Thailand-Malaysia Bangun Tembok di Perbatasan

Ilustrasi NET

eQuator.co.id –  Cegah Narkoba dan Human Trafficking

BANGKOK – Penjagaan perbatasan Malaysia-Thailand bakal diperketat. Bahkan, akan dibangun tembok di perbatasan kedua negara. Tujuannya, memerangi terorisme serta mencegah perdagangan manusia dan penyelundupan narkoba atau barang-barang dari Thailand ke Malaysia maupun sebaliknya.

Hal tersebut terungkap dalam kesepakatan yang dicapai antara Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak dan PM Thailand Prayuth Chan-o-cha di Bangkok, Thailand, kemarin (9/9). ”Keamanan masih menjadi masalah penting bagi kedua negara. Juga ada kesepakatan peningkatan dalam hal berbagi serta pengumpulan informasi intelijen untuk memahami terorisme lintas perbatasan,” terang Najib.

Selama bertahun-tahun, perbatasan Thailand-Malaysia sepanjang 640 kilometer menjadi rute untuk perdagangan manusia dan penyelundupan barang-barang gelap. Misalnya saja obat-obatan terlarang, senjata, juga minyak.

Tahun lalu pemerintah Thailand melakukan operasi besar-besaran di beberapa titik sehingga beberapa rute akhirnya tutup. Para pengamat juga menyatakan bahwa area perbatasan digunakan oleh para pemberotak yang beroperasi di pedalaman Thailand bagian selatan. Mereka diperkirakan menggunakan wilayah perbatasan Malaysia sebagai pangkalan untuk merencanakan dan melakukan serangan ke wilayah Thailand.

Najib menambahkan, kedua negara juga telah membahas pembangunan tembok dan pagar pembatas sebagai langkah pencegahan untuk tindak penyelundupan dan terorisme. Itu bukan sekadar pembahasan sambil lalu. Melainkan sudah cukup terperinci. Mulai panjang tembok hingga detail pengerjaan. ”Masalah pembangunan tembok ini memang masih dalam tahap pertimbangan, namun kita perlu menentukan dimensi fisik tembok ataupun pagar tersebut, termasuk di antaranya pembagian biayanya,” tegas suami Rosmah Mansor tersebut.

PM keenam Malaysia itu menyatakan bahwa negaranya siap membantu pemerintah Thailand dalam proses perdamaian di wilayah selatan. Tiga provinsi paling selatan di Thailand, yaitu Pattani, Yala, dan Narathiwat, dulu adalah bagian dari kesultanan muslim Malaysia yang merdeka. Tiga wilayah tersebut diduduki Thailand pada 1909. Sejak 2004, pemberontak muslim beroperasi di tiga provinsi tersebut. Berdasar data yang dirilis Deep South Watch, lebih dari 6.500 orang tewas gara-gara pemberontakan tersebut.

Menjelang kunjungan Najib, tiga serangan bom terjadi di wilayah Thailand bagian selatan tersebut. Termasuk pengeboman di beberapa area wisata pada Agustus lalu, yang disinyalir juga dilakukan oleh para pemberontak muslim itu. Para pengamat mengungkapkan, serangan tersebut dilakukan oleh Barisan Revolusi Nasional (BRN). Penyebabnya, mereka tidak diajak dalam rundingan perdamaian antara pemerintah Thailand dan kelompok separatis. ”Kami merasa terhormat menjadi fasilitator proses perdamaian itu,” ujar Najib seperti dilansir Bangkok Post.

Selain masalah keamanan, pihak Malaysia-Thailand juga membahas kesepakatan perdagangan antara keduanya. Mereka sepakat untuk meningkatkan perdagangan bilateral senilai USD 30 miliar (Rp 393,3 triliun) pada 2018. Peningkatan kerja sama di bidang perdagangan itu bertujuan menciptakan lapangan pekerjaan di kedua pihak. (Reuters/New Strait Times Online/sha/c11/any)