Cerita Nelayan Minahasa Utara yang Hanyut hingga Jepang

Demi Bertahan Hidup, Makan Ikan Mentah

BERUNTUNG. Setelah 49 hari hanyut, Aldi Novel Adilang diselamatkan kapal berbendera Panama pada 31 Agustus. KJRI Osaka

Pemuda 19 tahun asal Desa Wori, Minahasa Utara, hanyut terbawa  arus laut sejak 4 Juli lalu. Setelah terkatung-katung seorang diri selama 49 hari, nelayan itu ditemukan di perairan Jepang. Kini Aldi sudah pulang ke rumahnya dan sudah kembali melaut.

RIDEL PALAR-REINALDO RUMLUS, Minahasa Utara

 

eQuator.co.id – Banyak kisah yang diceritakan Aldi Novel Adilang kepada keluarga saat hanyut 49 hari. Manado Post (Jawa Pos Group) menyambangi kediaman Aldi di Desa Langsa, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Minggu (23/9). Rumahnya sederhana. Berbahan tripleks.

”Saat ini Aldi tidak berada di rumah karena pergi melaut lagi. Belum tahu juga mau balik kapan,” ujar ayahanda Aldi, Alvian Adilang, 49, membuka pembicaraan di teras rumah beralas tanah.  Aldi menekuni pekerjaan mencari ikan itu sejak dua tahun lalu, saat masih berusia 16 tahun.

Alvian yang didampingi istrinya, Net Kahiki, mengatakan mengetahui Aldi hilang sejak 14 Juli karena tali yang dikaitkan di rakit putus. ”Aldi pergi melaut karena kebutuhan ekonomi. Selain membantu kami, bertepatan juga pada waktu itu istri saya lagi di rumah sakit. Saat mendapat kabar Aldi hilang, istri saya lebih drop karena memikirkan dia,” tutur Alvian.

Keluaga sudah pasrah karena hampir dua bulan Aldi tidak ditemukan. Lalu, ada petugas dari Polresta Manado yang datang ke rumah Aldi. Mereka mengabarkan bahwa Aldi ditemukan di Jepang.

Menurut Kapolresta Manado Kombespol F.X. Surya Kumara, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka awalnya dihubungi Japan Coast Guard (JCG) bahwa mereka baru saja menyelamatkan nelayan tersebut dengan menggunakan kapal berbendera Panama MV Arpeggio di perairan sekitar Guam.

Selanjutnya, kata Kumara, Kamis (6/9), menurut laporan JCG, korban dibawa ke Tokuyama, Jepang. Selanjutnya, KJRI berkomunikasi dengan kapten kapal MV Arpeggio.

”KJRI langsung minta bantuan Polresta Manado juga untuk menghubungi keluarga karena mereka sulit mendapatkan nomor kontak keluarga korban,” jelas mantan Kapolres Minahasa Selatan tersebut. ”Konsul Indonesia di Osaka juga telah menelepon saya, supaya meminta kepada keluarganya untuk mengirimkan KK (kartu keluarga) dan KTP korban untuk dibuatkan paspor,” imbuh Kumara.

Aldi saat itu menjaga lampu di rompong (Rumpon-red) . Dia hanyut terbawa arus pada pertengahan 4 Juli  hingga sampai di perairan Guam. Ketika tengah berada di perairan berjarak 125 km dari pesisir utara Manado. Aldi ditemukan kapal berbendera Panama MV Arpeggio pada 31 Agustus. KJRI Osaka telah menjemput Aldi pada 6 September 2018 di Tokuyama, Prefektur Yamaguchi, Jepang, setelah kapal bersandar untuk memastikan Aldi dalam kondisi yang baik dan selanjutnya mengawal hingga mendapat izin kepulangan ke Indonesia dari otoritas imigrasi Jepang.

Kemudian, 8 September 2018, KJRI Osaka telah mendampingi kepulangan Aldi ke Manado. Kini Aldi telah berkumpul dengan keluarganya di Wori, Manado.

Dari penuturan Aldi kepada keluarga, selama 49 hari, dia bertahan hidup dengan mengonsumsi ikan hasil tangkapan. Namun, karena suplai api tinggal sedikit, dia terpaksa memakan ikan mentah untuk bisa dapat energi. ”Ia memotong kayu yang berada di rakit, lalu memasak, tetapi itu tak berlangsung lama, sehingga harus memakan ikan mentah,” kata Alvian.

Menurut Alvian, Aldi sama sekali tidak trauma. Namun, sang ayah yang meminta Aldi tidak melaut sendirian. Harus ada temannya agar kejadian tersebut tidak terulang. (Manado Post/JPG)