Terima Kasih Presiden Putin, Spasiba Rusia!

Blog dari Rusia Oleh Candra Wahyudi

eQuator.co.id – E-MAIL dari FIFA itu saya terima pada Jumat siang (13/7). Isinya sesuai dengan harapan. Kabar gembira. Federasi sepak bola dunia itu menyetujui permohonan tiket final Piala Dunia 2018. Artinya, saya bisa nonton langsung duel Prancis melawan Kroasia di Stadion Luzhniki, Moskow, dini hari tadi.

Meski mengantongi akreditasi FIFA, memang tidak semua jurnalis bisa mendapatkan tiket meliput pertandingan. Harus mengajukan permohonan terlebih dahulu. Untuk laga babak penyisihan grup, permohonan bisa dilakukan sejak sebelum datang ke Rusia. Sebab, jadwal sudah tersedia. Tinggal pilih laga mana saja yang hendak diliput.

Syaratnya, tidak boleh memilih dua pertandingan pada hari yang sama. Selain berlebihan, mustahil lah bisa datang di dua stadion berbeda pada hari yang sama. Apalagi kalau kotanya berbeda. Memangnya Doraemon?

Kalau permohonan ditolak, masih ada peluang untuk mendapatkan tiket. Caranya, berusaha dan berdoa. Lewat mekanisme waiting list. Ini dilakukan secara manual. Datang ke media center, lalu menuliskan nama dalam daftar tunggu. Keputusan diterima atau tidak ditentukan satu jam sebelum kickoff pertandingan. FIFA harus menunggu berapa kuota yang tersedia.

Misalnya, di antara 200 jurnalis yang permohonannya disetujui, ternyata ada 16 orang yang tidak mengambil tiket hingga 90 menit sebelum kickoff. Nah, sisa 16 tiket itulah yang dibagikan kepada jurnalis yang masuk daftar tunggu. FIFA yang menentukan. Tidak bisa diganggu gugat. Untung-untungan. Sebab, yang masuk waiting list biasanya jauh lebih banyak daripada kuota yang tersedia. Apalagi untuk laga-laga besar.

Beruntung, seluruh permohonan saya diterima. Total 13 pertandingan. Terdiri atas sembilan laga penyisihan grup, satu pertandingan babak 16 besar, dua semifinal, dan final. Hanya fase perempat final yang kelewatan. Maaf ya.

Beragam cerita mengiringi perjalanan saya meliput Piala Dunia 2018. Sekali lagi, meliput lho ya. Bukan hanya menonton. Atmosfer di setiap stadion berbeda. Tidak semua pertandingan berjalan menarik. Ada yang sangat seru sehingga bikin mata terus melek hingga peluit panjang berbunyi. Tapi, ada juga yang biasa saja. Bahkan, membosankan dari awal sampai akhir.

Perjuangan untuk mencapai kota-kota penyelenggara pun tidak sama. Harus mengejar kereta dari Moskow ke Nizhny Novgorod. Balik lagi ke Moskow untuk pertandingan yang lain. Terbang ke Kazan. Lanjut ke Saint Petersburg. Bergegas meninggalkan pertandingan semifinal pertama untuk mengejar semifinal kedua di Moskow. Seru. Asyik.

Dari rentetan pengalaman itu, saya harus mengapresiasi kinerja FIFA dan panitia Piala Dunia 2018. Sangat well organized. Semuanya berjalan lancar. Nyaris tidak ada insiden yang berarti. Hingga menjelang final, tidak ada kabar minor dari Rusia. Pelaksanaan pertandingan di 11 kota berjalan mulus.

Animo penonton juga sangat besar. FIFA memang belum merilis jumlah total penonton. Tapi, saya meyakini tingkat keterisian stadion rata-rata lebih dari 90 persen. Untuk laga-laga yang melibatkan tim besar, tiket sold out.

Di luar stadion, antusiasme fans membuncah. Jumlah pengunjung FIFA Fan Fest memecahkan rekor. Hingga selesainya babak penyisihan grup, lebih dari 5 juta orang membanjiri Fan Fest di 11 kota tuan rumah. Dalam beberapa kesempatan petugas terpaksa menutup pintu masuk Fan Fest karena membeludaknya pengunjung. Terutama saat tuan rumah Rusia berlaga.

Demam Piala Dunia menjalar sampai keluar Rusia. Di Prancis, sebanyak 22,3 juta orang menyaksikan laga semifinal antara Les Bleues –julukan timnas Prancis—melawan Belgia lewat layar kaca. Itu rekor di Prancis. Mengalahkan final Euro 2016 saat Prancis meladeni Portugal yang disaksikan 21,08 juta penonton televisi. Rekor penonton televisi juga terjadi di Belanda, Belgia, dan Tiongkok.

Salut untuk kerja keras Rusia. Mengutip pernyataan Presiden FIFA Gianni Infantino saat opening ceremony di Stadion Luzhniki pada 14 Juni lalu, selayaknya kita berterima kasih kepada tuan rumah. Inilah penyelenggaraan Piala Dunia terbaik. Terima kasih Presiden Vladimir Putin. Spasiba, Rusia.

 

Wartawan Jawa Pos