Istana Alwatzikoebillah Selalu Jadi Magnet Wisatawan

Jejak Pelestarian Peninggalan Kesultanan Sambas (bagian 1)

DIABADIKAN. Pengunjung tidak melewatkan untuk berfoto di Istana Alwatzikoebillah Sambas, Minggu (12/11). Sairi-RK

Kabupaten Sambas tidak hanya menyimpan kekayaan  wisata alamnya yang indah. Kabupaten yang juga dijuluki ‘Serambi Mekah’ ini memiliki situs-situs sejarah. Sampai saat ini peninggalan tersebut masih tetap terjaga.

Sairi, Sambas

eQuator.co.id – Salah satunya warisan budaya yang masih dijumpai adalah Kesultanan Sambas. Istananya bernama Alwatzikoebillah. Sisa-sisa kejayaan Kerajaan Sambas ini masih kokoh berdiri di Desa Dalam Kaum Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas.

Komplek Kesultanan ini berada di Maure Ulakan yang merupakan pertigaan sungai Sambas, Sambas Kecil dan Teberau. Istana Alwatzikhoebillah yang terlihat sekarang ini baru dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943), sultan ke 15 Kesultanan Sambas.

Untuk memasuki Istana Alwatzikoebillah, pengunjung harus melalui dua gapura. Gapura pertama, pembatas antara alun-alun dengan jalan raya. Sedangkan gapura kedua, pembatas antara alun-alun dan Istana.

Di bagian belakang alun-alun, pengunjung akan menemukan sebuah tiang seperti tiang kapal yang dikelilingi oleh tiga buah meriam dan disangga oleh empat tiang. Tiga meriam melambangkan tiga buah sungai yang terdapat di sekitar istana yang harus selalu dijaga. Meriam-meriam tersebut adalah pemberian dari tentara Inggris pada 1813 yang salah satunya diberi nama Si Gantar Alam. Di area ini pula salah satu pahlawan Sambas, Tabrani Ahmad gugur ditembak peluru tentara Belanda saat mempertahankan Merah Putih.

Empat tiang penyangga, melambangkan empat Menteri sebagai Pembantu Sultan yang disebut Wazir. Dua tiang penyangga pada sisi kiri dan kanan tiang, melambangkan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahannya, Sultan selalu didampingi oleh Ulama dan Khatib. Di dalam komplek Istana Alwatzikoebillah terdapat Masjid Jami Sultan Muhammad Shafiuddin II Sambas, yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Barat. Sesuai namanya, masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shafiuddin II. Letaknya di sebelan kanan atau selatan alun-alun Kesultanan Sambas. Masjid ini terdiri dari dua tingkat dan di dalamnya disangga delapan tiang dari kayu belian yang ukurannya besar-besar. Selain itu, masjid ini memiliki bedug dan kendi (bejana) raksasa serta sebuah mimbar antik.

Istana Alwatzikoebillah, terutama di akhir pekan kerap dikunjungi wisatawan. Itu lantaran pihak istana setiap hari membuka diri untuk dikunjungi masyarakat umum.  “Setiap hari, kita selalu terbuka untuk pengunjung yang datang. Tetapi warga yang ramai mengunjungi istana pada saat libur, terutama Minggu,” kata Aini, salah seorang pengurus Istana Alwatzikoebillah, Minggu (12/11).

Tidak sekadar melihat-lihat, para pengunjung kerap menggali informasi mengenai sisa-sisa peninggalan yang tersimpan di Istana Alwatzikoebillah dan Kesultanan Sambas. Di sinilah peran pengurus istana. Untuk mendampingi pengunjung yang ingin mendapatkan informasi tentang istana dan Kesultanannya, para pengurus sering bergantian tugas.

“Supaya masyarakat Sambas dan wisatawan luar daerah bisa mengetahui dan mengenal serta berupaya melestarikan kebudayaan Sambas,” tuturnya.

Wisatawan yang datang tidak hanya warga Sambas, tapi berasal dari seluruh Kalbar. Tidak sedikit pula pengunjung dari mancanegara. “Kita juga sering menerima wisatawan dari Malaysia, Australia, Belanda, Brunai dan negara lain juga ada,” jelasnya.

Diharapkan, pemerintah daerah lebih memperhatikan peninggalan sejarah yang kaya unsur-unsur kebudayaan Sambas ini. Agar generasi muda lebih mengetahui dan cinta budaya sendiri.

“Pelestarian kebudayaan dan peninggalan sejarah daerah juga merupakan tanggung jawab dari pemerintah,” lugas Aini.

Pemerintah Kabupaten Sambas sebenarnya telah berupaya memberikan perhatian terhadap Istana Alwatzikoebillah ini. Dalam berbagai event, Pemkab selalu mempromosikan tentang budaya Sambas dan juga Istana Alwatzikhoebbillah. Harapannya, masyarakat luas semakin mengetahui tentang keberadaan istana sambas. “Obyek wisata yang terkenal dan sering di kunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara adalah Istana Alwatzikhoebbillah,” kata Wakil Bupati Sambas, Hairiah.

Istana Alwatzikoebillah menjadi destinasi yang memiliki daya tarik tersendiri. Bangunan istananya bergitu khas dan tidak lepas dari sejarah Sambas. “Tentu tak lepas dari budaya yang masih di junjung tinggi dan dijaga oleh keluarga istana,” pungkasnya.

Pada 2016, Sambas sudah diterima sebagai anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia. Anggotanya ada sekitar 64 kota/kabupaten se Indonesia. Dengan masuk dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Sambas akan lebih mudah mengenalkan berbagai budaya dan potensi pariwisatanya untuk menarik wisatawan.

Untuk mengenalkan potensi wisata Sambas tentu saja tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Hairiah bersyukur pemuda Sambas sangat antusias memperkenalkan budaya dan potensi wisatanya. Aktivitas dan kreativitas yang tinggi, banyak anak muda Sambas melahirkan berbagai karya baik di seni tari, suara, film, lukisan, bacaan dan lain-lain. “Semuanya merupakan kekayaan intelektual yang di miliki oleh pemuda-pemudi sambas,” lugas Hairiah. (*/Bersambung)

Editor: Arman Hairiadi