Rencana Jual Ginjal Menuai Simpati

Anak Kembar Suryoto Survive dengan Live Saving

PERAWATAN INTENSIF. Perawat memeriksa keadaan bayi kembar Suryoto yang menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Sekadau, Selasa (21/11). Abdu Syukri-RK

Tim medis di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Sekadau masih melakukan perawatan intensif terhadap anak kembar Suryoto. Hingga Selasa (21/11) sore, kedua bayi laki-laki itu dirawat di dalam inkubator karena kesehatannya masih memburuk.

Abdu Syukri, Sekadau

eQuator.co.id – Kadar Bilurubin kedua bayi tersebut meningkat. Sehingga harus dirawat intensif. Namun mereka tetap survive (bertahan hidup).

“Semua badan bayi harus di pasang alat untuk penunjang hidup (Live Saving),” kata ujar Plt Direktur RSUD Sekadau Henry Alpius SKM, Selasa (21/11) kepada Rakyat Kalbar.

Sebelumnya, Henry mengetahui kasus bayi kembar tersebut dari pemberitaan Harian Rakyat Kalbar. Dia pun langsung mengunjungi pasien yang tengah dirawat di ICU RSUD Sekadau itu.

Menurutnya, kedua bayi tersebut harus dipasangi alat bantu pernapasan jenis ventilator. Sementara untuk jantung, harus diberikan obat-obatan. Demikian juga untuk menurunkan kadar bilurubin, harus disinari dengan foto therafi. “Keduanya masih membutuhkan perawatan intensif,” katanya.

Henry menegaskan, untuk biaya perawatan kedua anak kembar tersebut, pihaknya memberikan toleransi. Artinya, mereka tetap akan fokus merawat keduanya, demi kemanusiaan. “Biayanya, nanti akan kita koordinasikan dengan sosial. Yang penting, kita rawat dulu semampu kita,” janji Henry.

Sebelumnya, demi mendapatkan dana perawatan kedua bayi kembarnya, Suryoto mau menjual ginjalnya. Kendati menyadari menjual organ tubuh perbuatan yang tidak baik dan melanggar hukum, Suryoto mengaku hanya bisa pasrah. Selain tidak punya BPJS, bapak empat anak ini kebingungan karena hingga dua hari lalu, biaya pengobatan anaknya sudah mencapai Rp10 juta lebih.

Sementara Istri Suryoto, Nining, 37 menceritakan, dirinya melahirkan dalam usia kandungan 7 bulan, yaitu pada 15 Nopember lalu. Ia awalnya merasakan sakit perut sejak Selasa malam (14/11). “Awalnya hanya mau cek jak ke Puskesmas Selalong karena mulas. Tak tahunya malah harus dirujuk ke RSUD Sekadau dan melahirkan,” ujarnya di RSUD Sekadau.

Terkait sang suami yang mau menjual ginjal, sang istri sebenarnya merasa keberatan. “Saya sebenarnya tidak setuju. Tapi kalau memang tidak ada biaya, harus bagaimana lagi,” ujarnya pasrah.

Tim Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sekadau yang memperoleh informasi melalui Harian Rakyat Kalbar juga langsung terjun ke ICU RSUD Sekadau. “Kita akan upayakan agar bagaimana bisa ditanggung pemerintah daerah atau BPJS,” ujar Syahdiman, Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial, PP dan PA Sekadau kepada Rakyat Kalbar di RSUD Sekadau.

Untuk mengurusi bantuan itu lanjut Syahdiman, harus ada kelengkapan administrasi. “Karena itu, kita minta bantu pihak desa untuk mengurusi segala administrasi KK dan administrasi lain yang dibutuhkan,” pungkas Syahdiman.

Pemberitaan Rakyat Kalbar terkait Suryoto yang nekat ingin menjual ginjal untuk kebutuhan perawatan anak kembarnya di ICU RSUD Sekadau, Selasa (21/11) menjadi viral. Pemberitaan yang juga dirilis jaringan media Jawa Pos Group dan media lainnya itu, dibagikan melalui group whatsapp, facebook dan jaringan media lainnya.

Akibat meluasnya pemberitaan itu, banyak pihak yang bersimpati kepada Suryoto. Hingga tadi malam, beberapa pihak mulai berdatangan ke RSUD Sekadau, mulai dari perwakilan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pihak BPJS, kepolisian, hingga anggota Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Sekadau.

“Harapan kita, pak Suryoto sebaiknya tak menjual ginjalnya,” kata Trino Junaidi, Ketua Umum FKPM Sekadau saat mengunjungi Suryoto di RSUD Sekadau, tadi malam.

Trino mengatakan, sebagai seorang ayah, wajar jika ingin berkorban apa pun untuk kehidupan anaknya. Tapi ia berharap agar Suryoto berpikir lebih dalam jika ingin menjual ginjalnya.

Trino pun bertekad untuk memberikan pertolongan semampunya. “Mungkin tidak berbentuk uang. Tapi saya akan mencoba untuk membantu bapak agar bisa bertemu dengan pihak BPJS, Dinas Sosial atau pemerintah,” imbuhnya.

Keprihatinan juga ditunjukkan anggota Bhabinkamtibmas Polres Sekadau, Brigadir Agre Jaya Laksana SIP yang bertugas di Desa Selalong, Kecamatan Sekadau Hilir. Desa Selalong merupakan desa yang menjadi daerah tujuan utama kepindahan Suryoto ke Sekadau dari Kabupaten Siak, Kepulauan Riau, empat bulan lalu.

“Saya sudah konsultasi dengan kepala Desa Selalong. Kita akan upayakan semampunya untuk membantu bapak,” kata Anggre.

Anggre pun berharap Suryoto mengurungkan niatnya menjual organ tubuhnya.  “Mudah-mudahan ada hasil yang bisa kita dapatkan,” harapnya.

Di media sosial, sejumlah pihak pun ikut mengomentari keinginan Suryoto menjual ginjalnya. Di group whatsapp KNPI Sekadau misalnya. Pemberitaan Suryoto tersebut menjadi bahan bahasan.

“Bagaimana kalau kita menggalang dana untuk membantu Pak Suryoto,” kata Gita, salah seorang anggota KNPI Sekadau.

Pernyataan Gita itu pun langsung direspon positif anggota KNPI lainnya. Mereka pun bersepakat untuk melakukan aksi penggalangan dana, jika memang jalur bantuan dari pemerintah atau BPJS mandul.

Menanggapi banyaknya warga yang ingin membantu, Suryoto mengaku bersyukur. “Tapi saya ini bingung bang. Saya orang baru di Sekadau. Mau minta bantu siapa lagi. Makanya kemarin saya bilang mau jual ginjal saja,” ujar Suryoto.

Suryoto mengakui, rencana dirinya menjual ginjal tersebut pertama kali diungkapkan kepada petugas medis dan dokter yang menangani persalinan istrinya. “Pihak dokter juga melarang. Tapi saya bingung,” pungkas Suryoto.

Tak hanya itu, awak Harian Rakyat Kalbar juga sempat ditelepon seseorang yang mengaku dari Surabaya. Ia yang membaca pemberitaan Suryoto di koran Jawa Pos menanyakan kebenaran penjualan ginjal itu. “Soalnya bos saya butuh untuk keponakannya,” kata orang tersebut. (*)

Editor: Arman Hairiadi