MOS Haram

Ilustrasi

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pemerintah Kota (Pemkot) dan DPRD Kota Pontianak mengharamkan Masa Orientasi Siswa (MOS) dalam bentuk apapun. Bila masih membandel, Kepala Sekolah (Kepsek) yang bersangkutan akan disanksi tegas.

“MOS tidak boleh. Saya melarang. Cukup disuruh buat hal-hal yang bermanfaat saja nanti,” ujar H Sutarmidji SH MHum, Wali Kota Pontianak ditemui usai Syukuran Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kelima sekaligus Perpisahaan Sekda Kota Pontianak di halaman Kantor Wali Kota Pontianak, Rabu (13/7).

Menurut Midji–sapaan Sutarmidji–selain tidak ada manfaat, selama banyak ditemukan tindak kekerasan terhadap siswa baru dalam MOS. “Saya akan layangkan surat peringatan untuk sekolah se-Kota Pontianak agar MOS ditiadakan,” katanya.

Seyogianya, jelas Midji, orientasi itu dijadikan sebagai ajang untuk lebih mengenal lingkungan sekolah yang baru, bukan malah disalahartikan Panitia MOS. “Tidak ada lagi cerita siswa baru diharuskan menguncir rambutnya sebelah, memakai pita dan segala atribut mencolok di luar kewajaran sehari-hari. Apalagi sampai ada siswa laki-laki yang memakai daster seperti perempuan. Hal itu biasanya dilakukan karena ingin lucu, tetapi yang seperti itu bukan hal lucu,” cetusnya.
Namun, kata Midji, berbeda jika ada kebijakan lain. Semisal mendekorasi sekolah agar menjadi lebih rapi dan nyaman, membersihkan lingkungan sekolah serta mengadakan perlombaan agar siswa yang lain beserta guruya bisa lebih akrab.
“Tidak ada pengenalan sekolah dalam bentuk apapun, kecuali lomba untuk mendekorasi kelas supaya nyaman, menanam pohon dan merawatnya tetap hidup dan sebagainya,” imbuh Midji.
Seharusnya, tegas Midji, dalam menumbuhka rasa kecintaan siswa baru terhadap sekolah, bisa dilakukan tanpa harus menjalankan MOS. Apakan lagi, saat ini Pemkot Pontianak sedang fokus pada integritas anak serta menerapkan dan menjamin lebih dari 30 hak anak yang termaktub dalam Undang-Undang (UU).
“Integritas anak kita makin bagus, mereka lebih kritis terhadap sesuatu, lebih peduli. Nah kalau dia peduli kan dia akan menjadi generasi muda yang berkarakter,” papar Midji.
Terpisah, Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak, Yuli Armansyah menilai, MOS bisa saja digantikan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dalam membentuk karakter siswa yang lebih baik.
“Dari pada MOS lebih baik mengundang motivator untuk membentuk karakter mereka. Bahkan kalau perlu, datangkan ustaz bagi yang muslim, pembinaan bagi mereka yang nonmuslim. Itu lebih bagus,” ucap pria yang biasa disapa Maman.

Bukanlah tidak mungkin, lanjut Maman, dalam MOS terjadi kekerasan. Pasalnya, hal ini sudah menjadi tradisi di mana Panitia MOS sebagian besar kakak kelas dari siswa baru tersebut. Otomatis apa yang pernah dirasakan turut dilakukan terhadap yang baru.
“Ujung-ujungnya nanti balas dendam, karena sebelumnya mereka diperlakukan sama oleh kakak-kakak kelasnya. Apakan lagi yang mempelonco itu adalah siswa, bukan guru-guru,” tutup Maman.

Laporan: Gusnadi

Editor: Mordiadi