tambahan pengamat soal pesawat Jatuh

ilustrasi - pixabay

eQuator.co.id – Sementara jatuhnya pesawat Super Tucano di Malang bisa terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya faktor cuaca, pilot dan teknis pesawat. Pengamat Penerbangan Alvin Lie menuturkan, dari ketiga aspek itu yang paling dominan adalah teknis pesawat. ”Sebab, pesawat tempur memang harusnya tahan dalam kondisi cuaca ekstrim. Lalu, untuk pilotnya pesawat tempur itu juga kemampuannya diatas rata-rata,” terangnya.

Karena itu, aspek teknis pesawat memang perlu untuk ditinjau. Aspek teknis pesawat itu bisa diartikan dengan perawatan pesawat. Perawatan pesawat ini dipengaruhi sejumlah hal, seperti anggaran, kedisiplinan mengawasi siklus perawatan dan keterampilan teknisi. ”Ketiga faktor ini yang perlu dilihat TNI AU, apalagi bila ternyata setelah penyelidikan diketahui penyebabnya faktor teknis pesawat,’ jelasnya.

Setelah itu, lanjut dia, juga harus ditemukan apakah masalah teknisnya. Anggaran yang minim, kekurangdisiplinan atau soal sumber daya manusia dari teknisi yang kurang mumpuni. ”Semua itu perlu dievaluasi secara mendetil,” tuturnya.

Alvin menuturkan, bila ternyata anggarannya minim tentunya, TNI AU perlu untuk menambahnya. Sebab, mau tidak mau persoalan pesawat terbang itu harus dipenuhi dengan anggaran yang memadai. ”Jangan sampai karena anggaran yang kurang, yang lainnya dikorbankan,” jelasnya.

Apalagi, pesawat TNI AU juga kerap jatuh karena disebabkan masalah teknis. Misalnya, pada 2012 terdapat pesawat Fokker 27 yang jatuh karena mesin bagian kiri tidak berfungsi dan pada 2015 terdapat pesawat F-16 yang jatuh karena mesinnya terbakar. ”Tentu ini sangat merugikan bangsa dan negara,” tuturnya.

Perlu diketahui, usia pesawat itu tidak berpengaruh secara signifikan pada performa pesawat tempur. Bila, perawatan yang dilakukan telah memadai dan sesuai prosedur. ”Pesawat baru bisa saja mengalami kerusakan teknis karena tidak dirawat, namun pesawat tua kalau dirawat tentu tidak akan ada masalah. Makanya, kunci utamanya itu pada perawatan pesawat,” tegasnya.

Dia berharap TNI AU bisa meninjau kembali sistem perawatan pesawat  dan kedisiplinannya. Selain karena memang harga pesawat yang begitu mahal, namun juga karena mendidik seorang penerbang pesawat tempur jauh lebih mahal. ”Penerbang pesawat tempur itu asset berharga bangsa negara dan sangat berharga. Jangan sampai mereka dikorbankan karena masalah kekurangan anggaran dan semacamnya,’ tuturnya. (idr)Sementara jatuhnya pesawat Super Tucano di Malang bisa terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya faktor cuaca, pilot dan teknis pesawat. Pengamat Penerbangan Alvin Lie menuturkan, dari ketiga aspek itu yang paling dominan adalah teknis pesawat. ”Sebab, pesawat tempur memang harusnya tahan dalam kondisi cuaca ekstrim. Lalu, untuk pilotnya pesawat tempur itu juga kemampuannya diatas rata-rata,” terangnya.

Karena itu, aspek teknis pesawat memang perlu untuk ditinjau. Aspek teknis pesawat itu bisa diartikan dengan perawatan pesawat. Perawatan pesawat ini dipengaruhi sejumlah hal, seperti anggaran, kedisiplinan mengawasi siklus perawatan dan keterampilan teknisi. ”Ketiga faktor ini yang perlu dilihat TNI AU, apalagi bila ternyata setelah penyelidikan diketahui penyebabnya faktor teknis pesawat,’ jelasnya.

Setelah itu, lanjut dia, juga harus ditemukan apakah masalah teknisnya. Anggaran yang minim, kekurangdisiplinan atau soal sumber daya manusia dari teknisi yang kurang mumpuni. ”Semua itu perlu dievaluasi secara mendetil,” tuturnya.

Alvin menuturkan, bila ternyata anggarannya minim tentunya, TNI AU perlu untuk menambahnya. Sebab, mau tidak mau persoalan pesawat terbang itu harus dipenuhi dengan anggaran yang memadai. ”Jangan sampai karena anggaran yang kurang, yang lainnya dikorbankan,” jelasnya.

Apalagi, pesawat TNI AU juga kerap jatuh karena disebabkan masalah teknis. Misalnya, pada 2012 terdapat pesawat Fokker 27 yang jatuh karena mesin bagian kiri tidak berfungsi dan pada 2015 terdapat pesawat F-16 yang jatuh karena mesinnya terbakar. ”Tentu ini sangat merugikan bangsa dan negara,” tuturnya.

Perlu diketahui, usia pesawat itu tidak berpengaruh secara signifikan pada performa pesawat tempur. Bila, perawatan yang dilakukan telah memadai dan sesuai prosedur. ”Pesawat baru bisa saja mengalami kerusakan teknis karena tidak dirawat, namun pesawat tua kalau dirawat tentu tidak akan ada masalah. Makanya, kunci utamanya itu pada perawatan pesawat,” tegasnya.

Dia berharap TNI AU bisa meninjau kembali sistem perawatan pesawat  dan kedisiplinannya. Selain karena memang harga pesawat yang begitu mahal, namun juga karena mendidik seorang penerbang pesawat tempur jauh lebih mahal. ”Penerbang pesawat tempur itu asset berharga bangsa negara dan sangat berharga. Jangan sampai mereka dikorbankan karena masalah kekurangan anggaran dan semacamnya,’ tuturnya. (idr)