-ads-
Home Headline Pembawa Senpi Bukan Peserta Aksi

Pembawa Senpi Bukan Peserta Aksi

FPI Tidak Pernah Lakukan Sweeping Etnis

JAMAAH DULU. Ratusan peserta Aksi Bela Ulama jilid II menunaikan salat magrib berjamaah di lapangan Jananuraga Polda Kalbar, Pontianak, sebelum membubarkan diri mengakhiri aksi, Jumat (21/1). Ocsya Ade CP-RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Aksi Bela Ulama Jilid II tak sependapat dengan beberapa pernyataan Kapolda Kalbar Irjen Pol Musyafak kepada para wartawan yang hadir dalam rangkaian  audiensi Aliansi Umat Islam Bersatu di Mapolda Kalbar, Jumat (20/1).

Koordinator Lapangan (Korlap) ABU II, Syarif Kurniawan, tegas membantah dua statemen Kapolda Kalbar yang diutarakannya melalui jumpa pers, Sabtu (21/1). Aliansi Umat Islam Bersatu Kalimantan Barat menyatakan, mereka terdiri dari berbagai Ormas Islam dan umat muslim Kalbar.

“Yang pertama, statemen Kapolda yang menyatakan tidak ada pemberitahuan. Kedua pernyataan bahwa ada peserta aksi yang membawa senjata api jenis softgun,” ujar Syarif Kurniawan.

-ads-

Korlap Aksi Jilid II menjelaskan bahwa pernyataan Kapolda tidak benar sama sekali. Aliansi Umat Islam Bersatu Kalbar sudah memberitahukan rencana aksi tersebut. “Kapolda mengatakan merasa kecewa tidak memberikan informasi, Alhamdulillah kita jelas telah menginformasikan aksi itu baik secara lisan maupun tulisan,” kata Syarif Kurniawan.

Secara lisan, kata pria yang akrab disapa Wawan, pemberitahuan disampaikan melalui Kompol Adi, langsung oleh Ustadz Syahrani selaku Sekretaris Aliansi Umat Islam Bersatu.

“Kemudian secara tertulis dari pihak Aliansi Umat Islam Kalbar Bersatu sudah melayangkan surat kepada Polda Kalbar. Surat diantar yang diarahkan oleh penjagaan Mapolda ke salah satu ruangan. Yang menerimanya seorang PNS wanita namun tanpa tanda terima, jadi tidak benar jika tidak ada pemberitahuan,” tambahnya.

Terlepas Kapolda tahu atau tidaknya ada pemberitahuan, Syarif Kurniawan mengucapkan terima kasih Kapolda dan jajaran telah menerima kedatangan peserta ABU II. “Alhamdulillah Kapolda menerima kita,” ujarnya.

Perihal statement Kapolda yang menyatakan pembawa softgun adalah peserta aksi, tegas dibantah Wawan. “Kita baru tahu setelah selesai audiensi disebutkan ada peserta aksi yang membawa senjata air softgun,” katanya.

Mulai dari titik kumpul di Mujahidin berkali-kali sudah diinstruksikan tidak ada yang boleh bawa senjata apapun. Ini aksi damai menindaklanjuti aksi sebelumnya. “Jadi tidak benar peserta aksi Bela Ulama Jilid II ada yang membawa senjata itu. Karena itu bukan peserta aksi,” tegasnya.

“Jadi jangan dibilang itu peserta aksi, karena kita sendiri sudah mengecek seluruh perwakilan Ormas yang tergabung dalam aksi, dan itu memang bukan peserta aksi,” tambahnya.

Kurniawan juga mengungkapkan bahwa yang membawa senjata itu mengakui dari FPI Pontianak Timur. “Ketika dicek ternyata bukan. Setelah mengaku dari salah satu organisasi mahasiswa, ternyata tidak benar juga. Jadi itu bukan peserta aksi, sekali lagi itu bukan peserta aksi,” tegasnya.

Bahkan sampai jumpa pers digelar, semua peserta aksi tidak mengetahui siapa yang ditangkap dan diamankan Mapolda Kalbar itu. “Siapa dia sebenarnya kita tidak tahu. Apakah ini oknum ini orang susupan, tentunya ini di luar tanggung jawab kita, karena memang bukan peserta aksi,” kata Kurniawan.

Bantah Isu Sweeping

Isu sesat alias provokasi yang beredar bahwa FPI akan melakukan sweeping, bakar dan tindakan anarkis lainnya, disesalkan telah disebarkan oleh pihak-pihak yang ingin mendiskreditkan Islam.

“Sudah kita buktikan, isu itu tidak benar itu semuanya. Begitupun diisukan bahwa Aksi Bela Ulama adalah aksi FPI, itu menyesatkan. Ini murni aksi damai umat muslim membela ulama yang terdiri dari berbagai organisasi Islam, organisasi pemuda maupun organisasi kemasyarakatan,” tegasnya.

Ustadz Syahrani, Sekretaris Aliansi Umat Islam Kalbar Bersatu menambahkan bahwa dia sendiri secara lisan telah menyampaikan adanya aksi. “Bahwa aksi yang dilakukan kemarin dikatakan tidak ada laporan, itu bohong besar. Tembusannya kita sampaikan ke Kodam, logikanya, Kodam kita beritahukan apalagi Mapolda,” kata Syahrani, pun menegaskan Aliansi Umat Islam Kalbar Bersatu dan Aksi Bela Ulama jangan pernah dikaitkan dengan FPI.

