Mungkin Mamanya Mau Ketemu Sama Anaknya

SENG SENG DITEMUKAN. Jasad Seng Seng, bocah lelaki berumur 5 tahun, ditemukan dalam kondisi tewas, Senin (14/12). Korban kecelakaan tunggal longboat Indo Kapuas Ekspress yang terbalik di perairan Olak-olak Pinang, Kabupaten Kubu Raya, ini ditemukan ayahnya, Apin (ikat kepala kuning), di tengah perairan sekitar 100 meter dari lokasi kejadian. OCSYA ADE CP

Masih Ada Delapan Korban yang Harus Dicari

MAIDEN DIEVAKUASI. Jenazah Maiden tengah dibawa tim gabungan pencarian orang menuju Puskesmas Rasau Jaya, Senin (14/12) malam. Korban kecelakaan tunggal longboat Indo Kapuas Ekspress berusia 45 tahun itu ditemukan di perairan sekitar 200 meter dari Dermaga Desa Pinang Luar, Kubu, Kubu Raya. OCSYA ADE CP
MAIDEN DIEVAKUASI. Jenazah Maiden tengah dibawa tim gabungan pencarian orang menuju Puskesmas Rasau Jaya, Senin (14/12) malam. Korban kecelakaan tunggal longboat Indo Kapuas Ekspress berusia 45 tahun itu ditemukan di perairan sekitar 200 meter dari Dermaga Desa Pinang Luar, Kubu, Kubu Raya. OCSYA ADE CP

eQuator – Kubu Raya-RK. Bocah 5 tahun itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa oleh ayahnya, Apin, pada pukul 17.15 WIB, Senin (14/12). Seng Seng namanya. Jenazahnya didapati sekitar 1 kilometer dari lokasi kecelakaan tunggal longboat maut di perairan Olak-olak Pinang, Kabupaten Kubu Raya.

Seputar pukul 20.00 WIB, korban lainnya, Maiden, berusia 45 tahun, juga ditemukan dalam kondisi sama. Berarti, masih ada delapan korban lain yang masih harus dicari. Termasuk, ibunda Seng Seng, Aling.

“Saya temukan di tengah perairan arah ke Kubu,” ujar Apin, di Puskesmas Rasau Jaya. Ekspresinya pasrah.

Seng Seng ditemukan dalam keadaan tengkurap. Kondisi jenazah belum terlalu membengkak tanda mulai membusuk. Di hidungnya masih mengeluarkan darah. Kulitnya pun memutih.

Apin mengenali jenazah itu sebagai anaknya dari topi kupluk biru, kemeja kotak-kotak, dan celana merah selulut yang masih melekat di tubuh Seng Seng. “Pakaian terakhir yang dipakai Seng Seng itu yang buat saya yakin,” ucapnya.

Apin tak sendiri dalam pencarian ini. Beberapa speedboat disewanya. Bersama keluarganya, ia mencari. Bibi korban, Micu, juga ikut. Setibanya di dermaga Pelabuhan Rasau Jaya, Micu jatuh pingsan. Bersamaan dengan jenazah Seng Seng yang dibawa ke Puskesmas Rasau Jaya untuk diidentifikasi dan dibersihkan, Micu pun dilarikan ke Puskesmas untuk dirawat.

Micu dan anaknya, Meme, juga korban dalam kecelakaan tunggal longboat milik CV. Indo Kapuas Ekspress di perairan Olak-olak Pinang, Desa Kampung Baru, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, tersebut. Mereka berempat dari Padang Tikar menuju Desa Teluk Kapuas, Sungai Raya, Kubu Raya.

Saat longboat terbalik setelah menabrak potongan kayu, mereka tenggelam. Micu dan Meme dapat diselamatkan, sementara Aling dan Seng Seng tak mengapung lagi kala itu.

Usai mengantar jasad Seng Seng ke Puskesmas, Apin dan beberapa kerabatnya turun lagi ke perairan untuk mencari Aling. Apin meyakini Aling bisa ditemukan setelah anaknya ditemukan.

“Mungkin mamanya mau ketemu sama anaknya,” lirih Apin yang terlihat lusuh setelah mencari seharian dengan kepala dibalut kaos kuning.

