Hari Ketiga, Tinggal Satu Korban

Basarnas Masih Telusuri Olak-olak Pinang

EVAKUASI KORBAN. Petugas Basarnas Kalbar dibantu kepolisian mengevakuasi korban longboat Indo Kapuas Ekspress di pelabuhan Rasau Jaya, Selasa (15/12). OCSYA ADE CP

eQuator – Rasau Jaya-RK. Tim Basarnas Kalbar masih mencari penumpang korban longboat Indo Kapuas Ekspress di perairan Olak-olak Pinang, Tanjung Antu, Kecamatan Kubu—Kubu Raya.

Di hari ketiga, Selasa (15/12), tinggal seorang korban yang belum ditemukan. Sementara sembilan korban yang hilang lainnya sudah ditemukan.Senin (14/12) sekira pukul 23.00, jenazah Tama, 60, tiba di Dermaga Rasau Jaya. Warga Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Batu Ampar ini ditemukan warga sekitar pukul 21.45 di perairan Desa Kampung Baru. Jasad Tama tengkurap, tangannya masih memegang tas warna pink. Begitu juga sandal jepit, masih melekat di kakinya. Warga mengikat jasadnya di pohon dungun samping tangga pemandian di Desa Kampung Baru.Tim pencarian yang mengetahui itu, langsung meluncur ke lokasi penemuan untuk mengevakuasai jenazah Tama. Awalnya, tim belum mengatahui jenazah ini. Setelah diidentifikasi ciri-cirinya, mengenakan celana abu-abu dan baju serta jilbab putih, ternyata benar jenazah itu Tama, ibu dari Maiden, 45. Maiden juga ditemukan tewas beberapa jam sebelumnya. Pencarian kemudian dihentikan sambil menunggu keesokan paginya.

Selasa (15/12) dimulai pukul 05.00, pencarian dilakukan kembali dengan keoptimisan. Sekitar pukul 05.45, jenazah Kafi (9 tahun), ditemukan di perairan Desa Parit Baru. Kafi adalah anak Lutfi dan Magrifoh, keluarga perantau yang ingin pulang ke Jawa. Suami istri ini selamat saat kejadian. Pukul 07.25, kembali tiga korban ditemukan. Ketiganya saat ditemukan belum dapat diketahui identitasnya.

Setelah diidentifikasi tim Biddokes Polda Kalbar di Puskesmas Rasau Jaya, ketiga korban bernama Mia (10 tahun), anak bungsu dari M Hatta alias Ndut yang selamat saat kejadian. Kemudian Dimas (6 tahun) anak dari Sahara yang tewas saat kejadian dan Nela Sari Ayu (21 tahun), calon pengantin yang hendak belanja persiapan nikahnya di Kota Pontianak.

Secara kasat mata, kondisi korban yang sudah ditemukan tidak begitu banyak mengalami perubahan. Sehingga mudah untuk dikenal. Ditambah lagi dengan bantuan keluarga untuk mencocokan Ante Mortem dan Fase Mortem korban.

“Inikan belum lama ya di air, jadi tidak terlalu berubah kondisi jenazah. Dari hasil visum, semua korban mengalami gangguan pernapasan. Paru-paru mereka terisi air,” kata Kompol Edi Hasibuan, Dokter Polisi RS Anto Sudjarwo Bhayangkara Polda Kalbar di Puskesmas Rasau Jaya.

Pencarian masih terus dilakukan di hari ketiga ini. Semua korban akhirnya ditemukan. Pukul 11.29 menyusul Fatih (5 tahun) adik dari Kafi ditemukan. Pukul 15.15, Aling (27 tahun), ibu dari Seng Seng ditemukan di lokasi paling jauh dari tempat kejadian, yakni perairan Desa Air Putih. Seng Seng ditemukan sehari sebelum ibunya ditemukan.

Pencarian Aling dang Seng Seng juga menggunakan ritual khusus keyakinan. Sementara itu, korban terakhir, Ipin (6 tahun), cucu dari Maiden masih belum ditemukan. Pencarian pun sempat terhambat karena hujan deras. Para korban yang ditemukan telah divisum dan segera dipulangkan ke daerah asalnya untuk disemayamkan. Ada juga yang disimpan di freezer, menunggu kedatangan keluarganya.

Kepala Kantor SAR Pontianak, Slamet Riyadi selaku komandan tim gabungan mengucap syukur atas keberhasilan menemukan korban longboat Indo Kapuas Ekspress ini. Dijelaskannya, dihari ketiga paska kecelakaan, sudah ditemukan sembilan korban meninggal. Total korban meninggal menjadi 13 orang dari 53 penumpang. Karena saat kejadian, empat penumpang tewas di tempat.

“Sementara kami masih terus mencari satu korban lagi. Insya Allah, kami selalu berdoa dan minta dukungan dari masyarakat, supaya korban cepat diketemukan,” harap Slamet Riyadi, kemarin.

Selama proses pencarian korban, Slamet mengaku tidak mengalami kendala. Hanya saja arus sungai begitu kuat dan banyak sampah. Sehingga pencarian dilakukan hingga radius tiga sampai empat kilometer arah selatan dari lokasi kejadian. Menurutnya, ini merupakan musibah yang menelan korban jiwa terbanyak sepanjang tahun 2015. “Peristiwa ini yang terbesar, yang banyak menelan korban di tahun ini. Dan baru kali ini,” ucapnya.

Disebut Riyadi, lokasi kejadian bukan daerah rawan atau bahaya kecelakaan. Hanya saja yang namanya musibah, tidak bisa dielakkan. Di manapun bisa saja terjadi. “Lokasi kejadian merupakan daerah biasa. Yang membuat rawan itu hanya banyaknya potongan kayu hanyut,” ungkapnya.

 

Laporan: Ocsya Ade CP

Editor: Hamka Saptono

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.