Long Journey, Great Moment

Jadi Saksi Penerbangan Terpanjang

17 JAM LEBIH DI UDARA. Pramugari melayani penumpang di dalam kabin pesawat Singapore Airlines yang menerbangi rute Singapura-Newark AS. Restu Distia-Jawa Pos

Saya mengintip layar My Flight. Ah, masih 5 jam 56 menit lagi sebelum sejarah itu tuntas tercatat: Menuntaskan rute penerbangan terpanjang di dunia bersama Singapore Airlines. Dari Singapura ke New York/Newark, Amerika Serikat.

Restu Distia, New York

eQuator.co.id – ’’Kami akan sajikan menu terakhir. Tapi, nanti penumpang bisa meminta bila perlu tambahan makanan,’’ ucap Rany Razia, salah seorang pramugari yang bertugas dalam penerbangan dengan kode penerbangan SQ 022 itu.

Pikir saya, tahu saja waktunya orang lapar, hehehe. Tak lama berselang, keluarlah secara berurutan menu pembuka (salad crab), utama (nasi lemak), hingga penutup (patisserie). Nyam, nyam. Kenyang.

Setelah seluruh penumpang menyantap sajian, lampu di atas kabin di business class redup kembali. Saya kembali mengintip My Flight, empat jam lagi pesawat Airbus A350-900 ULR (ultra long-range) itu mendarat di Bandara Newark Liberty International.

Para penumpang pun mengubah tempat duduk masing-masing. Menjadi ranjang mini. Yang tidak bisa tidur memilih menyalakan layar dengan konten film. Ada pula yang mendengarkan musik. Atau membuka ponsel miliknya.

Tapi, sebagian besar memilih memejamkan mata. Saya termasuk yang terakhir itu.

New York, New York

I want to wake up in that city

Frank Sinatra sayup-sayup terngiang. Selanjutnya… zzz…

ANTUSIAS

Ada 67 kursi business class dan 94 kursi premium economy class dalam penerbangan perdana bersejarah ini. Hampir seluruh kursi terisi.

Meski akan terbang lebih dari 17 jam, antusiasme terlihat sejak di ruang tunggu keberangkatan Bandara Changi, Singapura. Saya sempat berbicara dengan beberapa penumpang.

Kesempatan menjadi saksi sejarah penerbangan dengan rute terpanjang di dunia rata-rata jadi alasan utama antusiasme mereka. Apalagi pesawat yang digunakan berteknologi terbaru.

’’Sebenarnya, ada beberapa alternatif terbang dari Australia, tapi saya sengaja memilih rute ini,’’ tutur Darta Cahyadi, seorang penumpang asal Surabaya.

Para penumpang bukan hanya pebisnis atau pelancong yang melakukan perjalanan sendirian. Di sekitar tempat saya duduk di ruang tunggu, terlihat beberapa keluarga. Ada pula sepasang suami istri muda. Dengan bayi dalam gendongan sang ibu.

Begitu memasuki pesawat, kabin terasa luas. Ada dua lorong yang memisahkan tempat duduk. Satu tempat duduk masing-masing di sisi kanan dan kiri jendela. Serta dua tempat duduk yang berada di sisi tengah.

Tempat duduk business class terbagi menjadi dua. Dipisahkan ruang untuk kabin kru. Sedangkan di bagian belakang merupakan tempat duduk premium economy class.

Pukul 11.38 waktu Singapura, pilot mengumumkan pesawat akan take off. Setelah menunggu giliran terbang sekitar 20 menit, mengangkasalah pesawat itu. Menempuh perjalanan bersejarah.

Ada tiga rute penerbangan yang bisa dipilih untuk penerbangan dari Singapura ke New York. Masing-masing adalah North Pacific, Polar-North Polar, dan Atlantik. Untuk Atlantik, penerbangan hanya bisa dilalui dari Newark.

Pemilihan rute bergantung pada kondisi tertentu. Misalnya, arah angin. Dalam penerbangan perdana itu, Singapore Airlines memilih rute North Pacific. Yakni, terbang di atas Laut China Selatan, Jepang, Pasifik Utara, Alaska, Kanada Utara, hingga sampai di New York.

’’Di dalam pesawat ini hanya ada seat premium economy class dan business class. Jadi, lebih nyaman bagi penumpang meski terbang jarak jauh sekalipun,’’ kata Senior Vice President Sales & Marketing Singapore Airlines Campbell Wilson sesaat setelah take off.

Kursi premium economy class, lanjut Wilson, juga lebih lebar dan panjang. Selain itu, penumpang berkesempatan mengakses internet dengan layanan wifi di dalam pesawat. Sesaat setelah take off, seorang pramugara membagikan complimentary internet voucher.

Kuota internet yang ditawarkan 30 megabyte. Namun, pengguna bisa minta tambahan kuota dengan biaya tertentu.

Indonesia, menurut Wilson, merupakan pasar penting. Karena itu, pihaknya juga memperhatikan bagaimana penerbangan Singapura–Newark bisa terkoneksi dengan kota-kota di Indonesia. Dengan demikian, penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama sebelum lanjut ke penerbangan selanjutnya.

