eQuator.co.id –Sekadau-RK. Sebelum berangkat ke kantornya, Jumat (13/10) pukul 08.00, Bupati Sekadau, Rupinus menyempatkan diri melayat Sentia Resa di kamar jenazah RSUD setempat. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya atas kepergian bocah, yang terpapar virus Rabies, pada Kamis petang (12/10) tersebut.
“Atas nama pemerintah daerah, saya menyampaikan ikut berbelasungkawa,” ujar Rupinus.
Sentia meningal setelah dirawat di RSUD Sekadau sejak Selasa lalu. Warga Dusun Saka Tiga, Desa Sunsong, Kecamatan Sekadau Hulu, itu terpapar virus rabies setelah digigit anjing peliharaan orangtuanya di rumah mereka, dua pekan lalu.
Almarhum sempat kritis selama dua hari. Ia terpaksa dirawat di kamar isolasi ruang perawatan anak RSUD Sekadau dengan posisi kedua tangan harus terikat, karena selalu berontak dan mengamuk.
Sentia yang sempat menggigit jari tangan ayahnya, Bali, dan ibunya, Yuliana Sewan, hanya bisa mengerang kesakitan. Tuhan akhirnya berkehendak lain dan korban meninggal setelah sempat dirawat intensif.
Meninggalnya Sentia, menambah panjang daftar korban Rabies di Sekadau. Hingga sekarang, di Sekadau tercatat 71 kasus gigitan anjing dan kera, dengan dua korban meninggal.
Rupinus menegaskan, Pemerintah Kabupaten Sekadau melalui instansi terkait sudah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi wabah rabies. Diantaranya, melalui vaksinasi dan sosialisasi.
“Tapi di daerah banyak juga warga yang tidak mau anjingnya divaksin,” keluhnya.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang menyepelekan gigitan anjing. “Mereka pikir itu gigitan biasa, sehingga terlambat ke rumah sakit,” ulas Rupinus.
Kesulitan lain yang dihadapi pihaknya adalah keterbatasan vaksin. Saat ini, ketersediaan vaksin antirabies (VAR) di Sekadau menipis.
“Untuk pengadaannya, tidak bisa dari kabupaten. Itu langsung dari Kementerian. Makanya nanti kita akan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Kalau memang bisa dari APBD, kita bisa langsung beli. Ini tidak bisa,” bebernya.
Apa yang disampaikan Rupinus ini dibenarkan Direktur RSUD Sekadau, Henry Alpius. Sentia diketahui baru diboyong orangtuanya ke Puskemas Rawak di Sekadau Hulu beberapa hari setelah mengalami gigitan. Padahal, sesuai dengan aturan, paling lama 24 jam setelah digigit, ia harus divaksin.
“Memang untuk kasus Sentia ini, ada keterlambatan,” kata Henry.
Henry menambahkan, pasien baru datang ke RSUD setelah menunjukkan gejala klinis yang buruk. “Sudah menunjukkan gejala peradangan otak,” imbuhnya.
Di sisi lain, Dusun Saka Tiga, Desa Sunsong, merupakan salah satu daerah terpencil. Saat ini, jalan menuju daerah tersebut masih jalan tanah, sehingga arus transportasi dan komunikasi cukup sulit.
Selain Sentia, dikabarkan ada dua bocah lain yang digigit anjing. Masing-masing Titin, yang seumuran dengan Sentia, dan Geofeli KS yang berumur sekitar 9 tahun.
“Titin itu digigit di kaki,” ungkap Abi Kusno, Sekretaris Desa Sunsong kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Menurut Abi, Titin juga diinformasikan kurang enak badan. “Tapi sekarang sudah pulang ke Sunsong. Nanti saya kabarkan ke keluarganya untuk di cek,” sambungnya.
Sementara Geofeli KS, dikabarkan digigit di pergelangan tangan kirinya. Ia digigit hari Rabu, (11/10), sekitar jam 10 pagi di Desa Mondi, Kecamatan Sekadau Hulu.
Pihak Puskemas Rawak sudah melakukan vaksinasi terhadap Geo pada Jumat (13/10). Dia dirujuk ke RSUD Sekadau. Tadi malam, pukul 20.25 tiba di sana. Gigitan anjing ke Geo di bagian kaki kiri, tepatnya lipatan paha belakang.
Laporan: Abdu Syukri
Editor: Mohamad iQbaL