Momen Mengenalkan Budaya Sandai, Boneka yang Bikin Dua Petinju Dunia Kewalahan

BUDAYA SANDAI. Pertunjukan permainan boneka bubu yang merupakan salah satu budaya Sandai ditampilkan di sela-sela perhelatan gelar tinju internasional Indonesia vs Timor Leste, Sabtu (22/10). Achmad Mundzirin-Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Ini boneka bukan sembarang boneka. Dua petinju dunia, Daud Yordan dan Iwan Zoda saja bisa kewalahan menghadapinya.

Achmad Mundzirin, Sandai

Saat menunggu penampilan petinju Kayong Utara, Eiger Lamandau, yang berhadapan dengan petinju Timor Leste, Pedrinho Do Rego di lapangan bola Sandai, Ketapang, sesosok boneka tiba-tiba diangkat dari kerumunan ribuan penonton. Tiga pria berbadan sedang mengangkatnya dan diletakkan di samping ring tinju.

Sontak, perhatian penonton teralihkan ke boneka yang diberi kepala dan rambut berwarna. Juga dikenakan pakaian layaknya orang-orangan sawah.

Tak lama, MC laga internasional Indonesia versus Timor Leste yang memperebutkan Sabuk Emas Ketua KTI Kalbar pun menjawab tanya yang timbul di benak ribuan penonton. “Sambil menunggu partai puncak, mari kita saksikan budaya lama yang sangat-sangat sulit ditemui saat ini. Ini seni budaya asal Sandai, Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Ini permainan Bubu,” ujarnya kepada para penonton, Sabtu (22/10) malam.

Dilihat sepintas, yang dijadikan badan pada boneka itu adalah bubu yang kerap digunakan masyarakat untuk menangkap ikan.

Karena sudah dipersilakan oleh Sang MC, tiga pria menggendong Boneka Bubu itu masuk ke dalam ring tinju. Diletakkan di tengah-tengah. Salah satu dari mereka yang merupakan ahli memainkan permainan Bubu ini langsung menantang dua petinju dunia, Daud Yordan dan Iwan Zoda.

Kakak Daud, petinju senior yang kini jadi promotor, Damianus Yordan juga diminta naik ring. “Kita punya dua petinju dunia, mereka hebat, kuat melawan lawan saat di atas ring. Kali ini, saya hanya ingin meminta tolong kepada keduanya, beserta Pak Damianus Yordan memegangkan Bubu ini (boneka),” tutur salah seorang pria yang menggendong Bubu naik ke ring.

Daud, Iwan, dan Damianus pun memenuhi undangan tersebut, memegangi dan mengangkat boneka itu. Tak lama, serabut kelapa dibakar dan diasapkan di Bubu tersebut dari bawahnya.

Daud, Iwan, dan Damianus senyum-senyum di atas ring sambil memegang Si Bubu. Kemudian, pria yang tadi meminta mereka naik ring mulai membaca beberapa kalimat berbahasa khas Sandai dengan nyanyian berirama.

Tiba-tiba saja, otot di tangan Daud, Iwan, dan Damianus seperti tertarik. Raut wajah mereka berubah, tak tersenyum lagi. Mereka seperti tengah menghadapi seorang lawan.

Boneka itu memang bergerak ke sana kemari. Kadang menyerang yang memegangnya, kadang pula bergoyang. Pria yang menantang mereka naik ring terus menyanyikan kalimat-kalimat.

Melihat ketiganya kewalahan, Sang Pria meminta siapa saja untuk memegang boneka tersebut. Ketua KTI Kalbar, Adrianus Asia Sidot, langsung naik ring diikuti beberapa orang lainnya. Ternyata, semua juga kewalahan. Boneka Bubu terus bergerak, bergoyang, dan menyerang saat dipegang.

Sepuluh menit kemudian, Sang Pria mengentikan nyanyiannya dan boneka itu berhenti bergerak. Tepuk tangan ribuan penonton pun menggema.

Kata pria yang menyanyi itu, boneka tersebut memang sebuah bubu. Permainan ini ada sejak lama dan menjadi budaya di Kecamatan Sandai. Namun kini sangat jarang ditemukan.

“Ini kami kenalkan budaya Sandai, Kabupaten Ketapang. Ini permainan Bubu yang dimainkan oleh-oleh orang terdahulu di sini,” tuturnya.

Mendengar hal ini, Adrianus Asia Sidot berkata kepada MC, bahwa budaya asal Sandai yang baru dilihatnya itu akan dibawanya ke level nasional. “Budaya asal Sandai ini direncanakan oleh Ketua KTI Kalbar akan dibawa dan dimainkan di Jakarta,” ujar MC kepada ribuan penonton. (*)