Ke Udik Nyetir Sorangan, Suka Soto Ayam dan Gulai Kambing

Inilah Sosok Ketua KPK Terpilih

RUMAH MERTUA. Tempat Ketua KPK terpilih, Agus Rahardjo, biasa menginap saat pulang ke Magetan. WAHYU BUDIANTO-JAWA POS

Di kampung halaman, Agus Rahardjo dikenal sebagai sosok bersahaja dan berjiwa sosial tinggi. Di almamaternya, dia dikenang sebagai aktivis gigih dan membaur dengan siapa saja.

WAHYU BUDIANTO (Magetan), ZAHRA FIRDAUSIAH (Surabaya)

SUMINI tengah terbaring di kamar saat keponakannya, Dariyati, tiba-tiba menghambur. Sebuah berita besar disampaikannya: Agus Rahardjo, menantu Sumini, baru saja terpilih sebagai ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

”Alhamdulillah, ya Allah,” kata Sumini begitu mendengar kabar tersebut.

SEDERHANA. Dariyati menunjukkan foto pernikahan Ketua KPK terpilih, Agus Rahardjo, dengan Tutik Suprastiati, di Magetan Jumat (18/12) Wahyu Budianto-Jawa Pos
SEDERHANA. Dariyati menunjukkan foto pernikahan Ketua KPK terpilih, Agus Rahardjo, dengan Tutik Suprastiati, di Magetan Jumat (18/12) Wahyu Budianto-Jawa Pos

Pada Kamis malam lalu (17/12) itu, kondisi Sumini yang kurang sehat menyebabkannya tidak bisa menyaksikan langsung proses pemilihan ketua KPK yang ditayangkan televisi. Jadi. otomatis dia kaget, senang, sekaligus terharu begitu mendengar kabar dari Dariyati.

Belum habis keharuan itu, panggilan telepon datang. Di ujung sana, putrinya, Tutik Suprastiati yang juga istri Agus, mengabarkan berita serupa. ”Semoga amanah, kuat, sehat, dan dilindungi Allah, ya Nduk,” kata Sumini pada Kamis malam lalu itu kepada putrinya seperti ditirukan Dariyati.

Sumini sehari-hari tinggal di sebuah rumah model limasan di Jalan Semeru 27 A, Magetan, Jawa Timur. Hanya 100 meter dari alun-alun kabupaten yang berada di lereng Gunung Lawu itu.

Di rumah itulah Agus dan keluarga selalu menginap tiap kali mudik ke Magetan, kota tempat dia dilahirkan 59 tahun silam. Sedangkan kediaman orang tuanya yang telah meninggal berjarak sekitar 2 kilometer dari sana. Persisnya di Jalan Biliton, Kelurahan Kepolorejo, Kecamatan/Kabupaten Magetan.

Kemarin (18/12) di dua rumah itu tak tampak ada karangan bunga berisi ucapan selamat atas terpilihnya pria yang terakhir menjabat kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang-Jasa Pemerintah (LKPP) tersebut. Juga, tak ada selamatan atau kunjungan pejabat setempat. Suasana di dua rumah itu bahkan termasuk sepi.

Padahal, posisi baru yang akan didudukinya adalah jabatan di lembaga hukum yang menjadi gantungan harapan publik. Lembaga yang bisa membuat banyak orang rela turun ke jalan untuk membela tiap kali hendak dilemahkan.

Barangkali, kesederhanaan yang tertangkap di dua rumah Magetan itu tak lepas dari keseharian Agus. Baik di rumah Jalan Semeru maupun di Jalan Biliton, Agus memang dikenal oleh para kerabat dan tetangga sebagai sosok yang sederhana dan berjiwa sosial tinggi.

”Dia sangat ramah dan dermawan kepada semua orang,” kata Hartono, tetangga di seberang rumah mertua Agus di Jalan Semeru.

Gemi, tetangga lainnya yang biasa membantu merawat mertua Agus, menuturkan, alumnus teknik sipil ITS Surabaya itu terakhir pulang kampung sekitar dua bulan lalu. Seperti biasa, saat pulang, Agus selalu minta dibuatkan soto ayam kampung kesukaannya.

Selain itu, Agus biasa membeli gulai dan sate kambing di daerah Ringinagung, Kecamatan/Kabupaten Magetan. Tak mau merepotkan orang lain, dia biasa membeli sendiri makanan kesukaannya tersebut.

Agus juga biasa membeli dengan jumlah yang tidak sedikit. ”Kalau beli selalu banyak, untuk dibagikan juga ke tetangga,” ungkap Gemi kepada Jawa Pos Radar Lawu.

Hubungannya dengan tetangga juga baik. Supel, sama sekali tak pernah memperlihatkan kalau dia seorang pejabat negara. Selalu pula disempatkannya menyapa para tetangga sembari joging ke Alun-Alun Magetan.

Itu dilakukannya saat pagi untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh. Sebab, setahunya, Agus tak pernah mengajak sopir selama perjalanan dari Jakarta ke Magetan. ”Kalau ke Magetan biasanya naik mobil sendiri, nyopiri ya sendiri juga,” ungkap Gemi.

Rutinitas lain yang dilakukan Agus di rumah mertuanya tersebut adalah membaca koran. Biasanya orang nomor satu di KPK itu membeli tak hanya satu koran untuk dibaca.

Sedangkan di kesempatan yang lain, dia juga suka memancing. Agus biasanya memancing di daerah Pacitan. ”Pak Agus juga suka mendaki gunung, seingat saya sudah empat kali dia (Agus, Red) ke puncak Gunung Lawu,” imbuh Gemi.

