HIPMI Desak Perhatian Lebih dari Pemerintah untuk Transisi Energi pada Sektor Riil

Ketum Hipmi. Akbar Himawan Buchari

eQuator.co.id – Jakarta. Transisi energi menjadi atensi khusus dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Yang saat ini dinahkodai Akbar Himawan Buchari.

“Targetnya adalah net zero emission atau nol polusi di setiap negara, termasuk Indonesia, dengan menggunakan sumber energi yang bersih,” jelas AHB, Ketua Umum BPP Hipmi, di Jakarta, Jumat (07/04/2023).

Transisi energi atau perpindahan dari penggunaan energi yang bisa habis ini, jelasnya, harus memperhatikan sektor riil. Tak cuma untuk industri berskala besar.

“Prioritas justru seharusnya jatuh ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” pinta pria kelahiran Medan 34 tahun lalu itu.

Seperti diketahui, ia melanjutkan, transisi energi adalah proses perubahan penggunaan sumber energi fosil, seperti batu bara, minyak dan gas, ke sumber energi baru terbarukan. Antara lain surya, air, dan angin.

Masyarakat, kata ia, yang didominasi pengusaha UMKM merupakan pihak yang harus menerima langsung manfaat dari transisi energi ini. “Karena itulah, penyalurannya harus tepat guna,” tegas Akbar.

Ditambahkannya, transisi energi pun tak hanya perubahan komoditas dari sumber energi itu sendiri. Melainkan juga sudah seharusnya menjadi gaya hidup.
“Itu sebabnya harus menyentuh langsung masyarakat,” tandas pengusaha muda beranak tiga ini.

Transisi energi ini merupakan tindak lanjut hasil KTT G20. Demi merealisasikan energi yang ramah lingkungan.
“Dan perlu juga menjadi perhatian kita bersama, kita perlu menindaklanjuti hasil KTT G20. Terutama mengenai penyaluran dana transisi energi,” pungkas Akbar.

Senada, Ketua Bidang 3 ESDM dan LHK BPP Hipmi, Elia Nelson C Kumaat, menyebut transisi energi menjadi konsentrasi Hipmi saat ini. “Salah satu poin penting dari pertemuan G-20 adalah transisi energi. Jangan sampai kita ketinggalan untuk bagaimana merealisasikan energi yang ramah lingkungan,” ujar mantan Ketum Hipmi Sulut ini.

Langkah-langkah Hipmi, kata dia, untuk menjamin transisi energi sejalan dengan tujuan pembangunan. “Yaitu berkelanjutan (sustainable development growth),” tutup Elia. (dvy)