eQuator.co.id – Landak-RK. Ada pesan khusus dari Cornelis kepada Karolin Margret Natasa. Amanat tersebut disampaikan Gubernur Kalbar itu sebelum anaknya tersebut terjun ke dunia politik.
“Saya tidak bisa minta mau jadi anak siapa, kalau hanya tidur dan makan di rumah tidak bisa seperti ini. Bapak saya (Cornelis,red) mendidik kami anak-anaknya untuk bersekolah, bekerja keras, dan jangan manja menjadi anak pejabat,” ungkap Karol, karib Karolin disapa, di sela-sela khitanan massal 68 anak dalam rangkaian ritual Tumpang Negeri Keraton Ismahayana Kabupaten Landak, Darit, Kecamatan Manyuke, Jumat (15/7).
Setakat ini, Karol memang tengah bersiap-bersiap untuk mengikuti suksesi kepala daerah Landak yang pemilihannya dilakukan pada 15 Februari 2017 mendatang. Kemarin, ia kembali menyatakan keteguhan tekadnya untuk pulang kampung, mencalonkan diri sebagai bupati lima tahun kedepan. Karol akan berpasangan dengan Herculanus Heriadi yang saat ini menjabat Wakil Bupati Landak.
Legislator Indonesia dengan suara terbanyak pada Pemilu 2014 ini menyadari keputusannya menuai pro dan kontra. Istri Adi Nugroho itu menepis anggapan bahwa dirinya mencalonkan diri sebagai pemimpin Kabupaten landak bukan semata-mata lantaran ayahnya pernah jadi bupati dua periode di sana.
“Namun, saya memilih meninggalkan kursi DPR RI untuk terjun langsung membangun Landak sehingga kedepan bisa bersaing dengan kabupaten lain. Perkembangan dunia sangat cepat, jika tidak terjun langsung maka Landak akan ketinggalan,” tutur Karol.
Istri Adi Nugroho tersebut yakin mampu membawa Landak semakin baik. Ia meminta masyarakat Landak menjaga kedamaian dan keamanan sehingga proses pemilihan kepala daerah berjalan lancar.
Dukungan kepada Karol datang dari tokoh masyarakat setempat yang juga Raja Keraton Ismahayana Landak, Gusti Suryansyah. “Tidak mudah mengambil keputusan mundur sebagai anggota DPR RI kalau tidak ada niat yang kuat dan tulus untuk membangun daerah. Niat tulus Karolin ini harus didukung untuk kemajuan Kabupaten Landak,” tutur Doktor dari Universitas Tanjungpura Pontianak tersebut.
ANUGERAH GELAR KEHORMATAN
Bagi Karol, khitanan massal merupakan kebudayaan yang harus dilestarikan, juga bermanfaat bagi kesehatan. Ia mengingatkan agar anak-anak yang disunat merawat diri.
“Supaya tidak infeksi,” pinta dokter lulusan Universitas Atma Jaya Jakarta itu.
Mereka juga diminta terus belajar karena pendidikan modal utama menghadapi persaingan global yang mulai terjadi saat ini. “Mohon orangtua juga mengawasi anak-anak kita, jangan sampai menyentuh Narkoba. Sekarang ini, narkoba tidak hanya ada di tempat hiburan malam, tapi sudah ada di sekitar kita. Baik di makanan dan minuman,” tutup Karol.
Sementara itu, Cornelis memandang keseluruhan rangkaian ritual Tumpang Negeri sebagai lambang penghormatan dan permohonan kepada leluhur dengan memberikan sesajian di sungai. Menurutnya, masyarakat percaya akan hal ini dengan menyediakan tujuh macam makanan di sungai yang disajikan kepada Jubata (Tuhan). Dipercayai masyarakat Landak sebagai simbol kesuburan tanah yang dibawa air sungai.
Persembahan disediakan juga dengan maksud meminta keselamatan bagi seluruh umat. Wujud keselamatan tersebut berbentuk perahu ataupun rakit. Dalam kepercayaan masyarakat Landak, roh-roh jahat yang singgah perlu diantar kepergiannya agar tak menimbulkan malapetaka. Ini adalah sebuah permohonan halus agar roh gaib tak murka.
“Kalau dalam masyarakat Dayak Kanayatn itu pakai Nyangahatn (semacam doa permohonan kepada Jubata),” ujar Cornelis.
Perahu rakit yang ditaruh makanan atau sesaji tersebut, ia melanjutkan, dihanyutkan di muara sungai Landak dan Munggu. Tepatnya diantara pertemuan bekas pusat Kerajaan Landak dahulu.
Acara puncak Tumpang Negeri di Desa Munggu, Kecamatan Ngabang, besok (17/7), juga dirangkai dengan penganugerahan gelar Ratu Naga Pulang Palih kepada Cornelis. Ny. Frederika Cornelis juga dianugerahi gelar Mas Ratu Laila Ismahayana. Gelar kehormatan tersebut akan diserahkan langsung oleh Raja Landak, Gusti Suryansyah.
Laporan: Isfiansyah
Editor: Mohamad iQbaL