eQuator.co.id – Pontianak-RK. Djuliah, pemilik kos di Jalan Komyos Sudarso, Gang Rambutan 2, Kecamatan Pontianak Barat merasa heran ketika melihat salah satu kamar tertutup terus selama dua hari. Kejadian itu sejak Jumat (21/9) hingga Minggu (23/9). Kamar tersebut, dihuni Wahyu Eko Prasetyo, 25, mahasiswa IAIN Pontianak jurusan Ekonomi Syariah.
Melihat kejanggalan itu, Djuliah pun segera memberitahu Ketua RT 01 RW 07, Mas’ad, untuk segera membuka pintu kamar Wahyu. Tak disangka, Wahyu ditemukan telah terbujur kaku dengan posisi tertelungkup tanpa mengenakan pakaian.
Kejadian itu sontak menggegerkan warga Gang Rambutan 2. Mas’ad segera menghubungi Polsek Pontianak Barat untuk memastikan apakah Wahyu benar-benar meninggal atau hanya tertidur saja.
“Saya nggak berani pegang-pegang Wahyu. Saat saya membuka pintu kosnya, tubuh Wahyu menghalangi pintu sehingga saya sedikit menendang agar pintu bisa terbuka. Lalu kebetulan ada warga yang bisa masuk ke dalam dan melihat Wahyu sudah kaku,” jelas Mas’ad saat ditemui Rakyat Kalbar, Minggu (23/9) lepas magrib.
Mas’ad juga menjelaskan, bahwa kejadian itu terjadi sekitar pukul 16.30 Win. Setelah salat Ashar, dirinya dipanggil Djuliah untuk memeriksa mengapa kamar Wahyu tidak terbuka. Karena pada kesehariannya Wahyu terkenal selalu salat berjamaah di Masjid Al Furqan, tepat di sebelah kos milik Djuliah.
“Yang punya kos ini panggil saya, bilangnya Wahyu nggak keluar-keluar dari Sabtu kemarin. Saya pun juga heran, sejak subuh kemarin Wahyu nggak muncul-muncul, karena biasanya dia mengimami salat Subuh,” kata Mas’ad.
Djuliah, pemilik kos, membenarkan bahwa Wahyu sudah dua hari tidak muncul. Ia mengatakan bahwa pada Jumat sore, Wahyu sempat pulang ke kos selepas kuliah dan tak lama ia keluar lagi.
“Saya dengar dia menuju rumah kerabatnya. Setelah itu saya nggak melihat dia lagi. Sabtu kemarin pun dia nggak keluar, karena motornya masih ada di depan rumah,” cerita Djuliah sambil menunjuk ke arah motor metik milik Wahyu.
Djuliah juga menunjuk siapa kerabat yang dia maksud. Adalah Ibnu, 21, sepupu Wahyu yang turut hadir di lokasi kejadian. Saat Rakyat Kalbar menemui Ibnu, pemuda ini bercerita mengenai saat-saat terakhir Wahyu bersama dirinya.
“Sekitar Jumat sore, dia datang ke Seruni, Pontianak Timur, kos lamanya yang juga kos tempat saya tinggal. Dengar-dengar, dia mau ambil barang-barangnya yang masih tertinggal di kos lama. Soalnya di kos yang baru ini dia masih dua pekan,” tutur Ibnu.
Dikatakannya, saat tiba di kos Seruni, Wahyu segera pergi dan tak sempat berkata apa pun kepada Ibnu. Mengenai kabar meninggalnya Wahyu, Ibnu mengatakan bahwa ia tahu dari ibu Wahyu sendiri.
“Ibunya yang bilang ke saya, sekitar jam setengah lima. Saya langsung ke sini dan melihat warga sudah ramai. Saya pun sempat melihat Wahyu sudah dalam posisi berbaring setelah sebelumnya tengkurap,” kata Ibnu.
Saat ditanyakan apakah Wahyu pernah mengalami sakit parah atau tidak, Ibnu mengatakan tidak mengetahui secara pasti. Namun ia mengatakan bahwa ibunya Wahyu pernah bercerita bahwa Wahyu pernah mengalami kecelakaan saat berada di Gontor, Jawa Timur. Akibat dari kecelakaan itu, Wahyu sempat dioperasi dan indera penciumannya sudah tidak berfungsi.
“Ditambah dia pernah mengalami rematik pada kakinya. Begitu cerita orang tuanya ke saya,” kata Ibnu.
Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Muhammad Husni Ramli mengatakan, kondisi jenazah Wahyu tidak mengalami tanda kekerasan fisik. Pihak kepolisian pun masih mendalami penyebab kematian dari Wahyu.
“Masih diselidiki. Untuk kekerasan fisik, kami tidak menemukan hal tersebut. Hanya saja ada informasi bahwa almarhum ini pernah mengalami sakit. Namun apakah penyebabnya karena sakit, kami belum bisa memastikan,” ujar Husni saat diwawancarai Rakyat Kalbar.
Pembantu Kanit 2 (Panit 2) Serse Polsek Pontianak Barat, Ipda Bargoro mengatakan, bahwa hingga saat ini (pukul 19.20 Wib), pihak keluarga Wahyu belum hadir karena masih dalam perjalanan dan informasi terakhir mereka berada di Sungai Pinyuh. Menurutnya, kehadiran pihak keluarga sangat penting untuk proses lebih lanjut.
“Mengenai apakah almarhum akan diotopsi atau tidak, kami tergantung pada izin dari keluarga. Bila mereka menolak, maka kami akan membuat surat pernyataan penolakan otopsi dan berita acara penyerahan jenazah. Bila mereka menerima, kami akan membawa jenazah ke rumah sakit untuk diotopsi,” kata Bargoro tanpa menyebut rumah sakit mana yang akan dijadikan tempat otopsi.
Laporan: Bangun Subekti
Editor: Ocsya Ade CP