Rp15,4 Triliun untuk Menyulap Nizhny Novgorod

Agar Layak Jadi Host Piala Dunia

Para penonton Inggris vs Panama keluar dari Stadion Nizhny Novgorod, Rusia, Minggu (24/6).
Para penonton Inggris vs Panama keluar dari Stadion Nizhny Novgorod, Rusia, Minggu (24/6).

Nizhny Novgorod, kota yang terletak di timur laut Moskow itu, telah menjadi saksi dua pertandingan hebat. Yakni ketika Argentina dihajar Kroasia 0-3 (22/6), serta ketika Inggris mencatat kemenangan terbesar sepanjang sejarah Piala Dunia (24/6). Bagaimana cerita Nizhny menyambut Piala Dunia 2018?   

eQuator.co.id – BEGITU terpilih sebagai host Piala Dunia 2018 pada 2 Desember 2010, Rusia langsung berbenah. Salah satunya adalah mempersiapkan 11 kota tuan rumah. Tidak main-main. Sebab, ini kali pertama Rusia dipercaya FIFA menjadi tuan rumah perhelatan sepak bola terbesar di muka bumi itu.

Satu di antara 11 host city itu adalah Nizhny Novgorod. Kota tua yang berdiri sejak 1221. Tidak mudah merenovasi Nizhny menjadi kota yang siap menjadi tuan rumah Piala Dunia. Sebab, kota tempat bertemunya Sungai Volga dan Oka ini baru terbuka untuk publik pada 1990. Seiring tumbangnya rezim Uni Sovyet. Sebelum itu, Nizhny tertutup untuk warga asing.

Infrastruktur utama yang harus siap adalah stadion. Faktanya, Nizhny hanya punya Stadion Lokomotiv yang kecil dan uzur. Dibangun pada 1932 dengan kapasitas minimalis. Hanya 18 ribu penonton. Sangat tidak layak untuk menjadi panggung Piala Dunia.

Tidak ada pilihan lain, dibangunlah stadion anyar. Nizhny Novgorod Stadium. Mulai dibangun pada 2015, stadion megah dengan desain futuristik itu akhirnya berdiri dan diresmikan pada awal 2018. Kapasitasnya 45 ribu. Stadion itu dipilih untuk memanggungkan enam pertandingan Piala Dunia 2018.

Kawasan di sekitar stadion juga dipercantik. Ada puluhan fasilitas atletik yang melengkapi kompleks stadion. Beberapa mal berdiri menjulang. Ada juga deretan apartemen yang dari luar terlihat masih kinyis-kinyis.

Selain stadion, sarana lain yang tidak kalah penting adalah transportasi. Tidak hanya mudah, juga harus murah. Maka, moda transportasi massal di Nizhny pun ikut diperbaharui. Jalur kereta api bawah tanah ditambah. Stasiun Metro Strelka dibangun khusus untuk membawa fans menuju stadion.

Jawa Pos merasakan langsung kemudahan itu. Meski hanya ada dua jalur, Metro bisa membawa penumpang ke barbagai sudut kota. Kalaupun tidak terjangkau Metro, masih ada bus kota. Di kawasan wisata juga ada kereta listrik alias trem. Tiket sekali naik Metro adalah RUB 28 atau sekitar Rp 6 ribu. Murah banget bukan.

Tidak hanya itu, stasiun kereta api untuk jalur antarkota juga disiapkan. Namanya Moskovsky. Stasiun itu sejatinya sudah berdiri sejak 1862. Sudah lebih dari 1,5 abad. Pemerintah Rusia menyulapnya menjadi stasiun yang megah dan modern. Ada bermacam fasilitas yang siap membuat pengunjung nyaman. Restoran 24 jam, ruang tunggu, dan wifi gratis.

Tentu, biaya yang dikeluarkan Rusia tidak sedikit. Anggaran sebesar RUB 70 miliar atau sekitar Rp 15,4 triliun dihabiskan untuk menyulap Nizhny menjadi host Piala Dunia 2018. Kota berusia 797 tahun itu pun siap menyambut ribuan suporter dari mancanegara.

Warga Nizhny menyambut antuasias perhelatan Piala Dunia 2018. Dalam dua laga yang disaksikan langsung Jawa Pos, stadion selalu penuh. Ribuan warga lainnya mengunjungi FIFA Fan Fest yang didirikan di kawasan Kremlin. Kehadiran fans dari Inggris, Argentina, Kroasia, Panama, Korea Selatan, Swedia, Swiss, dan Kosta Rika membuat Nizhny semakin semarak. Tidak ada tatapan curiga kepada para pendatang.

“Kami belum pernah melihat orang-orang sebanyak ini sebelumnya. Ini sangat baik untuk bisnis di sini,” kata Andreyeva, pemilik restoran di sekitar Stadion Nizhny Novgorod.

Piala Dunia menghadirkan pengalaman luar biasa bagi warga Nizhny. Kota tua yang dulu tertutup itu kini menjadi tempat yang nyaman bagi para fans dari penjuru dunia. Tak sabar rasanya kembali untuk menikmati atmostfer pertandingan babak knockout di sana.

STADION MEGAH ITU

TERANCAM MERANA

Salah satu warisan Piala Dunia 2018 untuk warga Nizhny Novgorod, yang berdiri gagah di tepi Sungai Volga, adalah Stadion yang diberi nama sesuai dengan nama kota tersebut. Begitu megah dengan desain istimewa. Dikelilingi pilar-pilar yang menggabungkan dimensi angin dan air, ciri khas Nizhny.

Dengan kapasitas 45 ribu penonton, stadion itu menjadi bangunan terbesar di Nizhny. Berdiri di atas lahan seluas 127,5 ribu meter persegi. Di antara deretan tribun, ada 902 kursi khusus untuk penyandang disabilitas.

Stadion ini menjadi venue untuk enam pertandingan Piala Dunia 2018. Empat laga babak penyisihan grup, satu babak 16 besar, dan satu pertandingan perempat final. Untuk itu, sebanyak 30 pos keamanan disiagakan selama 24 jam sampai pertandingan terakhir.

Seusai Piala Dunia, stadion itu bakal menjadi kandang klub lokal FC Olimpiyets. Tim yang baru berumur tiga tahun itu kini menjadi salah satu kontestan di level kedua Liga Rusia. Prestasinya lumayan. Musim sebelumnya mereka menjadi juara di salah satu zona di level ketiga sehingga berhak naik kasta.

Sayang, animo fans FC Olimpiyets tidak terlalu besar. Jika bertanding di kandang, rata-rata penontonnya hanya 6 ribu. Selama ini mereka bermain di Stadion Lokomotiv yang daya tampungnya 18 ribu penonton. Dalam tiga laga home di Stadion Nizhny Novgorod, suporter FC Olympiyets tidak pernah bisa memenuhi tribun.

Pihak klub berharap bisa terus memakai stadion itu setelah Piala Dunia selesai. ”Jika kami mendapatkan stadion baru, kami akan menang dan semua merasa senang. Setelah itu, kami yakin jumlah penonton akan bertambah,” kata Juru Bicara FC Olimpiyets Sergei Kuzunov.

Untuk menghidupkan stadion, pemerintah setempat berencana menggelar berbagai kegiatan. Tidak hanya olahraga. Bisa konser musik atau acara massal lainnya. Masalahnya, biaya sewa stadion mahal. Bila diserahkan kepada pemerintah lokal, mereka akan menggratiskan stadion untuk semua kegiatan publik. (Jawa Pos/JPG)