Prediksi Apin ternyata benar. Pukul 20.00 WIB, dikabarkan ada satu lagi korban ditemukan. Namun, itu bukan Aling. “Belum tahu bang. Karena jenazah sudah dibungkus oleh tim lain yang menemukan,” katanya kepada Rakyat Kalbar.

Apin pun kembali ke Pelabuhan Rasau Jaya pukul 20.45 WIB. Disusul dengan kedatangan speedboat tim evakuasi gabungan yang membawa jenazah Maiden. Jenazah warga Desa Harapan, Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya, itu sudah dalam kantong jenazah. Dari baunya, mulai membusuk.

Jenazah Maiden juga dibawa ke Puskesmas untuk diidentifikasi dan dibersihkan. Jenazah itu ditemukan di perairan sekitar 200 meter dari Dermaga Desa Pinang Dalam, Kecamatan Kubu, dalam kondisi tengkurap. Awal ditemukan, Maiden masih mengenakan celana hitam dan baju putih.

Sementara itu, Kepala Kantor Search and Rescue (SAR) Pontianak, Slamet Riyadi memastikan masih ada delapan korban hilang yang dalam pencarian hingga Senin pukul 21.00 WIB. Total korban kecelakaan longboat maut itu kini sebanyak enam orang meninggal dunia, delapan orang dalam pencarian, dan 39 orang selamat.

“Jadi pada pencarian hari kedua ini pada jam lima lewat tadi ditemukan satu korban atas nama Seng Seng berusia lima tahun, sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian. Kemudian ditemukan satu lagi,” tutur dia.

Sebelumnya, Polda Kalbar menurunkan tim Disaster Victim Identification (DVI) yang juga membuka pos komando (Posko) Ante Mortem dalam operasi pencarian korban tersebut. Dokter Forensik Biddokes Polda Kalbar, Kompol Edi Hasibuan mengatakan, posko Ante Mortem akan dibuka selama operasi pencarian korban.

“Mulai dibuka pagi tadi (kemarin) dan akan berakhir sampai proses operasi dihentikan,” ungkap Edi.

Hingga Senin sore, Edi melanjutkan, baru lima keluarga korban hilang yang melaporkan Fase Ante Mortem. Fase itu diperlukan untuk mendata ciri-ciri korban dan identifikasi secara umum. “Ada beberapa fase. Salah satunya Ante Mortem dan Post Mortem. Ante Mortem kita mengumpulkan data orang hilang. Untuk mempermudah proses identifikasi korban apabila ditemukan, saya mohon kepada pihak keluarga yang merasa kehilangan untuk segera melapor kepada Tim DVI,” pintanya.

Proses pencarian ini akan terus dilakukan oleh tim gabungan di bawah komando Kantor SAR Pontianak. Ratusan warga setempat masih memantau lokasi kejadian termasuk saat jenazah ditemukan.

Sejumlah pejabat daerah dari Provinsi Kalbar maupun Kabupaten Kubu Raya tampak silih berganti mendatangi Posko untuk mengetahui perkembangan nasib para korban. Dan, mencermati tindakan terhadap dugaan kelalaian penyebab kecelakaan itu.

Anggota DPRD Kubu Raya, Agus Sudarmansyah meminta agar pengusaha bertanggung jawab, terutama terkait santunan kepada para korban. “Begitu pula dengan penumpang yang tidak terdata di manifes,” kata wakil rakyat dari Dapil Kubu, Batu Ampar, dan Terentang, ini di Posko Pelabuhan Rasau Jaya.

Dia mewakili DPRD juga meminta agar evakuasi terus dilanjutkan sesuai ketentuan. Dari cerita Agus, perlintasan sungai di musim penghujan memang rawan, meski demikian transportasi ini merupakan urat nadi penghubung antara wilayah pesisir sungai dengan perkotaan. “Maka dari itu, kedepan jangan ada lagi yang tidak patuh dengan aturan,” harap Agus.

Laporan: Ocsya Ade CP

Editor: Mohamad iQbaL

1 Komentar

  1. Terlepas dari kejadian ini sifatnya adalah musibah, faktor keselamatan dan kenyamanan penumpang tetap harus menjadi prioritas. Seharusnya pihak perusahaan pemilik longboat yang terbalik tersebut harus dievaluasi lagi ijin dan kelayakannya. Jangan sampai kejadian sama terulang lagi nanti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.