Rabies Membahana di Sejumlah Kabupaten, Leher Digigit Anjing, Batita Dioperasi

Di Kapuas Hulu, Satu Korban Tewas

DIPERBAN. Leher Seperianus Yosa diperban setelah digigit anjing tetangganya, di Sanggau, Selasa (9/8). DARMANSYAH DALIMUNTE

eQuator.co.id – Sanggau-RK. Bayi tiga tahun (Batita), Seperianus Yosa, terpaksa menjalani operasi usai digigit anjing tetangganya saat bermain, Senin (8/8). Warga Seriam Landak, Desa Enkodik, Kecamatan Mukok, Sanggau, itu mengalami tiga gigitan di leher, satu di tangan sebelah kiri.

“Ada yang cukup dalam, makanya harus dioperasi hari ini,” tutur Petrus, ayah korban, ditemui di RSUD Sanggau, Selasa (9/8).

Kepala Seksi Penunjang Medik dan Nonmedik RSUD Sanggau, Lusiana SKM menjelaskan, hingga Senin (8/8), pihaknya menangani lima kasus gigitan anjing. “Yang pertama dicakar, tapi setelah melihat hasil lab, dan pemantauan kita, kayaknya demamnya bukan karena rabies tapi karena penyakit lain, kalau rabies itukan ada ciri-cirinya,” terang dia.

Lanjut Lusiana, kedua, seorang anak perempuan SMP kelas I dari Kesusteran Sanggau digigit bagian pahanya saat lagi jalan-jalan. Terakhir, dua malam lalu, ada dua orang, yang satu Ibu-Ibu, juga digigit anjing.

“Udah agak lama baru dibawa ke rumah sakit, sementara yang anak-anak masih berdarah-darah dibawa ke rumah sakitnya,” tuturnya.

Dipaparkan dia, untuk menentukan pasien terkena rabies atau tidak butuh waktu inkubasi sekitar dua minggu dan uji laboratorium. Meski kasus gigitan anjing meningkat tajam, Lusiana memastikan pasien yang dirawat di RSUD Sanggau belum ada yang positif rabies.

“Kalau untuk diagnosa rabies itukan kita harus lihat cirinya, kemudian mungkin dari petugas Dinas Kesehatannya. Kalau mau data lengkapnya dengan Dinas Kesehatan, mereka lengkap datanya,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Lingkungan (P2L) Dinas Kesehatan Sanggau, Sarimin Sitepu menjelaskan, 16 orang di wilayah kerjanya menjadi korban gigitan anjing sejak Agustus 2016. “Termasuk yang dirawat di RSUD kemarin, “ ungkapnya.

Untuk itu, diambil beberapa langkah untuk meminimalisir dampak gigitan anjing. Diantaranya memberikan sosialisasi kepada masyarakat melalui Puskesmas-Puskesmas. Termasuk memberi tips menghidari rabies saat digigit anjing.

“Cuci luka gigitan memakai sabun atau detergen dengan air mengalir selama 10-15 menit. Beri antiseptik pada luka gigitan, bisa menggunakan povidoneiodine,alkohol 70%, dan lain sebagainya. Segera bawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya,” terangnya.

Ia menambahkan, anjing yang menggigit jangan dibunuh tapi diobservasi 10-14 hari. “Kalau anjingnya sehat berarti bukan rabies, kalau anjingnya mati, spesimen otaknya diperiksa di laboratorium melalui dinas peternakan,” ujarnya.

Sementara itu, di Kapuas Hulu, warga Nanga Suhaid meninggal pascadigigit anjing pada 15 Juni lalu. Hal ini dibenarkan dr. Harisson MKes, Kepala Dinas Kesehatan setempat, kemarin (9/8)

“Ada dua orang, pertama meninggal pada bulan Januari 2015 dan yang terbaru ini satu orang lagi yakni Wan Bahtiar, warga Nanga Suhaid, yang meninggal di rumah sakit di Sintang,” terang Harisson.

Diketahui, Wan Bahtiar digigit anjing pada 15 Juni itu di Desa Lamedak, Kecamatan Semitau. Saat digigit, ia tidak melapor ke petugas kesehatan.

“Kemudian 30 Juni ia ke Puskesmas Semitau dengan keluhan sakit dada dan sesak nafas. Tanggal 2 Agustus ia pun dirawat di rumah sakit Sintang. Tak lama ia meninggal,” jelas Harisson.
Selain Wan Bahtiar,  menyusul kasus gigitan anjing dialami oleh Lutvia Erlina (36 tahun) warga Sejiram. Ia digigit anjing di betis sebelah kanan sekitar 9 hari lalu. Baru Senin (8/9), korban dirujuk ke rumah sakit Sintang dan kini dalam perawatan.

Kasus gigitan juga dialami Jaipon (14 tahun) warga Sejiram, yang digigit anjing pada kaki sebelah kiri. Korban dalam penanganan Dinkes Kapuas Hulu di rumahnya.

Lanjut Harisson, langkah yang dilakukan pihaknya setelah Wan Bahtiar meninggal adalah turun ke Desa Lamedak bersama Dinas Pertanian, Peternakan, dan Tanaman Pangan. “Di sana kami melakukan penyuluhan dan pengobatan,” tuturnya.
Ditambahkan dia, dari tahun 2015 hingga sekarang, Kapuas Hulu masih berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa). Jumlah kasus gigitan anjing yang ditangani oleh Dinkes sebanyak 193 kasus pada tahun 2015. Dari awal 2016 hingga 7 Agustus sebanyak 52 kasus.

“Total yang kami tangani itu ada 245 kasus gigitan dengan dua orang meninggal,” paparnya.
Ia mengaku cukup kewalahan karena pihaknya tidak memiliki vaksin antirabies (VAR) “Kosong, kami sudah minta ke Provinsi,” ungkap Harisson. Sebelumnya, jumlah VAR yang mereka terima hanya 290 yang habis digunakan untuk menangani daerah terdampak rabies seperti Kecamatan Semitau.

Terpisah, Kabid Peternakan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kapuas Hulu, Maryatiningsih mengakui kasus gigitan anjing kembali mewabah. “Kami bersama dinas kesehatan turun langsung ke lokasi.Untuk vaksin hewan tak ada masalah karena kami sudah mendapat bantuan dari pemerintah sebanyak 5.000 vaksin,” kata dia.

 

Laporan: Darmansyah Dalimunte dan Andreas

Editor: Mohamad iQbaL