BKSDA Harus Ungkap Fenomena Kematian Penyu di Pantai Belacan

H Suriansyah: Itu Penting Agar Tak Kembali Terulang

DINEKROPSI. Ditemukan gumpalan aspal pada bangkai penyu ketika dilakukan nekropsi di Pantai Paloh, Sambas. BKSDA Kalbar for RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Tewasnya penyu di Pantai Belacan, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Jumat (6/4) lalu merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sebab dalam satu kali patroli ditemukan sekaligus sepuluh ekor penyu mati terdampar di bibir Pantai Sungai Belacan.

“Keesokan harinya ditemukan lagi satu. Jadi totalnya 11 penyu yang mati,” ujar Kepala Balai BKSDA Provinsi Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta saat konferensi pers di kantornya, Senin (9/4).

Menyikapi kondisi tersebut, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, Ir H Suriansyah, MMA mengungkapkan, pada prinsipnya masyarakat tidak memahami apa yang terjadi dengan fenomena tersebut.

“Jadi, BKSDA harus memberikan penjelasan sejelas-jelasnya kepada masyarakat. Apakah hal ini ada tindakan manusia atau masyarakat di sekitarnya yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Atau ada hal alam dengan hal lainnya,” ujar Ir H Suriansyah, MMA, Selasa (10/4).

Untuk itu, wakil rakyat asal Dapil Kabupaten Sambas ini menegaskan, BKSDA Provinsi Kalbar harus segera mengambil langkah-langkah strategis. Hal itu penting untuk menanggulangi persoalan tersebut, sehingga tidak terulang kembali di masa mendatang.

“Karena keberadaan penyu-penyu tersebut merupakan kekayaan alam yang harus senantiasa dijaga kelestariannya. Sebagai bagian dari kekayaan alam kita,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, legislator Partai Gerindra ini mengimbau, masyarakat agar jangan melakukan tindakan yang bisa menyebabkan keberadaan penyu menjadi lari atau bahkan hilang dari perairan laut Paloh maupun perairan lainnya di seantero Provinsi Kalbar.

Reporter: Zainudin

Redaktur: Andry Soe