eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Persoalan banjir di Kota Pontianak masih belum ada penyelesaian. Pasalnya, drainase semakin tertutup lantaran pesatnya pembangunan.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemkot Pontianak. Melakukan pembersihan secara rutin serta sosialisasi ke masyarakat. Namun tetap saja belum membuahkan hasil optimal.
Kota Pontianak menjadi salah satu lokasi program Bank Dunia. Kemudian ada, Kota Ambon, Manado, Padang dan Bima.
Perwakilan Bank Dunia, Rinsan Tobing menjelaskan, urbanisasi memang memberikan peluang-peluang. Akan tetapi ada kemungkinan juga dampak negatifnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan mitigasi. Salah satunya konteks program ini adalah risiko banjir perkotaan dan pengurangan bencana.
“Salah satunya terkait infrastruktur perkotaan yang menjadi kajian kita terkait drainase dan faktor-faktor lainnya,” katanya usai melakukan pertemuan dengan Wali Kota Pontianak Sutarmidji di Aula Abdul Muis Muin Kantor Bappeda Kota Pontianak, Jumat (13/7).
Sedikitnya ada 30 kota yang menjadi target. Jumlah ini kembali disaring hingga dipulihkan lima kota. Dinilai profil masing-masing dari risiko banjir kota-kota yang terpilih tersebut.
“Kita melihat apa kira-kira masalah dan kondisi atau situasi yang mengakibatkan terjadinya risiko banjir di kota-kota tersebut,” katanya.
Hasil kajian yang dilakukan di lima kota akan dipaparkan pada 13-14 Agustus 2018. Pihaknya akan mengundang kota-kota yang telah didukung melalui bantuan teknis ini.
“Nanti kita akan memaparkan hasil dari kajian ini dan juga akan mendapatkan pengalaman dari kota-kota lain dan juga pengalaman dari kota lain,” tuturnya.
Ia berharap dari hasil kajian ini akan muncul pembelajaran sekaligus rekomendasi-rekomendasi yang diharapkan. Sehingga bisa ditindaklanjuti dalam perencanaan dan implementasinya di kota-kota tersebut. “Langkah selanjutnya kita akan mencoba frameware untuk penanganan banjir tingkat nasional,” tutup Rinsan.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Bestieen dari Deltares. Yakni sebuah lembaga penelitian independen di bidang air, permukaan dan infrastruktur. Menurut Bestiee, dalam mengatasi banjir di masa mendatang, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. “Yakni secara struktural seperti membangun kanal atau bendungan dan lainnya,” jelasnya.
Kemudian pendekatan secara non struktural. Yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir perkotaan. Seperti mengarahkan masyarakat untuk tidak bermukim di kawasan rentan banjir. “Kemudian menentukan jenis bangunan apa yang sesuai untuk kawasan tersebut dan sebagainya,” katanya.
Menganalisis permasalahan dalam bantuan teknis, pihaknya menerapkan beberapa cara. Pertama, dengan melakukan maping (pemetaan) kawasan atau area mana saja yang rentan terhadap banjir. Kedua, kawasan-kawasan mana yang terpapar dampak banjir. “Ketiga, tentang kemungkinan-kemungkinan seberapa rentan dampak yang terjadi ke depannya,” imbuh Bestieen.
Sementara itu, Wali Kota Pontianak Sutarmidji mengungkapkan, pihaknya ingin menyelesaikan masalah genangan atau banjir yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi. Dengan bantuan teknis dari Bank Dunia, ia berharap ada solusi yang harus dilakukan Pemkot Pontianak dalam mengatasi persoalan tersebut.
“Pastinya harus bersinergi dengan kabupaten/kota di sekelilingnya. Kalau tidak, sulit untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,” lugasnya.
Menurutnya, hal ini tidak hanya kaitan persoalan drainase. Namun juga mencakup pemukiman dan urbanisasi. Sehingga kawasan-kawasan pemukiman baru harus dipersiapkan. Kawasan itu tidak akan menjadi penyebab banjir ke depannya.
“Sehingga daerah-daerah itu harus dibuka. Saya berharap daerah pinggiran kota itu menjadi kawasan pemukiman, tetapi infrastrukturnya harus disiapkan, terutama drainasenya,” tukasnya.
Pria yang karib disapa Midji ini meminta dalam membuat drainase, tidak asal-asalan. Membuat drainase harus ada kajian tentang topografi daerah. Ketinggian daerah satu dengan daerah lain. Demikian pula ketinggian antara drainase tersier, sekunder dan primer harus menjadi perhatian.
“Jangan sampai nanti drainase tersier lebih rendah dibandingkan drainase sekunder, sehingga air tidak bisa mengalir ke drainase primer. Jangan asal buat dalam dan lebarnya tetapi ketinggian juga harus diperhatikan sehingga hasilnya sesuai,” terangnya.
Pemetaan titik-titik rawan banjir sudah dilakukan pihaknya. Dengan adanya bantuan teknis Bank Dunia ini, antisipasi bagaimana ke depan.
“Meskipun kondisi sekarang sudah cukup baik, tetapi akan berubah jadi masalah kalau tidak mengendalikan urbanisasi,” pungkas Midji.
Laporan: Gusnadi
Editor: Arman Hairiadi