eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Seperti kebanyakan, kursi-kursi bioskop biasanya akan penuh di hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Pengunjung bukan hanya dari kalangan muda saja, tetapi orang tua juga bahkan ada yang membawa anaknya . Hal ini terlihat di salah satu bioskop di Kota Pontianak, Jumat siang (5/4).
Anggun diantara pengunjung itu. Ia bersama anaknya Ara (4) dan Ayra, (1,4). Warga Kota Baru, Pontianak Selatan, ini kepada Rakyat Kalbar mengaku rutin membawa anaknya untuk jalan-jalan bersama setiap akhir pekan. “Saya sering sih dua minggu sekali kadang nonton ajak anak. Minimal biasa sebulan sekali,” ujarnya.
Membangun emosi dan kedekatan adalah salah satu alasan mereka meluangkan waktu bersama.
Memilih menonton film yang membuat tertawa salah satunya.
Ia menuturkan, sebelum mengajak anaknya ke bioskop hal yang perlu dilakukan adalah mencari informasi film yang akan ditayangkan. Apakah film itu layak ditonton anaknya atau tidak. “Jadi kalau saya dipilih dulu filmnya apa. Kaya sekarang saya nonton My Stupid Boss inikan komedi jadi masih bolehlah,” jelas Anggun.
Meski kerap kali membawa anaknya, ia tidak pernah mengajak buah hatinya untuk menonton film kekerasan, apalagi hal yang berbau sadisme. “Kalau film seperti itu saya biasa ke bioskop bareng pasangan,” ucapnya.
Sementara itu, psikolog Kota Pontianak, Maria Nofaola, S.Psi, M.Psi menyatakan, menonton film di bioskop dan mengajak anak adalah suatu hal yang lumrah bagi sebagian orang masa kini, bahkan dengan film yang sesuai dengan usianya bisa berdampak baik bagi anak.
“Bisa mengembangkan imajinasi, menambah wawasan, apalagi tontonan yang berhubungan dengan pengetahuan,” tutur wanita yang akrab disapa Ola itu, ditemui koran ini, Rabu (3/4).
Hal positif lainya, lanjut Ola, menonton film ternyata juga bisa meningkatkan rasa empati anak untuk saling membantu. “Sedih ya papanya meninggal. Dia jadi sendirian. Tapi coba lihat, kakak yang itu baik hati. Dia membantu si adik kecil, memberinya makan, membelikan pakaian. Itu perbuatan baik, nak,” paparnya.
Lebih lanjut Ola menjelaskan, hal yang harus diingat adalah orang tua juga wajib memilih film mana cocok untuk anaknya. “Apalagi, anak usia balita masih sulit membedakan kenyataan dengan rekayasa,” jelasnya.
Belum lagi gambar-gambar yang tidak pantas mereka lihat dan sesuatu yang menyeramkan, pembunuhan, melukai, dan sadisme adalah hal yang paling dilarang. Akibatnya bisa fatal.”Paling jauh bisa trauma, mimpi buruk, dan trauma itukan tidak dilihat sekarang, bisa saja ketika sudah besar,” sambung Ola.
Dikatakan Ola, hal-hal yang bisa dilihat dari anak tentunya bisa mempengaruhi perasaan dan perilaku mereka. Ditambah lagi generasi alfa masa kini cepat sekali belajar menirukan orang dewasa. “Terus ada juga adegan seperti pacaran, pegangan tangan, ciuman padahal mereka tidak tau apa dampaknya,” ujarnya.
Menurut Ola, agar tidak salah persepsi, orang tua dan anak harus banyak diskusi. Hal ini untuk memastikan agar film yang ditonton anak ditangkap dengan benar. Ia mengatakan, boleh saja menonton asal sesuai dengan tahap perkembangan anak. Hal ini menyangkut tahap kemampuan berpikir anak. “Aturan batas usiapun wajib dipatuhi. Jangan dipaksakan,” ungkap Ola.
Wanita yang juga berprofesi sebagai dosen Akper Dharma Insan Pontianak, ini pun memberikan saran kepada orang tua yang bingung dan ingin mencoba alternatif lain bersama anak-anak di akhir pekan selain menonton film ke bioskop.“Masak-masak bareng anak di rumah, bersih-bersih bareng, jalan-jalan misalnya. Bisa menjadi agenda yang mengasyikkan,” tutup Ola sambil tersenyum.
Reporter : Suci Nurdini Setiowati
Redaktur : Ambrosius Junius