Kim Chan Susul Kematian Sang Ayah dengan Parang

EVAKUASI. Jasad korban ketika dievakuasi petugas, Selasa o17/8) siang--Bangun Subekti
EVAKUASI. Jasad korban ketika dievakuasi petugas, Selasa o17/8) siang--Bangun Subekti

eQuator.co.idPontianak-RK. Dua hari sebelumnya, ayah dari Kim Chan meninggal dunia. Tak ada yang menyangka, pria 43 tahun itu juga bakal menyusul kematian itu. Pria yang tinggal di Gang Cempaka Putih, Sungai Raya, Kubu Raya ini ditemukan tak bernyawa di kediamannya, Selasa (17/7) siang.

“Saya tadi keluar rumah ke Sungai Jawi. Lalu ditelepon adik korban. Dia lapor ada yang meninggal di rumah. Dia juga kontak polisi,” ujar Ketua RT 02 RW 04, Drs Hamdan M Ali kepada Rakyat Kalbar, di lokasi kejadian.

Hamdan mengaku, tidak mengetahui secara pasti mengenai kejadian dan kepribadian korban. Selama tinggal mengontrak di lingkungannya, kata Hamdan, korban belum pernah melapor. Namun, Hamdan mengenal korban sebagai seorang yang tidak bisa berbicara dan terkadang suka mabuk.

“Dia nggak pernah lapor ke saya. Soalnya dia nggak bisa ngomong dan dikenal suka mabuk,” tutur Hamdan.

Kim ditemukan penuh dengan darah. Di sampingnya, terdapat sebilah parang yang biasa digunakan untuk memotong babi. Penemuan ini menyeret perhatian warga.

Apalagi sebelumnya, pria yang tak bisa berbicara sejak dari lahir ini sempat mengisyaratkan akan menyusul kematian sang ayah. Dengan bahasanya sendiri. Tapi tak ada yang menghiraukan isyarat itu.

Kepolisian dari Polsek Sungai Raya yang mengetahui adanya penemuan mayat ini kemudian mendatangi lokasi. Mereka segera mengamankan lokasi dan melakukan olah TKP. Pemeriksaan sejumlah saksi pun dilakukan.

“Kami mendapat informasi bahwa ada warga bernama Pendi melaporkan adanya orang meninggal di Cempaka Putih. Pendi ini tahu karena dibertahukan oleh adik korban. Kami segera melakukan olah TKP sambil menunggu tim Inafis untuk melakukan pemeriksaan korban,” kata Kapolsek Sungai Raya, Kompol Suanto.

Ditambahkan dia, bahwa korban tinggal bersama ayahnya di rumah kontrakan itu. Sejak dua bulan lalu. Lalu, sejak meninggalnya sang ayah, korban tinggal sendirian. Siang Selasa itu, saudaranya atas nama Kim Moi mendatangi korban. Untuk memberikan memberikan uang makan. Seperti setiap harinya. Namun Kim Moi terkejut ketika melihat ceceran darah dan korban tergeletak di lorong rumah. Dia kemudian melaporkan hal ini ke warga sekitar.

“Keterangan saksi, korban sempat memberi isyarat bahwa ia ingin mati menyusul ayahnya yang meninggal dua hari lalu. Jadi korban menyayat urat nadi tangannya dan meninggal karena darah yang banyak mengucur,” ujar Suanto.

Ia juga menepis dugaan bahwa korban dibunuh. Ia mengatakan bahwa korban akan divisum terlebih dahulu di RSUD dr Soedarso.

“Kami akan melakukan visum bila keluarga korban mengizinkan. Bila tidak, maka tergantung pada keputusan dokter,” pungkas Suanto.

Laporan: Bangun Subekti

Editor: Ocsya Ade CP