Kesempatan mendapatkan prestasi selama meniti karier di dunia pendidikan pasti dimiliki setiap pelajar. Hanya saja, banyak yang tidak bisa memanfaatkan peluang tersebut dengan baik.
Andreas, Putussibau
eQuator.co.id – Berbeda dengan Flaviana Dian. Gadis kelahiran tahun 2000 alumni SMP Negeri 6 Putussibau ini memiliki tekad yang kuat untuk menggapai prestasi di sekolahnya. Keinginan untuk menjadi yang terdepan selalu ada dalam benak remaja asal Desa Kedamin Darat, Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu ini.
Impian gadis yang kini masuk di SMA Negeri 2 Putussibau ini akhirnya terwujud. Dia hampir berhasil menguasai setiap mata pelajaran, seperti Bahasa Inggris, Kimia, Matematika, Fisika dan lainnya.
Keberhasilan sulung pasangan Dian Nobertus Mundus dan Yuliana Kabang ini dalam menangkap ilmu yang disampaikan guru di sekolah maupun reperensi lainnya, membuat dia selalu berada di posisi peringkat pertama. Untuk menggapai prestasi gemilang tersebut bukan tanpa perjuangan keras.
Diakui Dian, dia punya keinginan belajar yang sangat tinggi. Kunci utama yaitu selalu fokus ketika mendengarkan penjelasan guru. “Jangan biarkan pikiran memikirkan hal-hal lain sewaktu guru menjelaskan. Karena itu hanya menghilangkan konsentrasi kita saat guru menjelaskan. Kalau kita tidak fokus, maka sulit untuk mencerna apa maksud yang disampaikan guru kepada kita,” tutur Dian saat ditemui di sekolahnya, Selasa (29/8).
Dian juga punya tips khusus dalam menguasai setiap mata pelajaran. Terlebih mata pelajaran eksak. Kalau untuk rumus-rumus mata pelajaran, Dian tidak pernah menghafal. “Cara mengingatnya dengan menuliskan kembali rumus tersebut di kertas kosong secara berulang-ulang hingga paham,” jelasnya.
Dian mengaku mulai benar-benar termotivasi untuk belajar sejak kelas II Sekolah Dasar (SD). Waktu itu kata Dian, awalnya mendapat peringkat II, namun menginjak kelas II turun menjadi peringkat IV. “Dari situ Dian bertekad kalau Dian harus bisa menjadi yang pertama,” ucapnya.
Meski mampu menjadi yang terbaik di sekolah, Dian mengaku tetap ada hambatan yang mesti dilalui. Seperti harus berusaha keras mencerna apabila ada penjelasan guru yang terlalu cepat. Kemudian saat mengajukan pertanyaan kurang mendapat respon.
“Di situ kita harus benar-benar dituntut untuk ekstra konsentrasi. Kendala lain terkadang kepikiran mau ikut les, tapi terbentur dengan biaya,” ungkap putri yang menguasai Bahasa Inggris ini.
Kendati selalu menjadi juara umum di sekolah, Dian mengaku tak pernah puas dengan hasilnya itu. Dalam lomba atau olimpiade, baik tingkat kabupaten maupun provinsi Dian selalu berpartisipasi. Hanya saja, kesempatan untuk menjadi juara belum dapat diraihnya.
“Dian selama SMP hanya bisa mempertahankan juara umum. Tapi belum bisa menjadi juara di kabupaten atau provinsi. Pertanyaan Dian sampai sekarang, Dian belum tahu titik kelemahannya dimana,” ungkap Dian yang bercita-cita ingin menjadi guru ini.
Dian juga selalu menjadi rujukan belajar bagi kawan-kawannya. Karena dia merasa senang jika bisa berbagi ilmu dengan sesama.
Atas prestasinya di sekolah selama ini, Dian menjadi kebanggan orangtuanya yang petani. Dia bertekad menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi nantinya. Namun Dian mengaku pesimis, karena keterbatasan biaya. (*)