Saking bersahajanya Agus, pernah suatu kali dia mengalami kejadian kurang mengenakkan sewaktu berkunjung ke bekas sekolahnya, SMAN 1 Magetan. Ketika itu dia hendak menemui Sutikno, mantan guru sekaligus sahabatnya, yang dikiranya masih menjabat sebagai kepala sekolah tersebut.

Tujuannya, menyerahkan 40 unit komputer yang merupakan sumbangan alumni 1972, angkatan Agus. Namun, karena tampil sangat kasual dan bersepeda motor, dia diterima dengan dengan kurang baik. Mungkin dianggap orang yang sekadar mampir.

Walhasil, Sutikno yang ketika itu menjabat kepala SMAN 2 Magetan pun kelabakan ketika mendengar kejadian tersebut. Bersama Agus Harianto, salah seorang guru SMAN 1, dia pun mencari Agus untuk menjelaskan semuanya.

”Beliau santai saja, sama sekali nggak marah atas kejadian itu. Saking sederhananya Mas Agus, orang tidak mengira dia pejabat,” ujarnya.

Lewat percakapan di WhatsApp, kepada Sutikno, Agus semasa proses seleksi pimpinan KPK sempat pula mengisahkan kekhawatirannya kalau kelak benar terpilih. Bukan pada tantangan pemberantasan korupsi. Tapi, lebih pada bakal dibatasinya komunikasinya dengan orang-orang terdekat.

Tapi, Sutikno membesarkan hatinya. ”Saya katakan, itu adalah tugas negara yang harus dilaksanakan,” ungkap dia sembari menunjukkan percakapannya dengan Agus di WhatsApp.

Dukungan itu kembali disampaikan Sutikno kala Agus menengok kandang sapinya di Plongkrongan, Magetan, pada September lalu. ”Kami ngobrol tiga jam ketika itu,” katanya.

Putra pasangan Imam Dasuki (almarhum) dan Suminah (almarhumah) itu terlahir dari keluarga sangat sederhana. Anak kedua di antara dua bersaudara (kakak perempuannya juga telah meninggal) tersebut pernah bekerja sebagai penjahit. Itu dijalaninya ketika tamat SMA.

Itu dilakukan untuk mencari biaya agar bisa melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Kemudian, setelah uangnya cukup, Agus berangkat ke Surabaya untuk berkuliah.

Dia pun berkuliah dan sempat menjalaninya sambil bekerja. Setelah lulus dari ITS, dia melanjutkan pendidikan S-2 di Universitas Airlangga. Sejak itu, jenjang pendidikannya terus maju hingga mendapatkan kesempatan belajar di Amerika Serikat.

Menurut Tikno, usaha, kerja keras, dan ketekunan itulah yang membentuk Agus bisa seperti saat ini. ”Dia (Agus, Red) benar-benar pekerja keras dan ulet,” imbuhnya.

Tergabung dalam grup WhatsApp alumni SMAN 1, Agus pun tak henti menerima ucapan selamat hingga kemarin. Dariyati yang tinggal di rumah mertuanya maupun pasangan Sukamto-Istinah yang menjaga rumah orang tuanya juga mengaku menerima ucapan serupa dari tetangga kanan-kiri.

Menurut Sukamto, itu wajar. ”Mas Agus itu memang sifat sosialnya kuat. Meski pejabat, dia tetap sesederhana dulu,” katanya.

Agus juga dikenal tekun beribadah sunah. Dia biasa berpuasa meski kondisi ekonominya saat ini telah berbalik 180 derajat. ”Karena itu, saya yakin dia bakal amanah menjalankan tugas barunya,” kata dia.

Kebersahajaan Agus juga terus dikenang di almamaternya, ITS. Priyo Suprobo, salah seorang adik tingkat Agus, mengatakan bahwa seniornya itu kerap aktif dalam organisasi kampus.

”Dulu beliau aktif di senat mahasiswa dan membaur dengan semua kalangan, tidak ada senioritas,” ujar Priyo.

Saking aktifnya menjadi aktivis, Agus sering menjadi anggota PTIK. ”Pencinta tidur di kampus, hehehe,” celetuk ketua Senat ITS Surabaya tersebut.

Agus jarang pulang ke tempat kos demi menyelesaikan urusan organisasi di kampus. ”Ditambah dengan tugas kuliah yang banyak. Jadi, sampai malam kami habiskan waktu di kampus,” tuturnya.

Guru besar teknik sipil ITS itu juga tahu, selama menjabat di LKPP, tiap pulang kantor, Agus hanya separo jalan saja naik mobil. ”Sisa perjalanan ke rumah dihabiskan dengan jalan kaki. Olahraga katanya,” tutur Priyo.

Agus juga selalu menanamkan motivasi kepada anak buahnya agar jangan pernah berhenti belajar. Saat mengisi pertemuan-pertemuan dengan berbagai pihak, termasuk dari perguruan tinggi, tak lupa dia mengajak anak buahnya turut serta. ”Yang saya tahu dia tidak ada jarak dengan siapa pun,” ujarnya.

Tentu, KPK butuh sosok ketua yang tidak hanya sederhana dan berjiwa sosial tinggi. Tapi, Bupati Magetan Sumantri menganggap Agus punya bekal lebih dari cukup untuk menjalankan tugas barunya itu. ”Pengalaman Agus sebagai ketua LKPP bakal sangat membantunya di KPK,” katanya. (*/Jawa Pos/JPG)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.