Pontianak-RK. Sejak beberapa tahun belakangan ini, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sedikit demi sedikit mulai tumbuh dan berkembang di Kota Pontianak. Tren perkembangannya pun mulai bergeser. Yang dulunya lebih banyak dilakoni oleh pengusaha mapan dari sisi kesiapan dan usia, namun UMKM saat ini juga mulai banyak digandrungi oleh muda-mudi dan mahasiswa.
Persoalannya, dengan usia yang relatif masih muda tersebut, pengetahuan dan pengalaman kerap menjadi hambatan. Dan kenyataannya, menjalani usaha dirasa tidak semudah yang dibayangkan dan sarat tantangan.
Kendati banyak juga yang berhasil melewati proses menjadi pengusaha, namun tidak sedikit pula mereka para pengusaha pemula atau start up yang gagal dan bahkan jera untuk menjadi pengusaha lagi.
Fenomena itu pun disikapi Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaja Muda Indonesia (HIPMI) Kalbar dengan membuka kinik bisnis. Secara intens klinik bisnis ini sudah dimulai sejak awal tahun 2016 kemarin, dan secara rutin dilaksanakan setiap Kamis malam.
Sekretaris Umum BPD Hipmi Kalbar, Muhammad Qadhafy menyampaikan, bahwa program ini bertujuan untuk menjawab segala pertanyaan dan tantangan yang dihadapi para pengusaha pemula, yang nota bene berasal dari kalangan pemuda dan mahasiswa.”Kenyataannya, banyak pengusaha start up atau pemula yang hari ini bingung bagaimana cara memulai usaha, cari akses permodalan, manajemen keuangan, quality control produk, packaging, marketing dan promosi, maintenance konsumen, dan lain-lain. Mereka datang ke saya, sharing dan diskusi,” katanya, baru-baru ini.
Ternyata, tak hanya kepada BPD HIPMI Kalbar saja, keluhan-keluhan senada juga terlontar dari teman-teman dari BPC HIPMI kabupaten dan kota. Hinga akhirnya tercetus lah ide membuat klinik bisnis bagi kalangan muda, khususnya bagi mereka yang tergabung dalam HIPMI Perguruan Tinggi (PT).
“Kita juga sering diskusi dengan banyak orang dari berbagai kelompok yang intinya kita harus menuntun mereka yang startup tersebut ke jalan yang benar. Dan tidak boleh setengah hati,” katanya.
Kegiatan klinik bisnis ini cukup sederhana, bentuknya lebih kepada sharing dan diskusi. Masing-masing pengusaha pemula dapat menceritakan tentang status dirinya masing-masing sebagai mahasiswa, bagaimana perjuangan mereka menjalani usaha, dan apa-apa saja kendala yang dihadapinya.
Curhatan mereka ini akan langsung ditanggapi dengan cara diskusi oleh pengusaha-pengusaha senior yang sudah lebih dulu merasakan jatuh bagun dalam dunia usaha. “Waktu saya belajar usaha dulu tidak seperti mereka ada yang ngarahin. Semua serba otodidak. Cari modal sana-sini sampai harus ngutang dengan orang demi menyelesaikan kerjaan yang dipercayakan ke kita. Karena tahu beban dan masalahnya, yaa saya rasa sudah sepatutnya kita bantu mereka. Bantu cari solusinya, buka peluangnya, berikan mereka pemikiran-pemikiran cerdas untuk survive,” terangnya.
Dari kumpul-kumpul ini, kemudian muncul lah solusi permasalahan mereka. Kegiatan ini kata Qadhafy sengaja tidak hanya dilakukan di satu tempat saja. Jadi selama tiga bulan ini, para peserta klinik bisnis, pada setiap Kamis malam berkeliling kafe, warung kopi atau tempat-tempat nongkrong. Dari situ mereka juga akan langsung mendapat kesempatan untuk sharing juga dengan owner tempat-tempat nongkrong tersebut. “Jadi setiap edisi pemateri sharing-nya beda-beda. Dengan latar belakang usaha yang beda-beda juga. HIPMI sebagai wadahnya, apa pun komunitas atau latar belakang usaha maupun lembaga yang supportingnya. Kita akan besar kalau kita peduli dengan perkembangan sekitar. Enggak ada yang bisa besar tanpa bantuan orang lain. Yang penting optimis, ikhtiar dan jangan lupa bersyukur atas apa yg telah dicapai,” paparnya.
Sementara itu, Yudhi Ilhamsyah, owner Kebab Asya di Jalan Gusti Hamzah Pontianak yang mendapat giliran kunjungan dari para mahasiswa, pada Kamis malam lalu, tidak sungkan-sungkan memberikan ilmu serta pengalamannya kepada para pengusaha pemula. Mulai dari nol, hingga usaha Kebab Asya miliknya bisa eksis dan maju seperti sekarang ini. “Tujuan kegiatan ini diadakan sebagai bentuk dorongan dan motivasi kepada anggota Hipmi PT agar kedepannya dapat ispirasi bila ingin membuka usaha kuliner,” ucapnya.
Lebih spesifik lagi, adapun poin-poin yang yang menjadi fokus bahasan oleh owner Kebab Asya ini juga terkait masalah promosi, bagaimana mengenalkan produk kebab yang belum banyak diketahui awalnya, kemudian masalah penetapan harga jual bila dibandingkan dengan pesaing, masalah service terhadap konsumen, apa yang dilakukan bila ada komplain dari konsumen, serta strategi-strategi lainnya.
“Kemarin kita mulai jam 20.00 Wib. Yang hadir dari pengurus BPD Hipmi Kalbar, HIPMI PT dan FKP Kota Pontianak,” kata Yudhi. (fik)