eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Harga tiket pesawat yang dianggap terlalu mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih terus menjadi persoalan. Akibat kondisi tersebut, juga berdampak pada berkurangnya rute penerbangan.
Misalnya saja seperti maskapai Lion Air yang dulu bisa lima sampai enam kali penerbangan dalam sehari. Namun sekarang hanya tinggal tiga atau empat kali.
“Ini juga berpengaruh terhadap penumpang, harga tiket pesawat sekarang ini walau sudah dikeluarkan aturan oleh menteri, tapi tarif batas atas tetap dirasa tinggi oleh masyarakat. Nah rata-rata mereka kalau sudah seperti ini yang diambil bukan batas bawah, melaikan batas atas,” jelas Ketua DPD Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Kalbar, Nugroho Henray Ekasaputra, kemarin.
Dia menyebutkan, kondisi tiket dengan harga seperti itu tentulah tidak semua masyarakat bisa menikmati. Alternatif lain masyarakat pun menggunakan transportasi daran air.
Terkait polemik ini, Henray mengapresiasi langkah yang disampaikan oleh Presiden RI, Joko Widodo mengenai akan diundangnya maskapai asing untuk masuk ke rute-rute di Indonesia.
“Saya apresiasi sekali kalau misalnya betul apa yang disampaikan oleh Jokowi, bahwa akan mengundang maskapai asing untuk masuk ke rute-rute domestik. Karena sekarang ini indikasinya sangat kuat, maskapai melakukan paket kartel,” ungkapnya.
Dikatakannya, di Indonesia ada dua grup penerbangan. Yaitu Garuda grup dan Lion grup. Sehingga seharusnya mereka bisa melakukan pengaturan harga dan mereka bisa mengatur jalur distribusinya.
Di masa sekarang ini penerbangan juga sudah kurang melibatkan agen, mereka lebih melibatkan travel agen online seperti Traveloka.
“Nah, dengan masih jumlah maskapai yang sedikit kemudian jalur distribusi yang terbatas, maka harga bisa diatur. Makanya sekarang jangankan kita, pemerintah saja tidak berdaya mengaturnya, jadi satu-satunya jalan, alternatif terakhir yaitu dengan dimasukkan maskapai asing,” sebutnya.
Dengan datangnya maskapai asing tersebut, kata Henray, tentu dapat membuat persaingan sempurna.
“Kalau persaingan sempurna, mereka harus mengikuti harga yang layaknya itu berapa, seperti kemarin kenapa harga bisa naik, karena Sriwijaya sendiri, ke-3 pemainnya Sriwijaya, Lion dan Garuda. Sekarang Sriwijaya sudah sendiri, nah ini menurut saya bisa jadi solusi untuk harga tiket pesawat menurun,” kata Henray.
Ia menyebutkan, sebenarnya hal ini tidak menjadi persoalan, karena saat ini sudah ada maskapai asing yang beroperoperasi seperti Air Asia yang haknya di Kuala lumpur.
“Air Asia itu tinggal dibuka aja kerannya, jadi tidak harus mendatangkan maskapai dari Eropa, kita undang pemain asing, seperti Air Asia, Malaysia Air Lines, jadi tinggal kita tawarkan, lagi kita cukup produktif kok jumlah penumpangnya, artinya jumlah penumpang tinggi,” ungkapnya.
Dalam hal ini kata Henray, dirinya menilai bahwa, jika hal tersebut tidak dilakukan maka harga tidak akan produktif.
“Kalau cara menurunkan harga harus ada pesaingnya, jadi dari bahasa Jokowi itu sebenarnya sudah mengancam kalau misalnya harga tidak mau turun, pemerintah akan masukkan maskapai asing. Intinya semua ini bagaimana menciptakan persaingan sempurna,” tandasnya.
Sementara itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan duopoli yang terjadi di industri penerbangan Indonesia tidak serta merta menjadi penyebab dari mahalnya harga tiket pesawat.
Komisioner KPPU Guntur Saragih mengatakan, duopoli merupakan salah satu bentuk dari struktur pasar di mana hanya ada dua pemain dalam sebuah industri. Namun di industri penerbangan, bentuk struktur pasar seperti ini tidak otomatis menyebabkan harga tiket pesawat mahal.
“Duopoli adalah struktur pasar. Tidak serta merta menyebabkan mahalnya harga, sepanjang ada kompetisi,” ujarnya.
Menurut dia, mahalnya harga tiket pesawat seperti yang terjadi saat ini bisa saja disebabkan oleh adanya praktik kartel di industri penerbangan. Hal ini melanggar kaidah soal persiangan usaha yang sehat.
“Kenaikan harga yang tidak wajar bisa ditimbulkan dari praktik kartel,” kata dia.
Guntur menyatakan, saat ini KPPU masih terus melakukan penyelidikan terhadap adanya praktik kartel di industri penerbangan dalam negeri.
Wacana masuknya maskapai asing di Indonesia guna menciptakan kompetisi harga tiket pesawat di tingkat konsumen terus menjadi perhatian.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko) Susiwijono Moegiarso mengatakan, sampai dengan saat ini, pemerintah masih mengevaluasi rencana masuknya maskapai asing tersebut di pasar domestik.
“Itu sudah kita jadwalkan dan akan kita evaluasi. Bagaimana pemikiran untuk undang maskapaiasing. Tapi paling penting kita evaluasi dulu karena ada plus minusnya termasuk kebijakan menarik maskapai asing ke dalam negeri ini,” tuturnya..
Dia menambahkan, pemerintah pada kesempatan ini turut memperhitungnya segala kemungkinan terkait penurunan harga tiket pesawat tersebut. Itu lantaran industri penerbangan Indonesia didominasi oleh dua maskapai besar yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air.
“Jadi termasuk membahas opsi-opsi duopoli ini apakah nanti supaya memaksa airline (maskapai) untuk menurunkan harga lagi atau supaya marketnya lebih internal, bagaimana nanti kita hitung bersama-sama,” ujarnya.
“Pekan ini masih akan kita bahas karena sejak awal kita sepakat mau evaluasi sesudah Lebaran yaitu pada saat kondisi normal bukan ketika permintaan tinggi (peak season),” tambahnya.
Laporan : Nova Sari
Editor : Andriadi Perdana Putra