eQuator.co.id – Melawi-RK. Tugu yang berada di simpang lapangan terbang (Lapter) Nanga Pinoh, lebih dikenal luas oleh berbagai kalangan dengan sebutan Tugu Naruto. Meskipun sebenarnya bukan itu namanya, namun nama tersebut sepertinya sudah mengakar di masyarakat. Entah bagaimana dan siapa yang memulai penyebutan tersebut, sehingga hingga kini tugu tersebut lebih dikenal dengan sebutan itu.
Sejarahnya pembangunan tugu tersebut diinisiatornya H. Firman Muntaco ketika dirinya menjabat sebagai Bupati Melawi.
Baca Juga: Alfriady Ivan Sahadula Jawara Sayembara Tugu Kubu Raya
Pembangunan tugu tersebut dimulai pada 2012 lalu. Dengan mendatangkan langsung para seniman dari tim ArtCa Yogyakarta dibawah pimpinan Yos Tri Atmadja. Pembangunan itu sendiri menjadi ikon ketika Melawi ditunjuk menjadi tuan rumah MTQ Tingkat Provinsi Kalbar. Sebelum dibuat monumen, patung pejuang dibuat di rumah jabatan Bupati Melawi. Kemudian beberapa bulan, baru dimulai pembuatan monumen tepat di Simpang Lapter Nanga Pinoh.
“Tim ArtCa asal Yogyakarta ini menjelaskan, dalam sub elemen estetik ada pada monumen itu sendiri, ada dua item. Yaitu, bukit batu artificial dan patung pejuang. Kesemuanya itu memiliki makna penting dalam torehan sejarah perjuangan Kabupaten Melawi. Tim dari ArtCa mencoba untuk mewarisi nilai-nilai perjuangan Kabupaten Melawi dan sebelum membuatnya tim tersebut juga melakukan ziarah ke makan pahlawan nasional satu-satunya asal Provinsi Kalbar yang ada di Kabupaten Melawi. Yaitu, Raden Temenggung Setia Pahlawan di Desa Tekelak, Dusung Liang,” ujar Dea Kusuma Wardana.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Melawi, Panji mengatakan, tugu ini memang belum ada nama yang pasti dan belum diperdakan. Jadi yang dikatakan orang-orang selama ini dengan sebutan Tugu Naruto bukan namanya. Tentu terkait tugu ini nantinya Pemkab akan meminta pendapat serta pemikiran dari masyarakat luas terkait nama tugu tersebut.
Baca Juga: Sayembara Tugu Kubu Raya Masuk Babak Akhir
“Yang pasti nantinya kalau sudah kita temukan, tugu ini apakah masih berupa patung atau patung orang atau nanti kita buatkan semacam burung garuda misalnya. Yang nantinya dibuat seindah mungkin, lalu nanti kita kasi namanya tugu garuda. Karena bagaimanapun garuda inikan simbol kebanggaan negara kita dan garuda ini juga lambang yang diangkat tinggi di negara kita. Mungkin juga kita belum memiliki simbol-simbol kenegaraan yang menonjol. Jadi ini nantinya kita buat garuda, patung orang nantinya kita buka serta diganti dengan patung garuda. Atau nanti lain-lain kita akan dengar masukan dari masyarakat,” ujar Panji.
Terkait Perda sejumlah nama tugu yang dibangun, Panji menegaskan, hal itu harus dibuar Perda. Jadi nanti kalau sudah diberikan nama baru akan dibuat Perda. Pemerdaan tersebut nantinya akan bersamaan dengan yang lainnya. Seperti rumah sakit, stadion, tugu yang berada di simpang tiga pasar, tugu yang berada di pasar kuliner, taman yang berada di sebelah tugu simpang lapter. Begitu juga dengan jalan-jalan lainnya.
“Jadi jalan besar yang menghubungkan Nanga Pinoh ke beberapa daerah ini akan kita usahakan sekaligus mengurus itu semua yang nantinya dibentuk Perda. Saya yakin semua pihak mendukung, karena tujuan kita baik. Jadi kita tidak enak juga dengarnya, tugu apa sebenarnya dan selama ini disebut tugu naruto juga tidak pas,” tegasnya. (ira)