Maret 2016 nanti seharusnya menjadi hari bahagia Nela Sari Ayu dan Krisno. Dua pasangan asal Padang Tikar ini akan naik pelaminan. Namun takdir berkata lain.
Ocsya Ade CP, Rasau Jaya
eQuator – Ajal terlebih dahulu menjemput Nela dalam tragedi terbaliknya longboat milik CV. Indo Kapuas Ekspress, di perairan Olak-olak Pinang, Kabupaten Kubu Raya, Ahad (13/12). Tiga bulan lalu, perempuan berusia 21 tahun itu bertemu Sang Arjuna yang telah memanah hatinya, Krisno.
Layaknya seorang lelaki, pria yang terpaut usia 9 tahun dengan Srikandinya itu menghadap Herman, ayah Nela. Ia berharap bisa mempersunting Nela.
Pinangan tersebut diterima oleh keluarga besar Nela. Pun, Nela sudah lulus sekolah dua tahun silam. Diputuskan bersama, Maret 2016 nanti, keduanya akan naik tahta pelaminan.
Mendekati penghujung 2015, dua calon pengantin ini masing-masing sudah mulai mempersiapkan segala keperluan pernikahan mereka nanti. Terutama calon mempelai perempuan.
Soal hari pernikahan tak dianggap enteng, karena Sang Waktu berlalu tak terasa. Terus berjalan. Inilah yang membuat Nela turun ke Pontianak untuk membeli segala keperluan pernikahan.
Dari Padang Tikar menuju Pontianak, Nela menumpang longboat Indo Kapuas Ekspress, transit di Pelabuhan Rasau Jaya. Malang tak dapat ditolak, longboat terbalik sesaat setelah menghantam potongan kayu.
Tragedi memilukan itu menenggelamkan 53 penumpang berikut Nahkodanya, Zainudin, yang diduga ceroboh, dan kernetnya, Lukas. Sebanyak 39 penumpang selamat dan 14 dinyatakan tewas, termasuk Nela. Jenazah Nela ditemukan di hari ketiga pencarian.
Sebelum pergi, Nela sempat pamitan dengan Krisno. “Dia bilang mau belanja. Nyicil-nyicil beli segala persiapan bulan tiga nanti,” cerita Krisno, tersedu-sedu, Selasa (15/12) siang.
Ditemui di Puskesmas Rasau Jaya, tempat semua korban dievakuasi, isak tangis keluarga dan kerabat Nela pun tak terbendung ketika jenazahnya ditemukan. Kesedihan memenuhi lorong Puskesmas. Tampak sejumlah warga juga tak bisa menahan jatuhnya air mata.
Mereka seolah masih di ambang ragu, nyatakah tragedi pada tanggal 13 bulan 12 ini? Juga seperti tak percaya dengan nahas yang menimpa dua sejoli itu saat ibadah pernikahan mereka sudah dekat.
Wajah Krisno sayu dan lusuh karena tiga hari belakangan tak tidur menunggu kabar calon istrinya. Meski kehilangan, ia tampak berusaha memendam sedih. Di hadapan semua orang, Krisno seolah ingin menunjukkan dirinya bisa terima kenyataan ini. Walau diyakini hatinya berkata lain.
“Ini sudah kehendak-Nya dan harus diterima,” ucap Krisno, sesekali mengusap airmatanya yang berlinang.
Tentu, susah baginya melupakan Nela. “Dia pengertian, penyayang, dan bisa menerima semua keadaan. Itu yang membuat saya tertarik dengan dia,” lirih Krisno.
Herman, ayah Nela, tak banyak berkata. Di samping rasa sedih kehilangan anak, ia juga dalam keadaan sangat letih. Ikut mencari Nela selama tiga hari.
“Saya sangat berduka, tak bisa omong apa-apa lagi,” ujarnya. Bibirnya bergetar, suaranya tersendat.
Sulung empat bersaudara itu memang telah meninggalkan dunia fana ini. Namun, di hati keluarga dan orang-orang dekatnya, Nela selalu ada. Dengan mata berkaca-kaca, Herman masih mengucap syukur.
“Kami ikhlas. Dan syukur Alhamdulillah, dia bisa ditemukan walau sudah meninggal,” ucapnya, kemudian dirangkul para keluarga. Jenazah Nela pun dimasukkan ke dalam peti dan dibawa pulang ke Padang Tikar untuk disemayamkan. (*)
Saya mengomentari tentang kecelakaan LONGBOT INDO KAPUAS.
Longbot indo kapuas memakan 14 korban dan 39 selamat. Tiba saatnya perhatian pemerintah fokus kepada transportasi air yang rute perjalanannya RASAU JAYA-PADANG TIKAR itu semua sangat memprihatinkan, penyebabnya muatan penumpang dan barang melebihi kapasitas. seperti KM SRI INDAH dll, itu sangat tidak memungkinkan lagi untuk beroperasi sebagai angkutan umum. Jadi kami warga padang tikar sangat berharap kepada pemerintah KUBURAYA dapat memperhatikan kebutuhan masyarakat untuk angkutan umum dan mencari solusinya tentang angkutan umum yang layak beroperasi.