eQuator – Sukadana-RK. Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Kayong Utara, H Nazril Hijar, S.Ag menekankan, agar setiap orangtua tidak mengabaikan pendidikan agama anaknya. Hal itu disampaikannya saat menyampaikan ceramah agama Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H di Masjid Al-Huda, Desa Riam Berasap Jaya, Kecamatan Sukadana, Jumat (8/1) lalu.
Pendidikan formal anak harus tetap jalan, namun jangan sampai pendidikan agama dilupakan. “Anak tamat SD silahkan, tapi gelisahlah kalau sudah tamat SD namun belum bisa ngaji. Gelisahlah kalau sudah tamat SMP tapi belum bisa solat,” ucap H Nazril di hadapan ratusan jemaah Masjid Al-Huda.
Abdi negara di Dinas Pendidikan KKU ini mengaku prihatin, melihat pelajar saat ini. Betapa tidak, diakuinya, tidak sedikit pelajar tingkat SMP, namun belum hafal lafaz mandi hadas besar.
“Banyak, boleh di tes di sekolah-sekolah. Kebetulan tadi pagi (beberapa hari lalu, red) saya diundang ceramah maulid di salah satu sekolah di Kecamatan Simpang Hilir. Saya coba tes sejumlah murid yang pakai kopiah. Karena menurut saya yang terbaik, namun tidak hafal. Ada juga siswi setelah ditanya ternyata cara bacanya beda dan katanya diajar sama nenek seperti pantun,” ujarnya disambut gelak tawa jemaah yang hadir.
Bagi pelajar yang di rumah juga diajarkan oleh orangtua, langsung bisa membacanya karena hafal. Yang bunyi lafaznya “Nawaitul ghusla liraf’il hadasil akbari ‘an jami’il badani farda lillahi Ta’ala” (saya niat mandi untuk mengangkat hadas besar dari seluruh badan wajib karena Allah).
Inilah pentingnya ilmu. Dilanjutkan H Nazril bahwa Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, yang artinya barang siapa yang mau sukses di dunia dengan ilmu, yang mau sukses ke akhirat dengan ilmu, yang mau kedua-duanya (dunia dan akhirat) juga dengan ilmu. “Ada ungkapan bahwa orang tidur berilmu lebih mulia dari pada orang solat tapi tidak paham alias tanpa ilmu,” ujarnya.
Jika anak tidak ditanamkan pendidikan agama yang baik sejak dini maka kelak tua sudah sulit untuk belajar. Bahkan, sangat susah terhadap orangtua dan juga yang dituakan sebagai imam. Namun tidak mau jika dibenarkan. Ia mencontohkan, ketika ada seorang imam membaca surah Alquran yang bunyinya Inna anzalna hufi lailatul qadr. Kata ma’mum di belakang untuk meluruskan “til”, si imam pun mengulang Inna anzalna hufi lailatil qadr. Ma’mum menegur lagi “tul”, dan si imam pun menoleh ke belakang sambil berkata, “kalau begitu awak (anda) jak yang imam. “Nah, cerita ini mengisahkan bagi kita tentang pentingnya ilmu dan itu harus diajarkan bagi anak-anak kita sejak dini,” ingatnya.
Agar tidak seperti itu, H Nazril mengajak setiap orangtua agar menyiapkan anak-anaknya untuk mendalami pendidikan agama. Supaya kelak dapat menjadi imam yang baik dan benar bacaannya.
Selain itu, supaya anak-anak sukses, diharapkannya agar orangtua tidak lalai (ghofil). Lalai atau ghofi, katanya, merupakan penyakit yang membahayakan. “Kalau pegawai lalai pasti sangsot. Jadi bapak lalai juga sangsot. Jadi ibu lalai sama sangsot. Yang paling mengkhawatirkan lalai terhadap usia, maut dan lalai terhadap anak cucu,” lugasnya.
Supaya anak dapat dibanggakan serta dapat mengangkat kedudukan orangtuanya, dia mengajak agar orangtua membimbing anaknya untuk menghafal Alquran. Sebab, usia anak masih sangat mudah menghafal.
“Kita di Sukadana telah memiliki anak yang masih SD dan usianya baru 13 tahun dan telah hafal 30 juz. Ini membanggakan,” ujarnya.
Sebagai orangtua, dilanjutkan H Nazril, kita harus siapkan penerus sebagai pengganti yang menjadi lebih baik. Untuk itu, ia berpesan agar memperhatikan lembaga pendidikan Islam, seperti TPA dan Madrasah.
“Ayoklah kita bantu jadi donatur supaya lembaga pendidikan itu jalan. Kita sering berdoa “Ya Allah jadikanlah anak saya anak yang soleh” dan ketika ada pendidikan agama butuh bantuan tapi kita tidak mau bantu, ini memprihatinkan,” tegasnya.
“Kalau lembaga pendidikan agama jalan, insya Allah anak kita juga bisa belajar dan tumbuh menjadi anak yang berilmu dan berakhlak,” ingatnya. (lud)