eQuator.co.id –Sejak melakukan gala premiere dan pemutaran spesial, film Pengabdi Setan mendapat respons sangat baik dari pengamat film. Horor yang disajikan dalam film garapan Joko Anwar itu serasa masuk ke kulit.
Kamis (28/9), film yang sangat ditunggu itu mulai beredar di bioskop. Ketika jumpa pers baru-baru ini, Joko Anwar sebagai sutradara mengungkapkan, betapa besar keinginannya dalam menggarap ulang film legendaris Pengabdi Setan yang populer pada 1980-an. Karena itu, dia bekerjasama dengan rumah produksi Rapi Film.
Banyaknya film horor, membuat Joko Anwar meyakinkan film Pengabdi Setan garapannya sangat berbeda. Tidak mengandalkan sentuhan grafis komputer (CG) terlalu banyak, namun film itu ampuh membuat bulu kuduk merinding. “Film Pengabdi Setan yang kami buat ini mengandalkan atmosfer. Jadi ketimbang bikin kaget-kaget dengan suara yang memekakkan telinga, jadi kami bikin horornya masuk ke kulit. Pelan-pelan masuk kok jadi enggak nyaman. Dibanding suara, kami andalkan atmosfer horor sama dengan film aslinya,” ungkapnya dikutip dari Jawapos.
Dalam penyajiannya, Joko Anwar juga selalu menjaga otentik dan organik makeup para pemain. Sengaja dia menciptakan makeup yang asli tanpa menggunakan sentuhan grafis. Hal itu agar membuat penonton seolah berada dan ikut masuk ke dalam film yang nyata. “Karena kalau saya mikir efek makeupnya semuanya practical, syuting enggak pakai digital itu lebih organik, dan organik lebih dekat dengan penonton. Kalau organik seolah orang ada di situ,” jelasnya.
Pengabdi Setan merupakan film produksi ulang dari film horor berjudul sama yang dibuat Rapi Films pada 1980 silam. Selain Tara Basro, film itu melibatkan pemain lain seperti Bront Palarae, Egi Fedly, Ayu Laksmi, Fachri Albar, dan Asmara Abigail.
Dikutip dari laman bintang, Pengabdi Setan di era 1980-an disutradarai Sisworo Gautama Putra. Film itu disebut-sebut sebagai salah satu film horor Indonesia yang paling seram. Film ini sangat terkenal pada masanya bahkan sampai di dunia internasional, dirilis dalam berbagai format seperti VHS dan kemudian DVD di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. (JP/bt)