Sawit dan Emas Berpotensi Melejit

ilustrasi

eQuator.co.id – Sektor komoditas diprediksi menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi tahun depan. Harga sejumlah komoditas diprediksi terus meningkat, terutama emas dan crude palm oil (CPO).

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, ekspor CPO akan meningkat setelah parlemen Prancis (Assemblee Nationale) menghapus pajak progresif minyak sawit. Awalnya, pajak progresif ditetapkan menjadi EUR 300 per ton pada 2017, EUR 500 per ton pada 2018, EUR 700 per ton pada 2019, dan EUR 900 per ton pada 2020. Namun, aturan pajak progresif CPO itu akhirnya dihapus.

Selain Prancis, Indonesia mendorong perluasan pasar ekspor produk industri agro ke negara-negara Uni Eropa lainnya. Volume ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 21–22 juta ton. Termasuk 3,4 juta ton hingga 4 juta ton ke kawasan Uni Eropa. Sementara itu, produksi CPO dan turunannya di Indonesia mencapai 32,5 juta ton pada 2015.

Di sisi lain, emas diprediksi menjadi safe haven setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden ke-45 AS. Kemarin harga emas global melonjak dari USD 1.270 per troy ounce pada Selasa (8/11) menjadi USD 1.340 per troy ounce pada Rabu (9/11). ’’Itu harga tertinggi tahun ini,’’ kata GM Logam Mulia Business Unit PT Antam Persero (Tbk) Dody Martimbang kemarin (10/11).

Ketika Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, harga emas juga sempat melejit. Harga emas memang bertolak belakang dengan kurs USD. Ketika USD menguat, harga emas akan anjlok. Begitu pula sebaliknya.

Harga emas di butik logam mulia wilayah Surabaya I yang mencapai Rp 615 ribu per gram pada Selasa (8/11) meningkat menjadi Rp 622 ribu per gram pada Rabu (9/11). Peluang emas sebagai alat investasi berada di antara saham dan properti.

Selama sepuluh tahun terakhir, harga emas naik 18–20 persen per tahun. Pada 2012 harga emas dunia melejit hingga 1.800 troy ounce. ’’Investasi apa yang bisa setinggi emas, selain saham?’’ kata Dody.

Tahun ini Antam membidik penjualan 10 ton atau meningkat 25 persen jika dibandingkan dengan realisasi 8 ton pada 2015. Hingga kuartal III, target tersebut sudah tercapai. Bahkan, penjualan mencapai 11 ton. ’’Makanya, kami optimistis sampai akhir tahun bisa melebihi itu,’’ imbuh Dody. (dee/res/c18/noe)