Syahrani juga menanggapi statement Gubernur Kalbar Cornelis di salah satu media cetak Pontianak. Yakni tentang menjaga agama masing-masing dan amalkan agama masing-masing.

“Saya sepakat kalimat ini. Kami miliki juga di Islam, lakum dinukum waliyadin. Agama kalian ya kalian, agama kami ya agama kami. Ini dalam konteks aqidah,” katanya.

Bahkan dalam konteks sosial kemasyarakatan, Syahrani menegaskan harus saling tolong menolong. Bahkan ketika saudara yang berbeda aqidah membutuhkan bantuan, harus dibantu, ini dari segi kemanusiaan. Namun, menurut Syahrani, ada hal penting yang harus diklarifikasi dari statement Gubernur, tentang jangan mudah mengkafirkan suatu agama.

“Bagi kita, umat Islam, konsep itu jelas. Pada surat Al Kafirun, dimana ayatnya berbunyi, ‘wahai orang-orang kafir aku tidak menyembah apa yang kau sembah, sebaliknya engkau tidak menyembah apa yang aku sembah’. Orang berbeda dengan agama kami, kami katakan kafir. Yakni ingkar kebenaran agama kami,” jelasnya.

Sebaliknya, jika nonmuslim menganggap muslim kafir atau juga mengatakan muslim adalah domba-domba yang tersesat. “Silakan, namun sampaikan dalam komunitas sendiri. Yang menjadi masalah apabila disampaikan dalam komunitas berbeda,” tutur Syahrani.

Ditegaskannya, kaum muslimin sangat sepakat menjaga kedamaian dan keamanan serta kenyamanan dengan menjaga bhinneka tunggal ika, NKRI, dan toleransi. “Tentunya tidak sertamerta membaurkan aqidah dan konteks kemasyarakatan. Jika bahasa seperti itu dikeluarkan, sama saja agama, akan menjadi apa, dianggap sama? Biarkan masing-masing agama mengalir dengan keyakinan mereka dan tidak boleh melecehkan dan lain sebagainya,” tegas Syahrani.

Karena dalam Alquran, lanjut Syahrani, dikatakan jangan mencaci agama lain. “Jadi secara sosial sama. Tapi secara agama beda, kita di Islam ada lakum dinukum waliyadin,” pungkas Sekretaris Aliansi Umat Islam Bersatu.

Bantu Polisi Kumpulkan Bukti

Wakil Korlap Aksi Bela Ulama Jilid II, Syarif Hasan Basri, menegaskan untuk penyelidikan dan penyidikan kasus yang terjadi di Bandara Susilo Sintang, 12 Januari lalu, Aliansi Umat Islam Kalbar Bersatu siap membantu kepolisian mengumpulkan barang bukti.

“Jika memang ada bukti yang belum lengkap. Karena kami akan memantau atau mengawal terus kasus ini, sampai jalannya betul sesuai hukum yang berlaku. Bukan hanya dari kami siapkan advokasi, kita juga meminta Komisi A DPRD Kalbar juga mengawal kasus ini,” jelasnya.

Pernyataan MABM Kalbar

Perwakilan Mahasiswa Melayu, Agus Setiadi, mempertanyakan tentang statemen Ketua MABM Kalbar, DR Chairil Effendi. “Sangat tersinggung, MABM tidak mewakili aksi yang kemarin. Atau organisasi maupun aksi bela ulama bukan di bawah MABM,” tegasnya.

Gabungan Mahasiswa Melayu  dari sejumlah Kabupaten seperti Kota Pontianak, Mempawah, Sambas, Ketapang, Kayong dan lainnya akan melakukan aksi tersendiri pada Jumat mendatang. “Sejukkan hati kami, dengan proses hukum yang cepat dan menindak pelaku pidana di Bandara Susilo Sintang yang menghadang Wasekjen MUI KH Tengku Zulkarnaen,” pungkas Agus.

Jaga Pancasila, NKRI

dan Bhinneka Tunggal Ika

Perwakilan Laskar Opu Daeng Menambon Mempawah, H.Muhammad Husni Thamrin, pendiri pemuda Melayu Kalbar menyinggung tentang kata-kata pengkhianat saat audiensi di Mapolda Kalbar. “Bicara soal pengkhianat, kami tidak akan merusak, kami menjaga Pancasila, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Kalbar tidak pernah terusik,” tegasnya.

Menurut dia, umat Islam Kalbar sangat menjaga toleransi. “Contohnya, begitu Bapak Cornelis terpilih sebagai gubernur, kami akui, kami hormati. Itu Islam dan itu sikap muslim,” paparnya.

Terkait aksi Umat Muslim Bersatu Kalbar, ia menjelaskan, disebabkan Wasekjen MUI KH Tengku Zulkarnaen dihadang. “Beliau adalah Wakil Sekjen MUI, jangan salah persepsi, saya tegaskan itu. Kami berempati dan bersolidaritas. Mari kita hidup bertoleransi tidak ada arogansi, saling hormat, bagaimana bangun Kalbar dengan aman tertib, seperti yang sudah-sudah,” tutup Husni Thamrin.

 

Laporan:Achmad Mundzirin

Editor: Mohamad iQbaL

 

Exit mobile version