eQuator – Sukadana-RK. Aparatur Kementerian Agama (Kemenag) diharapkan dapat memperkuat komitmennya terhadap integritas, etos kerja dan gotong royong. Terlebih dalam menghadapi revolusi mental seperti sekarang ini.
Demikian sambutan Menteri Agama (Menag) RI, Lukman Hakim Saifudin dalam sambutannya yang dibacakan Asisten II Setda Pemkab Kayong Utara, Erwin Sudrajat, S.Sos. MAP pada upacara peringatan Hari Amal Bakti (HAB) ke -70 di halaman kantor Kemenag Kabupaten Kayong Utara Jalan Batu Daya I, Sukadana, Senin (4/1).
Disampaikannya, peringatan HAB Kemenag membawa pesan untuk bersama-sama mewujudkan supremasi nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan sebagai spirit pembangunan bangsa yang tidak dapat tergantikan. Sesuai dengan tema ‘Meneguhkan Revolusi Mental Untuk Kementerian Agama yang Bersih dan Melayani’, peringatan Hari Amal Bakti diharapkan memperkuat komitmen aparatur Kemenag terhadap integritas, etos kerja dan gotong royong di era revolusi mental sekarang ini.
“Seiring dengan itu, saya mengajak kita semua, mari mewujudkan lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, yaitu integritas, profesionalitas, inovatif, tanggungjawab dan keteladanan. Setiap pejabat dan birokrat hakikatnya adalah pamong, khadim dan pelayan masyarakat, bukan pangreh dan priayi dalam struktur budaya kolonial dan feodal,” kata Menteri Agama dalam sambutan tertulisnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, disampaikan pula, Kementerian Agama telah melakukan percepatan reformasi birokrasi yang menghasilkan peningkatan kinerja cukup signifikan. Kementerian Agama telah menerapkan audit kinerja, meningkatkan akuntabilitas publik, menata kedisiplinan pegawai, mencegah potensi terjadinya korupsi serta mengembangkan pelayanan berbasis teknologi informasi. Sejalan dengan itu, Menteri Agama yang dibacakan Erwin Sudrajat, mengajak seluruh apartur untuk menjadi pelaku dan inspirator perubahan ke arah perbaikan, tanpa lupa jati diri.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada jajaran aparatur di seluruh Indonesia yang telah menunjukan loyalitas, prestasi kerja dan dedikasi dalam upaya membangun sistem birokrasi modern dan profesional yang menjadi tujuan kita bersama. Perubahan harus dilakukan dengan membangun sistem, sebagaimana ungkapan bijak menyatakan, “Dalam sistem yang baik, orang yang tidak baik menjadi orang baik. Tapi dalam sistem yang buruk, orang yang baik bisa menjadi tidak baik,” ucapnya.
Dilanjutkan, semua langkah dan upaya reformasi birokrasi bukan saja untuk meminimalisir penyimpangan dan malpraktik birokrasi, tetapi sekaligus untuk menciptakan lingkungan positif bagi setiap orang untuk berkarya dan berprestasi sesuai bidang dan kompetensinya. Birokrasi dituntut untuk berpikir out of the box serta melakukan perubahan guna meraih kebaikan dan kemaslahatan yang lebih luas. Sebagai institusi yang membawa nama “agama”, orientasi kerja sebagai pejabat dan aparatur Kementerian Agama haruslah mencerminkan kemuliaan agama.
“Para pejabat dan aparatur Kementerian Agama di manapun harus bisa menjadi teladan dan contoh tentang kejujuran, sikap amanah, karakter dan perilaku baik di tengah masyarakat, dimana antara kata dan perbuatan haruslah sejalan,” pesannya.
Reporter: Kamiriluddin
Editor: Kiram Akbar