eQuator.co.id – Sejak pertama masuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Muhammad Fahad yang lahir di Kota Pontianak, 30 September 1992 silam ini sudah termotivasi untuk membuka usaha secara mandiri.
Pria yang aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (HIPMI PT) ini mengisahkan bahwa motivasi ini berawal dari hobinya yang sering nongkrong bareng teman-teman dari satu kafe ke kafe lainnya. Dari situlah muncul ide untuk membuka kafe sendiri. Apalagi, waktu itu Fahad sempat berpikir berapa biaya yang harus dikeluarkan jika setiap hari nongkrong dari satu kafe ke kafe lainnya.
Di samping itu, Fahad juga mendapat dorongan orangtua yang juga membuka usaha kue cucur sejak dirinya masih kecil.
Lebih lanjut, seperti apa usaha yang dijalani alumnus Madrasah Aliyah Darun Nasyi’in Sungai Pelaik, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya ini? Berikut wawancara selengkapnya bersama Rakyat Kalbar;
+Bisa Anda jelaskan seputar usaha kafe yang dijalankan ini?
-Nama brand-nya 76 Café yang didirikan sejak 1 April 2015, lokasinya bertempat di Jalan Sultan Hamid II, samping ATM BRI Siantan Hulu. Buka dari pukul 08.00-03.00. Sebelum membuka usaha kafe ini, pernah juga usaha pulsa elektrik. Setelah berjalan namun kolaps karena banyak yang hutang.
+Secara khusus apa alasan Anda akhirnya memilih usaha di bidang ini. Dan apa ide awalnya Anda menciptakan nama brand “76 Cafe”?
-Alasan buka usaha kafe, awalnya agar teman-teman punya wadah untuk kumpul bareng, diskusi dan lain-lain. Awal ide menciptakan nama 76 Cafe terinspirasi dengan salah satu iklan di televisi dengan jargon “Ku beri satu permintaan” dari rokok 76. Dari situlah disepakati dengan nama 76 sebagai nama kafe.
+Apa yang menurut Anda, 76 Cafe ini berbeda dengan kafe-kafe lainnya?
-Yang membedakan 76 Cafe dengan kafe lainnya, selain wifi indihome, kami juga menyediakan wifi id. Dari segi pelayanan kami anggap semua pelanggan adalah teman. Karena itu tak jarang pula pelanggan kami yang suka game online ikut nimbrung bergabung dengan mereka, bahkan untuk “COC” kami menyediakan klan 76. Sekalian sebagai basecamp dan sebagai media promo.
Akses di sini nyaman dan mudah. Hanya tiga menit dari Poltekkes. Kami menyediakan tempat solat bagi muslim. Dari harga kami letakkan harga standar warkop.
+Untuk kuliner di 76 Cafe, apa-apa saja kuliner yang disajikan?
-Kalau makanan kita kerja sama dengan warung depan kafe. Itu pun malam saja. Hanya cemilan kecil yang kami sediakan setiap harinya. Paling besar cuma indomie telur.
+Sejauh ini bagaimana cara Anda mempromosikan 76 Cafe kepada calon konsumen?
-Sejauh ini kami pernah promosi lewat pamflet, sedangkan untuk medsos kita ada Facebook 76 Cafe.
+Selama menjalani usaha ini, apa kira-kira yang menjadi kendalanya?
-Kendala yang dihadapi selama ini, listrik sering mati hingga terkadang membuat pelanggan mengeluh. Sejak 6 bulan terakhir, kafe-kafe serupa banyak dibuka di sekitaran sini sehingga pelanggan menjadi terbagi.
Saat ini kami dibantu empat orang karyawan. Untuk stok bahan baku, kita maunya dari pemasok utamanya langsung, namun terkendala modal yang akhirnya mengurungkan niat kami ke sana.
SDM yang kurang handal juga berpengaruh di sini, karena tiada satupun yang pengalaman di bidang kafe, IT dan pembukuannya.
+Apa pendapat Anda tentang perhatian pemerintah atau lembaga permodalan semisal bank, koperasi dan lainnya dalam mendukung usaha UMKM di Kalbar?
-Perhatian pemerintah saat ini untuk UMKM Kalbar perlu diapresiasi. Terbukti dengan adanya kredit usaha rakyat (KUR) yang telah disosialisasikan kepada seluruh rakyat hingga ke daerah pelosok. Namun disayangkan tidak adanya pendampingan dari KUR tersebut. Pemerintah dan lembaga keuangan hanya minta data dari para pelaku UMKM yang sangat memungkinkan terjadi manipulasi.
Untuk survey terkadang hanya dilakukan satu kali. Itu pun saat awal mau pinjam dana KUR. Setelah itu kemungkinan hanya laporan-laporan saja.
+Anda pernah gagal. Apa persoalannya dan langkah apa yang Anda ambil saat mengalami kegagalan?
-Untuk gagal pernah di bidang pulsa elektrik. Sebabnya banyak dihutangi dan lama pembayarannya, terkadang ada yang tidak bayar. Langkah yang diambil ketika gagal ialah menutup usaha tersebut dan beralih ke usaha yang lebih menjanjikan dan tidak lagi memberikan hutang kepada pelanggan.
+Kalau boleh tahu berapa rata-rata omzet yang Anda hasilkan dari usaha 76 Café? Dan sejauh ini seperti apa perkembangan usaha Anda?
-Rata-rata omzet per bulan bisa mencapai Rp25-Rp30 juta. Kalau untuk cabang kami masih dalam tahap perencanaan.
+Setelah usaha ini, apakah Anda punya cita-cita lain untuk buka usaha di bidang lain. Atau mengembangkan usaha yang sudah ada sekarang ini?
-Setelah usaha ini kemungkinan akan buka usaha kafe mini berjalan. Selain itu juga punya rencana buka usaha jasa cuci baju.
Reporter: Fikri Akbar
Redaktur: Andry Soe