Untuk Jakarta, kata Wilson, sejauh ini kota tersebut terkoneksi dengan penerbangan baru ini. ’’Kalau kota lain seperti Surabaya, saya harus cek lebih dulu. Secara umum, kami percaya diri, demand pasar di rute Singapura–Newark cukup kuat,’’ katanya.

TERBANG LEBIH CEPAT

DARI ROTASI BUMI

Tak terasa, satu jam berlalu. Saya masih asyik menonton Annihilation. Film horor psikologi fiksi ilmiah yang dibintangi Natalie Portman.

Fitur entertainment tambahan di dalam pesawat itu mencakup konten televisi dan film sebanyak 200 jam. Itu belum termasuk konten existing yang total mencapai 1.000 jam.

Kabin kru masih sibuk mondar-mandir melayani penumpang. Menawarkan makanan tengah malam kepada para penumpang.

Bagi yang sudah order Book The Cook, fasilitas pemesanan menu makanan secara online, pesanan akan disajikan saat itu juga. Book The Cook yang dilayani adalah untuk penerbangan dari Singapura. Sedangkan kalau terbang dari luar Singapura, bisa memesan langsung di buku menu di dalam pesawat. Tapi, pilihan menunya tidak sebanyak Book The Cook.

’’Classic lobster thermidor menu paling favorit. Yang kedua nasi lemak dan yang ketiga yang juga disukai penumpang adalah grilled angus beef burger,’’ kata Rany, pramugari asal Indonesia itu, sambil menyodorkan sepiring classic lobster thermidor. Rani merupakan satu di antara 13 kru kabin yang turut dalam perjalanan tersebut. Selain 13 kru kabin, terdapat dua pilot dan dua kopilot.

Menu dengan sajian lengkap yang pertama dihidangkan sesaat setelah take off. Lalu, menu lengkap yang kedua akan diberikan 10 jam kemudian. Penumpang juga akan mendapatkan menu tengah yang akan disajikan di tengah-tengah perjalanan.

Bagi penumpang business class, mereka bisa memilih waktu kapan menu tersebut disajikan. Tujuannya, penumpang bisa leluasa beristirahat. Jadi, ketika lapar melanda, mereka bisa meminta untuk dihidangkan. Hanya, kru menyarankan agar penumpang makan sesuai dengan jam yang telah ditentukan.

Pukul 04.13 atau sekitar empat jam setelah lepas landas, terjadi guncangan meskipun tidak kencang. Tapi cukup terasa bagi penumpang yang masih terjaga dari tidur. Denting peralatan berbahan kaca di dapur terdengar beradu. Namun, itu hal yang biasa. Bahkan, bagi mereka yang tidur lelap, terasa bagai diayun.

Bagaimana kondisi di luar pesawat? ’’Sekitar satu jam yang lalu, matahari sudah terbit,’’ kata Rany yang juga arek Suroboyo.

Matahari terbit persis sesuai dengan perkiraan kapten pesawat, Vice President/Chief Pilot A330/A350 Flight Operation Division Singapore Airlines Captain SL Leong. Saat itu pesawat sedang terbang di atas Kepulauan Jepang.

’’Pesawat akan terbang lebih cepat daripada rotasi bumi sehingga ketika di atas Jepang sudah bertemu dengan sunrise. Dan, setelahnya akan malam kembali hingga sampai di Newark pagi hari,’’ jelas Kapten Leong.

Para penumpang masih betah dengan selimut masing-masing. ’’Mau camilan? Ada kue. Ada juga kacang mete yang dilapisi cokelat,’’ ujar Rany kepada penumpang.

Tidak kepada semua penumpang, hanya kepada satu dua penumpang yang terlihat melek. Sisanya masih nyenyak dalam selimut masing-masing.

Sekitar 30 menit sebelum mendarat, Kapten Leong berbicara melalui mikrofon. Pesawat diperkirakan mendarat pada pukul 05.24 waktu New York. ’’Long journey, great moment (perjalanan yang panjang, momen yang hebat),’’ katanya.

Setelah mendengar suara Kapten Leong, sebagian penumpang mulai berberes. Apalagi semalam tidak sedikit yang berganti baju. Dari yang sebelumnya pakai kemeja dan jas resmi lantas berganti kaus oblong.

Pencahayaan di kabin pun perlahan mulai terang. Penumpang yang lain juga membereskan kursi masing-masing. Mengecek barang yang tertinggal di dalam laci yang menyatu dengan kursi. Juga, mengembalikan bentuk tempat duduk dari ranjang menjadi kursi.

Tidak lama kemudian, pesawat sudah berhenti. Artinya, sudah tersambung dengan garbarata. Perjalanan panjang itu telah selesai kami jalani. Menjadi saksi sejarah penerbangan perdana penerbangan dengan rute terpanjang di dunia.

Seperti kata Frank Sinatra lagi,

And if I can make it there, I’m gonna make it anywhere

It’s up to you, New York, New York… (Jawa Pos/JPG)