilihan lain mungkin bisa kita liburkan,” tukas Edi.

Laporan: Bangun Subekti, Rizka Nanda, Gusnadi
Editor: Arman Hairiadi

Exit mobile version