eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Dampak mahalnya harga tiket pesawat terhadap traffic penumpang sudah mulai dirasakan oleh maskapai penerbangan. Garuda Indonesia menyebutkan bahwa arus penumpang awal tahun ini melandai dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Maskapai tak menepis bahwa penyebab dari menurunnya penumpang tersebut tak lepas dari penyesuaian harga tiket.
Direktur Garuda Indonesia Ari Askhara membeberkan bahwa traffic penumpang pada Januari 2019 tidak terlalu banyak dibandingkan dengan Januari tahun lalu. ”Ada sedikit penurunan sekitar 0,01 untuk maskapai Garuda tapi itu tidak signifikan, karena memang kita ada penyesuaian harga dan beberapa segmen menengah bawah,” ujarnya, saat ditemui di acara menyambut HUT Garuda Indonesia ke-70 di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, kemarin (26/1).
Bahkan, lanjut Ari, beberapa konsumen juga terpantau shifting untuk memilih penerbangan yang lebih murah. Misalnya, para penumpang yang sebelumnya memakai layanan Garuda Indonesia beralih ke anak perusahaannya, yakni Citilink. “Tapi tetap, untuk kelas bisnis kita tidak alami penurunan. Juga untuk penerbangan dengan rute internasional, semua aman dan tidak ada penurunan,” tambah Ari.
Garuda Indonesia mengaku tetap optimis traffic akan kembali pulih. Arus penumpang disebut Ari mampu meningkat meski diprediksi tidak terlalu cepat peningkatannya. “Tahun ini peningkatan sedikit melambat tapi, yang pasti kita terus berinovasi memberikan penawaran dan program-program baru,” bebernya.
Sementara itu, Pengamat Penerbangan Alvin Lie turut menambahkan bahwa fakta penurunan penumpang pesawat bahkan sudah terjadi sejak akhir Desember 2018. Menurut Alvin, penurunan bisa mencapai 9 persen dibanding periode sama tahun lalu. “Enam bandara besar misal Soekarno-Hatta, Juanda, penumpang turun sekitar 13 persen. Traffic pesawat turun 5,56 persen. Jumlah penerbangan turun karena penumpang turun,” ujarnya.
Alvin menilai selain mahalnya tiket, penurunan penumpang juga dipengaruhi minat masyarakat untuk menjajal moda transportasi lain, termauk kendaraan pribadi berkat terbangunnya jalan tol. “Tol trans Jawa berpengaruh pada peta industri penerbangan. Rute Jakarta-Semarang, Jakarta-Solo dapat saingan. Kalau lewat darat, Cikampek-Surabaya di bawah enam jam, Cirebon-Semarang 2 jam,” tambahnya.
Selain itu, menurut Alvin penerapan kebijakan bagasi berbayar juga akan membuat tarif LCC menjadi lebih mahal dibandingkan maskapai full-service, seperti Garuda dan Batik Air.”Ini juga akan menjadi masalah bagi penurunan penumpang kelas ekonomi maskapai LCC di masa mendatang,” pungkasnya. (Jawa Pos/JPG)