eQuator – Sambas. Peta Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI)menyebut, Kabupaten Sambas memiliki aliran gas alam dari pesisir Kecamatan Jawai hingga Temajuk, Kecamatan Paloh yang terhubung dengan Laut Natuna. Warga di wilayah tersebut harus berhati-hati jika menggali tanah, terutama membuat sumur bor.
Fakta ini diperkuat dengan semburan lumpur mengandung gas yang terjadi di Kecamatan Tangaran, belum lama ini. Kejadian itu bukan yang pertama di Kabupaten Sambas. Sebelumnya, sudah tiga kali kejadian serupa terjadi di Kecamatan Jawai. “Gas metan terjadi karena pengaruh tanah gambut. Sehingga potensi gasnya kecil, dan api yang dihasilkan berwarna merah,” papar Kasi Energi, Mineral dan Air Tanah, Bidang ESDM, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kabupaten Sambas, Yunando L kepada Rakyat Kalbar, Senin (14/12).
Peta Geologi untuk Kabupaten Sambas, jelas Yunando, hanya melihat potensi hidrogeologi, atau untuk melihat cekungan potensi air tanah. “Peta Geologi ini bukan melihat aliran potensi gas, melainkan cekungan potensi air tanah untuk air baku yang bisa dikonsumsi masyarakat,” jelasnya.
Potensi gas di Kalbar, papar Yunando, didominasi gas metan yang dihasilkan dari gambut. Namun, berapa besar cadangannya hingga kini belum diketahui secara pasti. Penelitian yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Pelimpaan, Kecamatan Jawai tahun 1990 juga memperkuat adanya kandungan gas metan. “Gas telah dimanfaatkan masyarakat, namun potensinya kecil. Untuk Kecamatan Jawai sudah tiga kali ditemukan gas metan, hanya saja tidak sempat keluar air seperti di Kecamatan Tangaran, karena cepat diketahui adanya potensi gas metan,” bebernya.
Sedangkan di Kecamatan Paloh, ungkap Yunando, pernah ditemukan pasir bercampur minyak ketika warga memasang tiga gorong-gorong untuk membuat sumur. “Ini bukan femomena alam, ini terindikasi adanya gas metan yang terjadi dari tanah gambut. Sehingga masyarakat harus berhati-hati saat membuat sumur bor,” imbaunya.
Seksi Energi, Mineral dan Air Tanah juga telah mengagendakan peninjauan ke lokasi semburan lumpur di Kecamatan Tekarang. Apalagi kejadian yang sama pernah terjadi di Desa Pelimpaan, Kecamatan Jawai tahun 2014. “Tapi semburan gas cepat ketahuan, karena gasnya keduluan terbakar saat ada yang menyulut api, sehingga tidak sempat terjadi semburan lumpur,” ucapnya.
Dia mengimbau masyarakat yang akan melakukan pengeboran air tanah di Kabupaten Sambas, khususnya di wilayah pesisir dari Jawai hingga Temajuk supaya berkoordinasi dengan Bidang ESDM. Sebab, perlu kajian Study Geolistrik guna melihat potensi air tanah sebelum melakukan penggalian air tanah. “Saat ini kajian sedang dilakukan di Desa Bakau, Kecamatan Jawai dan Desa Puringan, Kecamatan Teluk Keramat. Bahkan telah dipresentasikan di Dinas PU Bina Marga, apakah sumur bor tersebut memiliki potensi air baku yang layak atau tidak,” jelasnya.
Menurutnya, hasil study akan memastikan potensi air baku yang bisa dimanfaatkan masyarakat, terutama melihat kadar air, termasuk mengetahui apakah ada kandungan gas metan dan mineral-mineral lain dalam perut bumi. “Kalau komposisi gas metan di Kecamatan Tangaran masih kecil dan masih kotor, sehingga api yang dihasilkan berwarna merah. Kalau komposisinya baik, maka apinya berwarna biru,” pungkasnya.
Reporter: Muhammad Ridho
Redaktur: Yuni Kurniyanto