eQuator.co.id – SURABAYA – Meski bukan penentu kelulusan, namun siswa tidak bisa main-main dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) kali ini. Bahkan, siswa harus belajar ekstra ketat karena bakal banyak kejutan di UN tahun 2016 mendatang. Sebab dari seluruh soal UN yang diujikan, bakal ada 20 persen soal yang masuk kategori HOT alias High Order Thinking karena membutuhkan penalaran lumayan sulit.
Tak hanya itu, siswa juga akan mendapatkan soal baik dari kurikulum 2013 maupun kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP). “Materi soal UN tahun ini sebagian memang KTSP dan K-13,” kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Eko Prasetyoningsih kemarin (23/2).
Berdasarkan tingkat kesulitannya, soal UN akan dibagi tiga. Yakni, 30 persen soal mudah, 50 persen soal sedang dan 20 persen soal sulit. “Tapi jangan khawatir, karena semua materi yang diujikan pasti sudah pernah diajarkan,” jelasnya.
Karena itu, Eko mengharapkan siswa diharapkan belajar semakimal mungkin. Karena dengan bekal nilai UN, maka bakal berpengaruh ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. “Tapi tidak usah bingung, yang penting belajar,” jelasnya.
Karena soal cukup sulit, Eko mengatakan jika dispendik sudah menyediakan fasilitas tryout online untuk latihan siswa dalam menghadapi ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Karena, soal-soal tryout dispendik sudah mengacu kisi-kisi UNBK tahun ajaran 2015/2016.
Eko menambahkan jika sekolah juga dapat memberikan pemahaman kepada siswa melalui program bimbingan belajar (bimbel) dan tryout di internal sekolah. “Ada juknis yang dapat digunakan acuan sekolah untuk membuat soal latihan untuk siswa. Jadi tidak sembarangan,” ungkap Eko.
Terkait dengan predikasi kesulitan soal UN ini, Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Jatim Saiful Rachman meminta seluruh siswa tidak main-main dengan UN 2016. “Meski bukan penentu kelulusan, UN jangan diremehkan lagi,” jelas Saiful.
Dengan adanya peningkatan kesulitan soal di UN, Saiful mengatakan bahwa UN yang bukan jadi penentu kelulusan sudah bisa menjadi tolok ukur kemampuan siswa. Sehingga, UN juga bisa menentukan masa depan siswa baik yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi maupun tidak.
Ia memisalkan jika siswa yang nilainya di bawah syarat kompetensi kelulusan (SKL) yakni nilai 5,5 akan sulit mencari pekerjaan. Sebab, beberapa perusahaan menjadikan nilai UN untuk syarat diterimanya lulusan SMA/SMK bekerja. “Tidak ada kata lain selain harus siap dan memperjuangnyakan nasib sendiri,” tegas pria asli Surabaya tersebut.
Karena itu, ia menyebut UN 2016 menjadi sangat penting untuk mengurangi image buruk bahwa UN hanya kegiatan yang sia-sia. Sebab dengan soal yang cukup sulit, mau tidak mau siswa harus belajar sungguh-sungguh. “UN ini untuk pemetaan. Hasil UN nanti buat melihat kemampuan siswa dan nantinya dipetakan untuk langsung dibina,” pungkasnya. (han/jay)