Menjawab Pertanyaan 40 Tahun

Oleh: AZRUL ANANDA

AZRUL ANANDA

eQuator.co.id – Sebagai penggemar asli Star Wars sejak puluhan tahun lalu, lega rasanya film terbaru dari galaksi itu masih terus memuaskan untuk ditonton. Rogue One: A Star Wars Story, benar-benar dibuat untuk penggemar orisinal, yang benar-benar mengikuti opera angkasa luar itu sejak film yang orisinal.

Film ini banyak menjawab pertanyaan yang mungkin sudah lama tersimpan di benak penggemar. Bahkan mungkin sejak hampir 40 tahun lalu, tepatnya pada 1977, ketika film pertama Star Wars garapan George Lucas menggemparkan dunia.

Pertanyaan itu adalah: Mengapa Death Star, senjata penghancur planet milik Imperial, begitu mudah dihancurkan hanya dengan sebuah tembakan melewati sebuah lubang kecil.

Anda bingung dengan tiga paragraf pertama tulisan ini? Wah, itu mungkin tandanya Anda bukan penggemar orisinal Star Wars. Itu mungkin pertanda Anda belum layak disebut penggemar berat Star Wars. Dan saat menonton Rogue One di bioskop kemarin, tampaknya, memang ada banyak ’’penggemar’’ yang mungkin belum layak disebut penggemar.

Khas film Star Wars, memang banyak orang yang datang menonton dengan mengenakan kaus atau atribut film tersebut. Tidak peduli di Amerika, negara asalnya, di Jepang, di Jakarta, maupun di Surabaya. Saya sendiri datang dengan mengenakan kaus Darth Vader.

Hanya saja, saya melihat ada beberapa yang salah atribut. Misalnya, datang membawa pedang merah bercabang milik Kylo Ren, salah satu sosok utama di Star Wars: Episode VII – The Force Awakens, yang menghebohkan dunia di pengujung 2015 lalu.

Padahal, Rogue One ini bukan lanjutan Episode VII. Malahan, Rogue One ini bukan bagian langsung dari serial bersambung Star Wars, yang urutan keluarnya Episode IV (1977), V (1980), VI (1983), lalu prekuel Episode I (1999), II (2002), dan III (2005), dan mulai 2015 lalu melompat lagi ke Episode VII. Nantinya berlanjut ke VIII (2017) dan IX (2019).

Rogue One merupakan cerita terpisah, tapi berkaitan dengan Episode IV. Coba tonton lagi Episode IV – A New Hope. Di awal film itu, ada pengantar yang menceritakan bagaimana sekelompok pejuang berhasil mencuri skema Death Star, supaya Aliansi Pemberontak (Rebel Alliance) bisa menghancurkannya. Nah, Rogue One menceritakan tulisan pengantar itu!

Jadi, Rogue One ini menyambung dengan Episode IV. Bahkan adegan penutupnya pun menyambung langsung dengan adegan pembuka Episode IV. Keren! Jadi, bisa dibilang, Rogue One ini Episode 3,9.

Baru pada Episode IV, Luke Skywalker muncul sebagai pahlawan, menjadi orang yang menghancurkan Death Star.

Nah, karena Rogue One ini bagian dari era orisinal Star Wars, kalau mau memakai atributnya ke bioskop, pastikan bajunya pas dengan era cerita filmnya! Jangan salah kostum atau mainan ya…

Karena Rogue One menyambung langsung ke Episode IV, kebanyakan penggemar berat pasti sudah tahu ending-nya bakal bagaimana. Sekelompok pejuang itu berhasil mencuri skema Death Star, memberi peluang bagi lakon masa depan untuk menghancurkan senjata tersebut.

Dan itu menjawab pula pertanyaan yang pertama muncul pada 1977: Mengapa Death Star yang begitu mengerikan bisa begitu mudah dihancurkan.

Jawabannya ada pada lakon utama Rogue One, Jyn Erso, yang diperankan Felicity Jones. Ayahnya adalah Galen Erso, orang yang bertanggung jawab dalam menciptakan Death Star. Tapi, Galen Erso ini bukan orang jahat. Dia sadar tidak bisa berbuat apa-apa, dan selama bertahun-tahun menyiapkan rencana agar Death Star bisa dihancurkan. Lalu dengan cara tersulit memberi tahu cara mendapatkan cara itu kepada sang anak.

Sang anak –bersama sejumlah pejuang antik– lantas berupaya keras mendapatkan rencana itu, supaya bisa digunakan oleh Aliansi Pemberontak. Dengan segala cara, dengan segala pengorbanan. Kata kuncinya: Pengorbanan.

Sekali lagi, penggemar berat Star Wars pasti sudah tahu seperti apa nasib para pejuang ini. Karena tidak satu pun dari mereka muncul di film-film Star Wars yang lain. Bagi pembaca yang bukan penggemar berat Star Wars, silakan menyimpulkan sendiri.

Bagi penggemar berat, walau ending-nya semua sudah tahu bakal bagaimana, film ini tetap sangat memuaskan. Beberapa tokoh idola lama kembali muncul. Bahkan tokoh yang aktor aslinya sudah meninggal puluhan tahun lalu, atau tokoh yang aktor aslinya sekarang sudah berusia 40 tahun lebih tua!

Gareth Edwards, sutradara film ini yang asal Inggris, sudah teruji kemampuannya dalam menampilkan adegan-adegan dramatis emosional lewat film pertamanya Monsters, atau lewat film Godzilla.

Karena Rogue One mungkin adalah film Star Wars paling dramatis. Sebelum ini, film Star Wars yang melibatkan emosi tinggi adalah Episode V – The Empire Strikes Back, yang dirilis pada 1980.

Bagaimana tidak dramatis, Rogue One pada dasarnya adalah sebuah film perang, sebuah film perjuangan. Lebih mirip dengan film-film Perang Dunia II daripada film science fiction.

Tenang, walau banyak tegang dan emosionalnya, film ini tetap khas Star Wars, khas garapan Disney. Masih ada momen-momen ringan yang menghibur, minimal membuat kita tersenyum.

Apalagi, karakter-karakternya begitu beragam. Ada yang bule, ada yang Latin, ada yang Asia, bahkan ada yang keturunan Arab. Jagoan robotnya pun begitu manusiawi.

Bagi penggemar serius Star Wars, khususnya penggemar orisinal, selamat menikmati. Ini film 2016, tapi menyambung begitu halus visualnya dengan film yang beredar pada 1977 lalu.

Bagi penggemar kasual atau penggemar baru, jangan terlalu bingung, bertanya-tanya kenapa kok tidak ada Finn, Rey, atau Kylo Ren di Rogue One. Karena film ini memang berlangsung sebelum mereka semua lahir, bahkan sebelum orang tua mereka bertemu!

Saran saya, setelah nonton Rogue One, sampai di rumah, langsung putar Episode IV – A New Hope. Karena adegan akhirnya benar-benar langsung menyambung…

Kalau kangen dengan Finn, Rey, dan Kylo Ren, silakan tunggu Episode VIII, yang sekarang belum diberi judul, dan baru akan diputar di bioskop pada Desember 2017.

Semoga bisa menikmati, may the Force be with you! (*)