eQuator.co.id – Senang banget ketika ibu berjilbab hijau ini melepasku ke pantai. Tangannya yang lembut menghelaku secepatnya menemukan air laut. Jika tukik di tangan Si Ibu bisa bicara, mungkin dia akan mengatakan itu.
Perempuan berjilbab hijau tersebut Wakil Bupati Sambas, Hairiah. Sabtu (30/7) sore, dia memang menyempatkan diri menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Kota Sambas ke Pantai Mungguk Rasak, Desa Sebubus, Kecamatan Paloh.
Untuk sampai ke sana, lebih sejam perjalanan darat ditempuh Hairiah hingga ke tepian Sungai Sambas besar. Dua puluh menitan menyeberangi sungai menggunakan Fery Tanjung Harapan-Sekura, dilanjutkan menempuh jalan darat untuk kembali menyeberangi Sungai Sumpit, Desa Sebubus. Juga menggunakan fery selama 20 menit.
Dari situ, setengah jam saja perjalanan darat ditempuh untuk tiba di lokasi penangkaran penyu hijau yang digagas Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswa) Kambau Borneo. Di sanalah Hairiah melepas seribuan anakan Chelonia mydas tersebut.
Dia tak sendiri. Ditemani pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), anggota World Wide Fund (WWF), perwakilan perusahaan yang berinvestasi di Paloh, dan sejumlah masyarakat setempat.
Dipaparkan Hadian Husin, Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, sore itu 1.500 tukik dilepas dan 4 ribu pohon cemara ditanam di Pantai Mungguk Rasak. Tahun 2016, total sudah 5.000 Pohon Cemara ditanam. Masih ada 4.000 lagi dalam proses pembibitan.
“Kegiatan Restorasi ini akan tetap berlanjut dan mengharapkan dukungan semua pihak, termasuk penanaman pohon di bibir pantai,” jelasnya.
Hingga saat ini, lanjut dia, lebih dari 13 ribu tukik dilepasliarkan. Harapannya, mereka bertahan hidup di laut dan ketika dewasa bisa kembali mendarat untuk bertelur di Pantai Paloh.
“Di Kabupaten Sambas, hanya di Desa Sebubus dan Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, saja kita bisa ketemu Penyu. Dari 530 sarang penyu yang sudah direlokasi ke tempat penetasan semi alami, sebanyak 329 sarang menetas. Tentunya proses peneluran juga kami awasi,” terang Husin.
Pelestarian tukik dan penanaman cemara ini disambut baik Wilmar Sawit Group. Personal General Affair Buluh Cawang Plantations (PGA BCP) Estate-nya, Nico Putri Carolina, hadir di sana. “Sebagai perusahaan yang berinvestasi di Paloh, kami mendukung penuh upaya restorasi ini,” singkat dia.
Senada, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sambas, Darsono menyatakan, kegiatan Pokmaswa Kambas Borneo seiring dengan upaya pihaknya menciptakan konservasi Bekantan di hutan-hutan mangrove Kecamatan Paloh. “Kita harapkan restorasi pantai ini bisa diikuti warga lainnya dan dilakukan secara terus-menerus. Dampaknya luar biasa, ekosistem pantai jadi terjaga,” tuturnya.
Hairiah sendiri terlihat gembira saat melepasliarkan tukik ke habitatnya. Bagian dari restorasi pantai yang dilaksanakan Pokmaswas Kambau Borneo itu ia sebut sebagai hal positif.
“Ini harus dilakukan sejak dini. Kalau lambat diantisipasi akan berpengaruh terhadap ekosistem dan biota laut. Apalagi setiap musim pancaroba banyak Pohon Cemara yang tumbang akibat abrasi pantai. Dampak lain pohon tumbang itu menjadi sampah yang mengganggu proses peneluran penyu. Mereka butuh pantai bersih nan aman,” paparnya.
Mantan Anggota DPD RI ini mengatakan, Pemkab Sambas bertekad menjadikan Penyu sebagai ikon kabupaten. “Marilah kita jaga kelestarian alam ini, manfaatkan potensi Pantai Paloh yang indah, karena tidak semua pantai disinggahi penyu,” ajak Hairiah. Dan mungkin saja, beberapa tahun nanti, satu dari tukik yang dilepas tangannya sendiri itu bakal kembali bertelur di sana (*)
Muhammad Ridho, Sambas