eQuator – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Kalbar menyatakan bahwa Kalbar mesti mewaspadai ancaman terorisme masuk ke Kalbar. Lantaran potensi adanya paham radikalisme dapat berkembang di Kalbar.
Wakil Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalbar, Martinus Sudarno mengatakan, saat ini di Kalbar potensi tersebut ada lantaran FKPT Kalbar mengindetifikasi potensi tersebut.
“Paham radikalisme yang patut diwaspadai jangan sampai berkembang di Kalimantan Barat. Karena ajaran yang dilakukan ini sangat berbahaya,” ucap Martinus Sudarno, di Gedung DPRD Provinsi Kalbar, Senin (16/11).
Ia menegaskan, apabila dilihat Kalbar dapat dikatakan sangat rawan, lantaran berbatasan langsung dengan daerah tetangga. “Ini yang patut diwaspadai. Sebagai contoh seorang teroris, Dr Azhari itu diketahui pernah lewat ke Kalbar menuju Pulau Jawa, namun tidak diketahui sehingga patut diwaspadai,” ingatnya.
Martinus menjelaskan, sesuai instruksi presiden peristiwa aksi teror di Paris yang menguncang dunia, presiden sudah menginstruksikan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mengatisipasi dan mengambil langkah untuk upaya pencegahan.
FKPT Kalbar beberapa waktu lalu juga telah melakukan pertemuan untuk melaksanakan SOP mengantisipasi dan mewaspadai adanya aksi terorisme di wilayah Kalbar.
“Kemarin sudah melaksanakan sosialisasi SOP tentang pengamanan aset-aset terutama destinasi pariwisata deteksi dini. Teror itu mencari tempat orang banyak berkumpul dan tempat yang banyak dikunjungi. Jadi kita coba mewaspadai sehingga menciptakan rasa aman,” ulasnya.
Ada beberapa yang menjadi isu dibahas dalam pertemuan yang dilakukan FKPT Kalbar terkait dengan apa yang disebut dengan paham radikalisme yang terdoktrin sehingga termotivasi untuk melakukan tindakan.
“Tidak satu agama pun untuk membenarkan melakukan teror. Upaya kita untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi di Kalbar. Karena saat ini kita sudah aman sehingga jangan sampai terjadi. Yakni dengan tetap meningkatkan kewaspadaan,” jelasnya.
Martinus menambahkan, yang saat ini perlu diaktifkan kembali adalah peran dari masyarakat serta RT. Yakni apabila ada tamu supaya melaporkan ke pihak RT setempat.
“Kalau ada pendatang yang baru biasanya harus lapor 1×24 jam. Hal ini sebagai antisipasi jangan sampai orang yang datang tidak dikenal melakukan hal-hal yang dapat membahayakan,” ingatnya.
Menurutnya, saat ini upaya pencegahan yang dilakukan FKPT Kalbar adalah dengan melibatkan unsur pemuka agama, tokoh masyarakat, tokoh adat di dalam FKPT Kalbar. Sehingga para tokoh dan pemuka agama ini dapat melakukan pendekatan-pendekatan apabila adanya paham-paham radikalisme di Kalbar untuk mencegah agar tidak menjalar ke mana-mana.
Sementara itu, Ketua FKPT Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie mengatakan, terorisme ibaratkan hantu, di mana adanya ketenangan tiba-tiba muncul aksi teror. Artinya kewaspadaan pada secara fisik, misalnya militer atau keamanan tidak cukup. Namun perlu peran masyarakat bersama-sama menjaga dan meningkatkan kewaspadaan terhadap aksi terorisme ini.
“Menurutnya tidak ada yang sempurna. Alangkah baik pendekatan militer, di sisi lain juga perlu dilakukan pendekatan rakyat semesta perlu dibangun. Di mana masyarakat harus mulai sadar menjadi warga negara untuk melindungi negara ini dan melihat apabila adanya ancaman daerah, dia bicara dan dia tidak apatis,” harapnya.
Menurutnya, apabila ada kecurigaan tentunya sebagai warga negara supaya berkenan melaporkan kecurigaan tersebut. Pasalnya dengan kondisi geografis Kalbar berbatasan langsung dengan negara tetangga sehingga perlu dan patut mewaspadai. Supaya jangan sampai aksi terorisme masuk kewilayah Kalbar.
Menurutnya, sejauh ini upaya yang dilakukan baik melalui FKPT Kalbar maupun melalui kelompok-kelompok organisasi keagamaan sudah sangat kondusif dan efektif di dalam melakukan upaya pencegahan melalui pendekatan-pendekatan kepada masyarakat. “Namun tentunya kewaspadaan memang perlu terus ditingkatkan,” ingatnya. (fie)