Ekspor Kratom Diperbolehkan

Pengiriman dalam Bentuk Mentah

Ilustrasi-NET

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan larangan penggunaan kratom sebagai pangan olahan. Kratom juga dilarang diperjualbelikan di dalam negeri atau perdagangan antarpulau.

“Akan tetapi pengiriman untuk pasar ekspor masih diperbolehkan,” ujar Ketua Asosiasi Kratom Borneo, Suhaeri, Minggu (30/9).

Bahkan kata dia, tanaman yang dikenal dengan nama purik ini   sudah menjangkau pasar luar negeri. Namun sangat disayangkan ekspornya tidak melalui pintu Kalbar. Tentu akan lebih baik jika langsung bisa melewati pintu Pontianak atau kota lainnya di Kalbar. Tidak melewati pintu lain seperti di Jawa.

“Sehingga kratom yang akan dikirim keluar tidak perlu transit atau melewati kawasan kepabeanan, sehingga jauh lebih gampang,” harapnya.

Aturan tersebut juga berdampak terhadap pedagang di daerah lain. Sebab telah mengambil bahan baku di daerah lain pula. Sedangkan jika dilihat pengaruhnya bagi masyarakat Kalbar sangat kecil.

“Seperti mereka pedagang yang ada di Jakarta, Bali, Surabaya dan pulau Jawa lainnya mereka yang sangat merasakan dampaknya, sebab larangan penjualan dalam negeri,” terangnya.

Rata-rata ekspor kratom ke Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah. Meski mengalami dampak kecil, persoalan lainnya adalah kratom yang boleh dilakukan pengiriman hanya dalam bentuk mentah. Paling maksimal dalam bentuk serbuk. Apabila dikemas dalam bentuk lain seperti kapsul atau ekstrak dan dikirim keluar negeri ini tidak diperbolehkan. “Bahkan banyak pedagang kratom yang tertangkap akibat pengiriman dengan cara ini,” ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya mengimbau pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Kratom Borneo dapat mengikuti aturan yang sudah berlaku. Di sampaing itu, tidak menyalahgunakan bahan komoditas ini. “Sebab kalau kita melihat peluang ekonominya sangat besar,” jelasnya.

Komoditas ini dapat menopang ekonomi masyarakat. Terlebih dengan anjloknya komoditas karet. “Sehingga kratom dapat menjadi alternatif pilihan yang dapat dikembangkan selain komoditas ekspor lainnya,” harap Suhaeri.

 

Laporan: Nova Sari

Editor: Arman Hairiadi