Warga Kirim Surat Terbuka Sutarmidji Jawab di Twitter

Nama Blok Pasar Tengah Diperdebatkan

WALIKOTA PONTIANAK. Sutarmidji.

eQuator.co.idPontianak-RK. Di balik apresiasi publik terhadap pembangunan baru Pasar Tengah di Jalan Rahadi Oesman, terselip “kekurangan” mencolok yang dirasakan warga Kota Pontianak. Yakni penyematan nama empat blok bangunan baru Pasar Tengah, seperti blok Ciliwung, Citarum, Cimandri dan Cisadane.

Menyikapi nama blok tesebut, warga Kota Pontianak, Dony Oesman dan Budiman Very mengirim surat terbuka kepada Wali Kota H. Sutarmidji, SH, M.Hum. Mereka mempertanyakan pemberian nama yang “asing” di telinga masyarakat Kota Pontianak.

“Apakah sudah tidak ada lagi pilihan nama lokal, selain nama Ciliwung, Citarum, Cimandiri dan Cisadane? Sehingga mengabaikan nama-nama lokal,” tulisnya dalam surat terbuka.

Dari salinan surat terbuka yang beredar luas di kalangan wartawan, dilayangkan pertanggal 20 Maret lalu. Surat terbuka ini juga menjadi viral di kalangan masyarakat Kota Pontianak ketika Dony Oesman meng-upload di akun facebook-nya pada pukul 14.30 di hari yang sama. Hanya berselang sehari, tautan ini telah disikapi puluhan komentar dan sudah dibagikan sebanyak 111 kali.

Secara umum masyarakat mendukung langkah Dony yang dianggap telah mewakili suara masyarakat Kota Pontianak, mempertanyakan perihal penamaan blok Pasar Tengah tersebut. Mereka menilai, penamaan yang diberikan Pemkot Pontianak dianggap tidak mengakar pada perwakilan adat dan kebudayaan lokal. Kemudian kurang pas dengan visi-misi pemerintah yang ingin memperkenalkan khazanah dan keunikan yang dimiliki Kota Pontianak ke kancah nasional maupun internasional.

Perdebatan di dunia maya pun terlihat di akun facebook Dony. Tak semuanya pesimis, ada pula yang mencoba meluruskan tentang pemberian nama empat blok Pasar Tengah itu.

Seperti pemilik akun Walidi Aje. Dia mengatakan, pemberian nama tersebut hanya disuaikan dengan nama jalan yang memang sejak dulu sudah ada di kawasan Pasar Tengah.

“Nama jalan tersebut sudah ada sejak kawasan komplek Pasar Tengah berdiri. Dan memang di jalan itu juga dinamai dengan nama-nama sungai. Seperti Jalan Barito, Jalan Mahakam, Jalan Cisadane, Jalan Batanghari, Jalan Ciujung dan lain sebagainya yang ada di kawasan Pasar Tengah. Semoga bisa menambah wawasan bagi warga Pontianak yang belum mengetahuinya,” tulisnya.

Beberapa warga lainnya yang mendukung pernyataan ini, menduga jika dulunya penamaan-penamaan bangunan dengan nama-nama daerah dari Pulau Jawa ini, akibat tersentralisasinya pemerintahan pada saat itu yang cenderung Jawa centris.

Namun begitu, kekuasaan sudah lama bergeser, zaman sudah berubah dan trend juga sudah beralih, sejalan dengan kuasa otonami daerah. Masyarakat Pontianak berharap Pemkot lebih memperkuat karakter daerahnya. Salah satunya melalui penamaan jalan, gedung, pasar dan lain sebagainya.

Tawaran beragam pun disampaikan masyarakat. Seperti yang dikutip dari akun Facebook TJ Angelino. Dia menawarkan agar Pemkot Pontianak lebih memilih nama-nama sungai yang lekat dalam khidupan sehari-hari warga Kota Pontianak.

“Maseh mantap gak name-name cam (seperti) SUNGAI ITEK… SUNGAI BEMBAN… PARET GADO… SEPOK LAOT… dll…” kata TJ Angelino dalam akun facebook-nya.

Begitupun pada akun Facebook Arie Pratama. Dia menawarkan sederet nama sungai atau paret (parit) di Kota Pontianak atau Kalbar, ketimbang menggunakan nama asal daerah Jawa. Seperti Sungai Tempayan, Sungai Selamat, Sungai Duri, Sungai Bangkong, Sungai Kapuas, Paret Pekong, Paret Baru, Paret Bangseng, Paret Tengkorak atau Paret Pangeran.

