eQuator – Sambas. Konstitusi mengamanatkan, setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, karena konstitusi ini lahir dan berakar dari sejarah perjuangan bangsa. Untuk itu, semangat bela negara harus digelorakan sebagai gerakan nasional.
Penegasan Plh Sekda Sambas, H Arlizen AB SSos itu membacakan sambutan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo pada upacara peringatan Hari Bela Negara Tahun 2015, Senin (21/12) di Halaman Koramil-03/Sambas.
Indonesia bisa berdiri tegak sebagai negara dan bangsa yang berdaulat, tegas Arlizen, tidak lepas dari perjuangan seluruh kekuatan rakyat, mulai dari petani, pedagang kecil, nelayan, dan elemen rakyat lain dalam upaya menumbuhkan Gerakan Bela Negara, dan tapak perjuangan rakyat untuk membela tanah air yang tercatat dalam lembaran sejarah 67 tahun lalu, tepatnya 19 Desember 1948.
Atas prakarsa Mr Sjarifoeddin Prawiranegara, papar Arlizen, maka dibentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Langkah tersebut sebagai upaya menyelamatkan negara, sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa RI masih eksis sebagai sebuah negara. “Dari peristiwa tersebut, menunjukkan bahwa bela negara tidak hanya dilakukan oleh militer dengan kekuatan senjata, tetapi juga dilakukan oleh setiap warga negara,” ujarnya.
Momentum peringatan bela negara, Presiden menginginkan seluruh rakyat Indonesia belajar dari sejarah perjuangan bangsa untuk menatap masa depan, karena saat ini tantangan dan ancaman terhadap kedaulatan bangsa sudah bersifat multidimensi. Artinya, tidak lagi bersifat konvensional atau fisik semata, tetapi fisik dan non fisik, karena ancaman dapat bersumber dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. “Sehingga kita harus bisa mendefinisikan ulang, apa yang dimaksud dengan bela negara,” tegasnya.
Arlizen mengungkapkan, saat ini upaya mewujudkan kedaulatan pangan adalah bela negara, dimana upaya ini sebagai upaya bangsa Indonesia untuk tegak berdiri di kaki sendiri. Tentunya secara ekonomi, guru, bidan, dan tenaga kesehatan yang berjuang melakukan tugasnya hingga ke pelosok tanah air, di perbatasan dan pulau-pulau terluar, sesungguhnya sedang melakukan bela negara. “Peran mereka ini telah membuat republik ini bisa tetap eksis untuk hadir melayani rakyatnya,” ujar Arlizen.
Saat ini, beber Arlizen, upaya melawan ancaman kemiskinan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sebagai upaya bela negara. Oleh karena itu, negara akan menjadi kokoh dan besar ketika bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama. “Saat ini banyak anak-anak kita yang terjebak dan ketergantungan narkotika, tidak sedikit warga negara kita yang juga masuk dalam jaringan perdagangan manusia. Tugas kita ialah melawan kejahatan kemanusiaan ini sebagai bagian dari kecintaan kita pada tanah air,” ungkapnya.
Tantangan besar dalam sejarah, lanjut Arlizen, bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup kita sebagai bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan kebudayaan. “Bela negara memiliki spektrum yang sangat luas, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Namun yang terpenting, bela negara bisa dilakukan oleh setiap warga negara, serta bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai peran dan profesi warga negara,” tegasnya.
Reporter: Muhammad Ridho
Redaktur: Yuni Kurniyanto