eQuator.co.id – JAKARTA – Komitmen Pemprov DKI terhadap kampanye penyelamatan bumi yang digalang oleh WWF dibuktikan lewat aksi pemadam listrik Sabtu (19/3). Tepat pukul 20.30 WIB sampai 21.30 WIB, lima ikon ibu kota plus satu kawasan penting di Jakarta gelap gulita. Aksi tersebut merupakan salah satu wujud nyata yang dilakukan Pemprov DKI usai menerima surat dari WWF Kamis (17/3). Pemadaman listrik selama satu jam itu sekaligus menjadi persembahan Jakarta untuk dunia.
Seperti disampaikan oleh Kepala Dinas Perinduatrian dan Energi (DPE) DKI Yuli Hartono kepada Jawa Pos kemarin. Dia menyebutkan, Pemprov DKI termasuk salah satu di antara ratusan kota besar dunia yang mendukung penuh kampanye WWF. Tidak terkecuali Earth Hour yang sudah diselenggarakan sejak delapan tahun lalu. Pejabat yang akrab dipanggil Yuli itu menyebutkan, DKI sudah turut serta sejak kali pertama Earth Hour digaungkan. “Pekan ketiga Maret kami lakukan pemadaman listrik selama satu jam,” kata dia tegas.
Tahun ini, DPE DKI sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang menjadi leading sector kampanye Earth Hour di Jakarta memadamkan listrik di kawasan Monumen Nasional (Monas), Bundaran Hotel Indonesia (HI), Patung Arjuna Wiwaha, Patung Pemuda, dan Gedung Balaikota DKI yang tidak lain adalah kantor Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Selain itu, seluruh pengelola gedung di kawasan Segitu Emas ibu kota turut diminta memadamkan listrik dalam kampanye Earth Hour tahun ini. “Kami juga mengajak masyrakat. Hanya satu jam saja” kata Yuli.
Menyambut arahan tersebut, Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas yang memiliki tanggung jawab penuh mengelola destinasi wisata kebanggan warga Jakarta itu memadamkan seluruh aliran listrik di sana. Alhasil, begitu jarum jam berada di antara angka sembilan dan delapan Monas benar-benar gelap gulita. Demikian pula gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Gemerlap lampu kota yang biasa tersaji setiap malam pun tidak tampak. Yang terlihat menyala hanya lidah api di pucuk Monas. “Itu (lidah api, Red) adalah simbol yang tidak boleh padam,” ungkap Kepala UPK Monas Rini Hariani.
Simbol yang dia maksud adalah tanda bahwa semangat rakyat Indonesia untuk berjuang bersama tidak pernah padam. “Selain itu tidak ada yang menyala. Semua kawasan Monas kami padamkan,” tambah perempuan berkacamatan tersebut. Pemadangan serupa terlihat di Bundaran HI. Nyala lampu hias yang biasa terlihat elok di pandang mata padam sementara. Air mancur yang tidak pernah lupa menari menghiasi salah satu ikon ibu kota pun ikut dipadamkan. Tak pelak momen langka itu diabadikan oleh sejumlah warga. Khususnya yang gemar dengan fotografi. Satu jam Earth Hour di Jakarta pun ramai oleh pewarta foto yang mengabdikan momen tersebut.
Sadar akan hal itu, Yuli pun mengingatkan, dasar pelaksanaan Earth Hour adalah kampanye untuk kebaikan Bumi. Karena itu, dia berharap besar seluruh warga Jakarta memahami hal itu. Bila perlu tidak melulu saat pelaksanaan Earth Hour, pemahaman itu, sambung dia, diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Hemat listrik, hemat energi,” pintanya. Itu perlu dilakukan agar beban puncak listrik Jakarta yang mencapai 6.068 mega watt setiap hari berkurang. “Caranya mudah. Jangan gunakan listrik kalau memamg nggak perlu,” tegasnya. (syn/)