eQuator – Barcelona sudah mampu melepaskan diri dari Messidependencia atau ketergantungan pada Lionel Messi. Tanpa pemain bola yang kerap disebut bukan mahluk bumi (alien) ini dalam enam Jornada, Barca malah dapat memuncaki klasemen sementara La Liga. Lantas, bagaimana Argentina bisa seperti Barca yang sempurna tanpa La Pulga?
Tantangan itu yang kembali harus dipertaruhkan saat La Albiceleste saat mencoba lagi peruntungannya dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona CONMEBOL, Jumat besok (13/11). Matchday ketiga Argentina menjamu Brasil dalam Superclasico de las Americas, di Estadio Monumental Antonio Vespucio Liberti, Buenos Aires.
Mencoba lagi, karena dalam dua laga kualifikasi Piala Dunia 2018 sebelumnya Argentina gagal mendulang kemenangan tanpa Messi. Sekali tumbang dan sekali imbang. Begitulah rapor Argentina yang untuk sementara berada di peringkat ketujuh dengan hanya mampu mendulang satu angka.
Kembalinya Neymar da Silva Santos Jr setelah menjalani sanksi larangan main empat laga pasca Copa America 2015 nanti jadi momok bagi Argentina. Bayang-bayang kalah dua kali dalam tiga laga pertama kualifikasi Piala Dunia sudah di depan mata. Itu akan jadi rekor terburuk Argentina dalam mengawali laga kualifikasi.
Empat tahun lalu, satu menang, satu imbang dan satu kali kalah jadi awal Tango menuju Brasil. Itu rekor terburuk Argentina dalam tiga laga pertama di kualifikasi Piala Dunia sejak menggunakan format satu grup edisi 1998. Kepada Super Mitre Deportivo, pelatih Gerardo Tata Martino yakin lepas dari Messidependencia.
Tata berpedoman dengan statistik timnas Argentina tanpa winger kanan Barca itu dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Tanpa Messi, Argentina masih bisa menang 10 kali dari 20 laga. Artinya, persentase kemenangannya mencapai 50 persen.
“Jadi, tanpa Messi tidak bisa dianggap kami akan bermain buruk,” ujarnya.
Namun, case yang dihadapi mantan entrenador Barca dua musim lalu itu berbeda dengan kualifikasi Piala Dunia 2018 ini. Dua kali eksperimennya bermain tanpa Messi, tetap saja Argentina susah mencetak gol. Baik ketika memainkan formasi 4-3-3 dengan Angel Di Maria di sisi kanan yang biasa ditempati Messi.
Ataupun dengan formasi 4-2-3-1 yang menempatkan Di Maria di sisi kanan dan menemani Javier Pastore dan Ezequiel Lavezzi di belakang Carlos Tevez.
”Situasi yang seperti inilah yang kami takutkan terjadi pada awal kualifikasi Piala Dunia 2018 ini,” tuturnya.
Statistik ESPN dalam laga melawan Ekuador (9/10) dan Paraguay (14/10), winger yang bermain di Paris Saint-Germain (PSG) itu belum mampu menggantikan peran Messi. Terutama sebagai pembeda. Dalam dua laga, Di Maria kesulitan mencetak gol dari tujuh kali shots-nya.
Dikutip dari Goal, Di Maria mengakui tanpa Messi kekuatan Argentina tereduksi banyak. Terlebih, tidak ada Sergio Kun Aguero di posisi nomor sembilan.
“Keduanya sangat fundamental di sini (Argentina, Red). Kami akan mencoba apapun untuk tiga poin di Buenos Aires dan Barranquilla (melawan Kolombia, Red). Walaupun itu tidak mudah didapat,” ungkap El Fideo, julukan Di Maria.
Tidak adanya sosok pembeda itu yang paling dirindukan. Barca bisa bebas dari Messidependencia dengan moncernya Neymar dan Luis Suarez sebagai pembeda. Lalu, bagaimana Argentina? Sudah tanpa Aguero, sekarang Carlos Tevez juga terancam akan absen di laga itu.
Tevez yang dipanggil untuk dua laga kualifikasi Piala Dunia 2018 kali ini tidak terlihat dalam sesi latihan timnas Argentina, kemarin WIB (10/11). Satu-satunya asa di timnas Argentina kali ini diberikan kepada Gonzalo Higuain. Pemain yang dijuluki El Pipita itu sedang on fire di level klub.
Higuain baru mencetak gol 200-nya saat Napoli mengalahkan Udinese 1-0 pada giornata 12 Serie A, Senin dini hari (9/11).
“Saya harap dia melanjutkan track bagus itu di sini dengan membantu kami mencetak gol. Itu yang sudah lama kami rindukan,” harap mantan penggawa Manchester United itu.
Selain Higuain, masih ada Paulo Dybala dan Angel Correa yang masih dalam kondisi fit. Apabila tanpa Tevez, kemungkinan besar Tata akan kembali menerapkan formasi 4-3-3 dengan menempatkan Correa di sisi kiri dan Di Maria di kanan. Lalu, di tengah ditempati Higuain.
Tata mengatakan, absennya Higuain dalam dua laga sebelumnya bukan sebagai bentuk sanksinya pasca Copa America. Ya, di final Copa America 2015 bulan Juli lalu, kegagalan penalty Higuain turut andil di balik kekalahan Argentina atas tuan rumah Cile yang kemudian menjadi juara.
“Saya percaya, kegagalan itu membuat Higuain semakin hebat,” pujinya.
Sekalipun lawan yang akan dihadapinya nanti tidak diperkuat Messi, bek David Luiz tetap meminta rekan-rekannya di timnas Brasil untuk waspada. Menurut bak PSG itu, Argentina hanya tidak diperkuat pemain terbaik dunia saja.
”Bukan pemain yang mampu menjadi pembeda,” ucapnya.
Senada dengan Luiz, Kaka yang dipanggil kembali pelatih Dunga dalam laga ini juga mewaspadai sosok lain di timnas Argenetina. Termasuk di dalamnya Higuain dan Dybala. Dia menyumbangkan satu gol kemenangan Juventus atas Empoli, Minggu malam kemarin (8/11).
“Mereka bisa jadi pembeda kapan pun,” tegasnya. (Jawa Pos/JPG)