eQuator – PONTIANAK. Kabupaten Kayong Utara (KKU) yang memiliki ketahanan pangan yang baik di antara kabupaten maupun kota di Kalbar dan terus dipertahankan. Walaupun berbagai sektor ekonomi terbuka, baik di sektor perkebunan hingga keluatan, namun jangan sampai meninggalkan dunia pertanian.
“Ketika Kayong Utara sudah bagus dalam dunia pertanian maka terus diperkuat lagi. Fokus, supaya dunia pertanian di Kabupaten Kayong Utara turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jangan abaikan dunia pertanian Kayong Utara ketika sektor lainnya juga menjadi unggulan,” kata M Ali Nasrun SE MSc, pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak di diskusi publik yang dihelat lembaga Gemawan di Hotel Orchardz Pontianak, Selasa (3/11).
Menurut teori pertumbuhan endogen, lanjut dia, pembangunan ekonomi akan terjadi jika ada kekuatan dari dalam, berupa penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta modal insani di samping modal fisik lainnya. Pembangunan seimbang, merupakan pembangunan berbagai jenis industri secara bersamaan sehingga hasil dari masing-masing industri akan saling menguatkan di pasar. Namun adanya keterbatasan memaksa pembangunan yang tidak seimbang, yaitu membuat urutan prioritas pada setiap sektor atau cabang industri.
“Pertanian masih menjadi ujung tombak dalam ketahanan pangan daerah. Jangan sampai ketika ada sektor unggulan lainnya, ketahanan pangan menjadi terabaikan. Apalagi saat ini semakin banyak konsesi perizinan perkebunan skala besar. Ditakutkan lahan-lahan untuk ketahanan pangan juga akan dijajahi pemodal besar perkebunan,” kata Ali.
Penguatan dunia pertanian, jelas dia, perlu diperkuat melalui perencanaan pembangunan untuk menyatukan arah dan gerak semua potensi dan pelaku ekonomi untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Pengandalan pada sistem desentralisasi ekonomi harus diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi.
“Sedangkan Transnational Corporation (TNC), yaitu suatu perusahaan yang mengendalikan aset dan operasional bisnis yang sama di lebih satu negara. TNC telah mengalirkan kapital, aset, teknologi, keterampilan, pasar, dan sebagainya. Melewati batas-batas georafis negara dan benua. TNC bisa memecahkan konsentrasi ekonomi di suatu tempat dan mencairkan kebekuan di tempat lain,” kupas Ali.
Tantangan pertanian, papar Ali, menyangkut dualisme dan multimuka ekonomi. Dualisme, yaitu ada dua keadaan yeng berbeda, ada superior dan ada inferior, dalam bidang finansial, keterampilan, teknologi, ekologi, sosial, ilmu pengetahuan, bisnis, dan lain-lain. Sedangkan multimuka bila perekonomian bukan hanya menghadapi dualisme, tetapi yang mengendalikan perekonomian bukan hanya dalam negeri tetapi juga oleh kekuatan-kekuatan dari luar negeri.
“Paradigma baru, teori pembangunan ekonomi daerah. Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat, bukan makin banyak perusahaan berarti banyak peluang kerja. Basis pembangunan pada pengembangan lembaga-lembaga ekonomi, bukan sektor ekonomi. Berdasarkan keunggulan kompetitif kualitas lingkungan, bukan keunggulan komparatif aset. Sumberdaya berdasarkan pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi, bukan ketersediaan angkatan kerja,” kata Ali.
Dosen FE Untan juga mengupas, sektor pertanian mudah digerakkan di Indonesia dan menyerap banyak tenaga kerja. “Tetapi nilai tambah yang diperoleh kecil, sehingga kontribusi dalam pendapatan domestic regional bruto (PDRB) menurun,” katanya. (lud)