eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Tersisa 40 nama calon pimpinan (capim) KPK setelah 104 capim melalui tes psikologi Minggu (28/7). Dari puluhan nama tersebut, tidak ada Basaria Panjaitan. Komisioner lembaga antirasuah yang lolos hanya dua. Alexander Marwata dan Laode M. Syarif. Sisanya lebih banyak dari akademisi dan anggota Polri.
Panitia Seleksi (Pansel) Capim KPK membeber seluruh nama berikut latar belakang capim yang lolos. Dari 40 orang, tujuh di antaranya akademisi, enam anggota Polri, serta lima orang dari internal KPK termasuk Alex dan Laode. Sisanya berlatar belakang berbeda. Mulai advokat, konsultan hukum, jaksa, hakim, PNS, sampai pensiunan.
Menurut Ketua Pansel Capim KPK Yenti Garnasih, 40 nama yang diumumkan kemarin (5/8) sudah melalui seleksi sebagaimana mestinya. Karena itu, Yenti tidak ambil pusing meski Basaria tidak lolos. Dia menilai, seleksi berlangsung sesuai ketentuan. ”Nggak masalah karena memang hasilnya seperti itu,” ujarnya.
Usai lolos tes psikologi, profile assessment sudah menanti para capim. Yenti menyebutkan, tahapan itu bakal dilaksanakan di Ruang Dwi Warna, Gedung Panca Gatra, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Tahapan tersebut bakal berlangsung selama dua hari. Yakni pada Kamis (8/8) dan Jumat (9/8). ”Peserta yang tidak hadir profile assessment dinyatakan gugur,” tegasnya.
Meski berlangsung dua hari, hasil seleksi tersebut tidak bisa cepat diumumkan seperti tes sebelumnya. Sebab, tim penguji butuh waktu sepuluh sampai 14 hari untuk menilai. Namun demikian, Yenti menyatakan bahwa pihaknya akan berusaha sebaik mungkin supaya hasil seleksi itu bisa cepat diumumkan kepada publik.
Bukan karena tergesa-gesa dalam bekerja, masih ada tahap lanjutan yang juga harus dilalui oleh capim setelah melalui profile assessment. Termasuk di antaranya tahap wawancara dan uji publik. Dengan target seleksi tuntas akhir bulan ini, Pansel berharap profile assessment bisa selesai dalam sepuluh hari. ”Kami sudah minta kalau bisa jangan 14 hari,” ujarnya.
Berkaitan dengan nama-nama yang diumumkan kemarin, Koalisi masyarakat sipil menyebut masih ada figur bermasalah yang lolos tes psikologi. Figur – figur itu diduga melakukan pelanggaran etik saat bertugas di KPK. Kemudian ada figur yang mengintimidasi pegawai KPK hingga terlibat dalam kriminalisasi Novel Baswedan di masa lalu.
Yenti enggan menjawab panjang saat ditanyai kritik tersebut, Dia kembali menegaskan bahwa rangkaian seleksi capim KPK sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kalau pun dinilai ada nama bermasalah yang dinyatakan lolos, dia memastikan bakal menyaring melalui tracking. ”Setelah (pengumuman 40 capim kemarin) kami kirim tim tracker,” kata dia.
Tim itu bakal memeriksa rekam jejak 40 capim. Kinerja di tempat mereka pernah bertugas bakal dicari tahu. Yenti mencontohkan, capim berlatar belakang jaksa bakal dicari tahu rekam jejak dakwaan dan tuntutan. Sedangkan capim berlatar belakang anggota Polri juga akan dicari tahu rekam jejak pekerjaan mereka.
Tidak hanya itu, Yenti menyampaikan, tracker yang mereka kirim juga akan datang ke lingkungan tempat tinggal para capim untuk menggali lebih dalam rekam jejak mereka. Di samping rangkaian tes yang dilalui oleh capim, Yenti memastikan bahwa hasil penelusuran tersebut juga akan berpengaruh pada penilaian. ”Nanti kami lihat,” ujarnya.
Dari Koalisi Masyarakat Sipil, Kurnia Ramadhana menyampaikan, hasil tes psikologi yang diumumkan pansel kemarin tidak terlalu memuaskan ekspetasi publik. ”Ini mengartikan bahwa pansel gagal memberikan kesan optimisme bagi publik untuk menghasilkan calon pimpinan KPK yang benar-benar berintegritas, profesional, dan independen,” kata dia kepada Jawa Pos.
Kurnia kembali mengingatkan kepada semua pihak untuk bersama menjaga KPK dari capim yang justru menjadi ancaman bagi lembaga superbodi tersebut. ”Jangan sampai ada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan tertentu terpilih menjadi komisioner KPK. Presiden harus segera mengevaluasi pansel sebelum citra Presiden tercoreng karena tindakan keliru pansel,” tegasnya.
Mantan Ketua KPK Abraham Samad menambahkan, pada tahap uji psikologi sebenarnya pansel sudah bisa menilai mana figur-figur yang memenuhi standar dan layak maju ke tahap selanjutnya. ”Karena dari hasil psikotes itu dapat menggambarkan tentang karakter seseorang atau integritas seseorang,” ujar komisioner KPK jilid tiga tersebut.
Menurut Samad, pansel semestinya menyikapi serius persoalan itu. Dan tidak ‘membiarkan’ figur-figur bermasalah lolos begitu saja ke tahap selanjutnya. Dia pun khawatir orang-orang tidak berintegritas yang dibiarkan lolos itu justru akan melemahkan misi pemberantasan korupsi. ”Dan pada ujungnya akan berakibat pada lumpuhnya agenda pemberantasan korupsi di Indonesia,” ungkapnya. (Jawa Pos/JPG)