Tergantung Pak Wali

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak, Haryadi S Tri Wibowo ketika dikonfirmasi, membenarkan perihal pemberian nama di empat blok Pasar Tengah tersebut. Bahkan tak hanya empat blok, semua blok pasar yang dibangun, tidak ada satu pun yang berasal atau mengambil nama dari nama-nama lokal.

“Blok Ciliwung, Citarum, Cimandiri dan Cisadane. Kemudian Blok Cintandui dan Ciujung. Blok untuk pedagang sayur, ikan, namanya Blok Serayu. Namanya kan sungai-sungai yang ada di Jawa semua, di Jawa Barat. Kalau Serayu nama yang ada di Jawa Timur. Kemudian yang pakai kanopi untuk jualan daging, namanya Blok Asahan, asalnya dari Sumatera Utara, Mahakam, Barito, Siak juga nama dari luar Kalbar,” kata Haryadi ditemui di ruang kerjanya, Selasa (21/3).

Haryadi mengaku, semua nama blok tersebut bukanlah nama baru yang disematkan Pemkot Pontianak. Melainkan nama-nama itu diambil dari nama jalan yang memang sudah ada sejak seratus tahun lalu, atau sejak Pasar Tengah berdiri. Sederhananya, ketika pemerintah membangun kembali berbagai pasar paska insiden kebakaran 2015 lalu, maka nama-nama itu pun diikutsertakan, atau melanjutkan nama yang sudah ada selama ini.

“Sebenarnya tidak harus mengikuti. Ya pertimbangannya kemarin hanya mengikuti yang lama saja, karena belum ada nama baru,” jelas mantan Kasatpol PP Kota Pontianak ini.

Haryadi mengakui, akan lebih baik nama-nama blok Pasar Tengah itu menggunakan nama lokal, baik yang ada di Kota Pontianak maupun Kalbar. Seperti Sungai Jawi, Sungai Itik, Sungai Landak, Sungai Belidak dan lain sebagainya.

“Pokoknya khas Pontianak lah, atau nama-nama kerajaan, bunga, nama makanan, nama sungai, nama parit kan banyak di Kalbar ini. Tapi mudah-mudahan dengan begini, Pak Wali Kota mungkin bisa saja (mengganti namanya, Red). Semua itu kan tergantung Pak Wali Kota mau beri nama apa, sebelum diresmikan,” tegas Haryadi.

Saat disinggung, jika akhirnya Wali Kota Pontianak memutuskan agar terjadi perubahan nama-nama lokal, apakah mungkin masih dapat mengejar waktu, sebelum Pasar Tengah diresmikan?

“Terkejar, bisa saja dalam proses tidak harus menunggu peresmian. Artinya, kalau Pak Wali Kota menginginkan, saya rasa ya tergantung Pak Wali Kota. Bisa saja setelah diresmikan namanya diganti. Tidak perlu usulan baru dan anggaran baru, kalau hanya perubahan nama saja. Tergantung beliau lah,” ungkapnya.

Sesuai amanah Wali Kota Sutarmidji, Pasar Tengah rencananya baru akan diresmikan penggunaannya oleh para pedagang pada April mendatang. “April, mudah-mudahan. Kemarin itu, kenapa ditunda? Karena masih dibangun jalan lingkungan dan drainase, takutnya pas musim hujan, kalau parit tidak dibenahi, akan membanjiri toko-toko sebelahnya. Bagusnya memang dinormaliaasikan dulu,” ungkap Haryadi.

Akan Kita Kaji

Sempat “No Coment”, saat gelombang pertanyaan, saran dan kritik dialamatkan ke Wali Kota Pontianak, Sutarmidji di lini massa facebook, tatkala surat terbuka ini di upload. Warga bertanya kemana Sutarmidji. Hingga akhirnya, salah seorang pemilik akun @agus1086 di twitter menghampiri Sutarmidi di Twitter.

“@BangMidji mohon penjelasannye ye biar warge Pontianak ndak salah sangke di facebook, banyak yang Tanya-tanya mohon penjelasannye,” tulisnya di akun milik Sutarmidji sambil mentautkan foto yang berisi surat terbuka untuk Wali Kota Pontianak itu.

Menanggapi hal itu, Sutarmidji menjelaskan asal muasal penamaan tersebut, seraya mengatakan akan mengkaji apa yang menjadi aspirasi masyarakat Kota Pontianak.

“@agus1086 memang blok pasar itu namanya sudah begitu. Ada juga Batanghari, Ciujung dll. Coba nanti kita kaji ye,” cuit Sutarmidji.

 

Laporan: Fikri Akbar

Editor: Hamka Saptono