eQuator.co.id – Pelatih timnas Brasil Tite datang ke Stadion Spartak dalam kondisi cedera. Otot pahanya tertarik karena selebrasi yang berlebihan tatkala Philippe Coutinho mencetak gol ke gawang Kosta Rika pada masa injury time di Krevstosky Stadium, Saint Petersburg (22/6).
Konyol memang. Tapi, itulah ekspresi kegembiraan Tite saat timnya mencetak gol. Apalagi, gol Coutinho itu memecah kebuntuan serangan Brasil selama lebih dari 90 menit.
Nah, saat Samba –julukan timnas Brasil– mengalahkan Serbia 2-0 kemarin dini hari (28/6), Tite tampil lebih tenang. Pelatih 57 tahun itu memang bersorak ketika sontekan Paulinho pada menit ke-36 dan heading Thiago Silva (68’) membawa Brasil meraih tiga angka. Namun, selebrasinya tidak berlebihan.
Tite punya cara sendiri untuk merayakan lolosnya Brasil ke babak 16 besar. ’’Saya sekarang merasa tenang. Saya akan menikmati caipirinha malam ini,’’ katanya dalam konferensi pers setelah pertandingan.
Caipirinha adalah minuman khas Brasil. Bahan utamanya cachaca atau caninha. Yakni, minuman beralkohol paling populer di negeri Samba. Lalu, dicampur dengan dua sendok kecil gula dan empat potong irisan lemon. Caipirinha lebih nikmati disajikan dengan es.
Tite benar. Brasil tidak bisa berlama-lama larut dalam euforia lolos ke babak 16 besar. Lawan baru sudah menghadang. Sebagai juara grup E, Brasil akan meladeni Meksiko (runner-up grup F) di Samara pada 2 Juli. Di atas kertas, Neymar dkk diunggulkan untuk melenggang ke perempat final. Tidak hanya itu, seiring dengan tersingkirinya Jerman, maka Brasil disebut-sebut sebagai kandidat juara Piala Dunia 2018.
Tite tidak mau termakan dengan angan-angan itu. ’’Kami tidak hidup dalam harapan. Kami berada di alam yang nyata,’’ katanya.
Brasil mengawali Piala Dunia 2018 dengan performa yang kurang meyakinkan. Yakni, bermain imbang dengan Swiss pada laga pembuka grup. Setelah itu, Samba harus berjuang sampai injuy time untuk bisa mengalahkan Kosta Rika. Bahkan, kemenangan atas Serbia pun tidak terlalu mengesankan apabila melihat penampilan para penggawa Brasil di lapangan.
’’Kami punya harapan karena kami bermain sangat baik ketika kualifikasi dan laga persahabatan. Namun, saat memasuki Piala Dunia, kami memulai lagi roda yang baru,’’ tutur mantan pelatih klub Corinthians itu.
Ketika Brasil merayakan kemenangan dengan sewajarnya, para penggawa Serbia menerima kekalahan dengan lapang dada. Tidak ada kesedihan yang begitu mendalam. Mereka pasti kecewa. Tapi, tidak ada pemain Serbia yang sampai menangis di lapangan.
Begitu peluit panjang berbunyi, kapten Serbia Aleksandar Kolarov memimpin rekan-rekannya untuk menyapa fans yang tersebar di beberapa titik stadion. Beberapa pemain melepas jersey dan memberikannya kepada fans. Penghormatan yang dilakukan pemain Serbia dibalas applaus panjang pendukung mereka.
’’Kami datang untuk menunjukkan kemampuan kami. Serbia tidak tampil pada Piala Dunia 2014 dan Euro 2016. Kami puas dengan pencapaian ini,’’ kata pelatih Serbia Mladen Ksrtajik saat jumpa pers. ’’Kami kalah, tapi inilah hidup. Kami tidak bisa mengalahkan salah satu tim terkuat di dunia,’’ ujarnya.
Memang, kegembiraan fans Samba berlanjut di luar stadion. Mereka menari dan menari. Mengibarkan bendera Brasil dan memainkan tetabuhan. Suporter Brasil membagi kebahagian itu dengan orang-orang di sekitarnya. Seorang pria membagikan bendera Brasil ukuran kecil kepada para relawan yang meninggalkan stadion.
Fans Samba memang asyik. Mereka akrab dengan siapa saja. Di pintu masuk Stasiun Metro Spartak, seorang pria sepuh mengangkat poster bertulisan Obrigado. Artinya, terima kasih. Rupanya, itu cara mereka membalas terima kasih kepada warga Rusia. ’’Ini cara kami mengucapkan terima kasih dalam bahasa Portugis,’’ ujarnya.
Piala Dunia telah menghadirkan kegembiraan bagi siapa saja. Fans Brasil mendominasi tribun Stadion Spartak dengan berbagai aksesori dan jersey kebesaran berwarna kuning. Sementara itu, meski kalah jumlah, pendukung Serbia tidak loyo dalam membakar semangat tim pujaannya. Kedua kubu suporter duduk berdampingan dengan harmonis.
Selebrasi pendukung Brasil berlanjut di luar stadion. Puluhan fans Brasil bersorak-sorai di gerbong Metro yang meninggalkan Stasiun Spartak. Mereka menyanyikan yel-yel khas suporter. Samar-samar juga terdengar nyanyian sindiran untuk Jerman yang tersingkir di penyisihan grup. Ada juga nyanyian untuk Argentina, rival abadi Brasil.
Susi, salah seorang fans Brasil, larut dalam selebrasi itu. Dia sangat bersemangat saat menari dan bernyanyi. ’’Saya datang bersama suami dan ayah saya,’’ katanya. Metro pun bergoyang lebih kencang. Penumpang yang lain hanya tersenyum. Bahkan, mereka mengabadikan momen tersebut. (Jawa Pos/JPG)